10.

3.3K 366 58
                                    

Doyoung memutar knop pintu kamar asrama lantai 5. Ruangan yang baru ia masuki ternyata sudah gelap. Mengingat ini sudah larut malam dan pesta perayaan ulang tahun Mark sudah selesai. Sepertinya semuanya sudah tertidur kecuali dirinya yang baru saja pulang selarut ini.

"Kenapa kau baru pulang?" Suara seseorang terdengar tepat ketika Doyoung menyalakan lampu asrama.

"Kau belum tidur, hyung?" Doyoung melangkah melewati Taeyong yang ternyata sejak tadi sudah berdiri di dekat ambang pintu kamar Doyoung.

"Hey Kim!" Taeyong mencegah pergerakan Doyoung dengan meraih lengannya dan menggenggamnya kasar.

"Sakit, lepas!" Doyoung berusaha berontak tetapi tatapan Taeyong terlampau lebih tajam dan menyeramkan kala itu, terlebih tangannya dicengkram semakin kuat. Doyoung semakin meringis dan lengannya kini benar benar sakit.

"S-sakit Lee! Lepas!" Doyoung menatap wajah menyeramkan Taeyong dengan air muka yang menunjukam betapa sakitnya lengan dia.

"Lee, lepaskan!" Sekali lagi Doyoung berusaha berontak namun dirinya mendapatlan perlawanan lain.

"Diam!" Taeyong menyeret tubuhnya masuk ke dalam kamar Doyoung dan melemparnya diatas ranjang.

"Kenapa kau pergi dengan si Jung sialan itu hah!" Siapapun tidak akan percaya akan kemurkaan Taeyong saat ini. Bahkan Doyoung sudah dibuat menangis karenanya. Tidak pernah sekalipun Doyoung melihat Taeyong semurka dan sekasar ini terhadapnya.

"Hey Kim!" Perlahan Taeyong berjalan dengan tatapan yang membuat Doyoung semakin ketakutan, berjalan menuntun menghampiri Doyoung yang sudah terkulai di atas ranjang. Hingga dirinya menindih tubuh rengkuh itu yang kini sudah terkunci dalam kunkungannya. Tubuh Doyoung mulai bergetar. Taeyong meraih tengkuknya dan menatapnya kasar.

"Kau! Apa gunanya si Jung itu hah, kenapa kau pergi dengannya!"

"Jawab!" Cengkraman Taeyong pada tengkuk Doyoung semakin kuat.

"L-Lee! Lepas! Keluar dari kamarku!" Doyoung kembali berusaha berontak dengan tubuh yang semakin bergetar.

"Diam!" Taeyong menampar pipi Doyoung hingga wajah Doyoung berpaling. Tangisan Doyoung semakin menjadi ketika rasa perih mulai ia rasakan pada pipinya.

"Kau!"
Taeyong kembali meraih tengkuk Doyoung dan menatapnya tajam. Sedangkan tatapan mata Doyoung sudah terlihat menyedihkan.

"Pelacur!" Hancur sudah hati Doyoung di kala itu. Terlebih kini Taeyong meraub bibirnya kasar, menggigit dan melumatnya tanpa tertuntut hingga Doyoung merasakan perih pada bibirnya.

Sudah tidak terbendung air mata Doyoung dikala itu. Hatinya perih, bibirnya ikut terluka. Benar, Taeyong lebih menyeramkan di bandingkan siapapun. Katakanlah si Jung itu memang berengsek. Tapi Lee Taeyong lebih dari sekedar itu.

"L-leepaash! Hhmmp" sekali lagi Doyoung berusaha berontak. Namun bukannya Taeyong berhenti, Doyoung malah mendapatkan perlakuan lain. Taeyong semakin melumat bibirnya kasar dan menuntun tubuh Doyoung yang kini sudah terlentang dengan pasrah di bawah kungkungannya.

"L-lee Taeyong berengsek!" Tepat setelah Taeyong melepaskan ciumannya. Satu tamparan Taeyong dapatkan pada pipi kanannya. Doyoung meraup oksigen sepuasnya dengan isakan tangis yang masih belum berhenti membuat dadanya semakin terasa sesak.

