08. Sisi yang berusaha ia sembunyikan

1.1K 195 38
                                    

Jerry's

Kabar yang baru saja kudengar membuatku kalut. Vano dan keluarganya akan pindah ketika ia lulus. Lalu bagaimana denganku jika tidak ada Vano?

Meski terkadang ia sangat menyebalkan, tapi dia adalah satu-satunya sahabat yang kumiliki di saat senang maupun sedih. Sangat sulit memang menemukan sahabat yang mau menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing dan saling menguatkan saat berada di titik terendah. Mungkin kondisi kehidupan kami pulalah yang menjadikan kami dekat seperti ini. Dan kepergiannya tentu saja akan membuatku semakin kosong.

Helaan nafas panjang keluar tanpa kusadari. Memikirkannya saja bahkan membuatku sedih. Memasuki apartemen dengan langkah berat. Rasanya tidak bersemangat.

Namun dalam sekejap pikiran itu seolah menguap.

Indahnya langit senja tampak seperti sihir bagiku. Aku yang baru saja pulang, begitu terkesima. Bahkan tak kuasa untuk tidak mendekat dan berjalan menuju balkon.

Biasanya aku tidak sempat menikmati keindahannya karena harus berangkat kerja. Untungnya hari ini aku libur, jadi aku bisa menikmati waktu senggang sembari menatap indahnya langit saat senja yang selalu berhasil mencuri perhatianku.

Entah kenapa rasanya begitu damai saat melihatnya.

Tapi yang lebih mengejutkanku, ternyata sudah ada seseorang disana tanpa kusadari.

Iya... dia Sera... akhirnya dia pulang.

Terlihat begitu menyedihkan. Bahkan terdapat beberapa botol alkohol di dekatnya.

Meski aku tidak mengungkapkannya, tapi aku sangat membenci Sera yang seperti ini. Terlihat tidak berdaya namun tetap berlagak angkuh seolah wanita itu kuat tanpa bantuan siapapun.

"Ah! Langitnya indah" ia pun membuka satu botol alkohol dan menuangkannya ke