"Kau, bajingan Lee!" Doyoung berontak, berdiri dan berlari hingga menutup kamar miliknya dengan kasar. Sedangkan Taeyong masih mematung dengan posisi dirinya yang masih merasakan rasa sakit pada pipinya. Ya tuhan, apa yang sudah Lee Taeyong lakukan. Taeyong sadar, Taeyong ambruk diatas ranjang, dan meremat rambutnya kasar.

"Argh!"

🎃

Doyoung berjalan gontai pada lorong asrama. Dirinya merasa hina saat ini. Apa yang sudah Taeyong lakukan terhadapnya sudah membuat hatinya hancur. Terlebih satu kata yang sempat keluar dari mulut bajingan itu sudah cukup membuat hatinya terluka.

Langkah Doyoung mulai melemah, kakinya tak sanggup lagi menopang tubuhnya yang sejak tadi bergetar ketakutan. Entah sudah seberapa jauh dia berjalan. Jauh dari keberadaan Taeyong sudah cukup membuatnya tenang.

Doyoung berhenti, terduduk dan terkulai di lorong asrama. Rasa seksak masih terasa hingga isakan tangis itu tak kunjung mereda.

"Hey, apa yang kau lakukan di sini?" Seseorang menghampirinya. Belum sempat Doyoung melihat wajah orang tersebut, Doyoung sudah terlebih dulu ketakutan mendengar suara siapapun yang mendekatinya.

"Hyung" bukannya menyaut, Doyoung malah menekuk lutut dan memeluk tubuhnya. Rasa takut itu masih terasa.

"Hey kau kenapa?" Suara lembut itu masih terdengr, tapi Doyoung enggan untuk berpaling. Tubuhnya masih bergetar ketakutan.

"Kim Doyoung" panggilnya lagi dengan suara lembut. Kini Doyoung dapat mencerna dengan baik, suara ini bukan milik Taeyong. Dengan ragu, Doyoung memalingkan wajahnya, dan menangkap sosok yang sudah menatapnya khawatir sejak tadi.

"M-mark" suara Doyoung terdengar sangat parau yang membuat siapapun yang melihatnya akan merasa iba, terlebih Mark yang sejak tadi berdiri di hadapannya.

"Hey, apa yang terjadi? Kau kenapa?" Doyoung hanya menggeleng lemah tanpa sepatah kata. Mark semakin khawatir di buatnya. Entah kenapa ada dorongan tersendiri yang membuat Mark kini merengkuh tubuh rapuh itu. Rasanya Doyoung terlihat benar benar menyedihkan saat ini. Hingga ketika Mark merasakan adanga ketenangan, keduanga saling menatap.

"Berdirilah" Mark menuntun Doyoung untuk berdiri. Tidak seperti biasanya Mark melihat Doyoung sepayah ini.

"Aku akan mengantarmu pulang" Mark perlahan menuntun Doyoung untuk berjalan

"Tidak" hingga langkah keduanya terhenti. "aku tidak ingin pulang" Mark menatap selidik air muka Doyoung yang terlihat tampak kacau.

"Bawa aku ke tempatmu Mark" lanjutnya dengan suara yang terdengar sedikit serak.

"Tapi" Mark ragu, apa Doyoung tidak salah dengan ucapannya?

"Apa aku mengganggumu?"

"Bukan begitu Kim, apa kau lupa dengan kejadian si Jung sialan itu?"
Doyoung menggeleng pasrah.

"Tidak Mark, Jaehyun bukan orang yang seperti itu" Mark hanya terdiam, masih ada keraguan untuk dirinya membawa Doyoung bersamanya.

"Mark, percayalah. Aku tidak ingin pulang. Hal yang lebih buruk akan terjadi jika aku pulang" Mark menyelidik iris hitam Doyoung dan mencari kebenaran di sana. Dapat dia lihat, pelupuk hitam itu sudah lama dipenuhi dengan perasaan kalut dan rasa takut.

"Baiklah"

"Hey, Kim!" Belum sempat keduanya melangkah, seseorang sudah memanggil Doyoung hingga Doyoung berpaling

"Jae hyun"

TBC
🎃

Gimana? Makin ga jelas kan ini cerita (:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gimana? Makin ga jelas kan ini cerita (:

About Last Night ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang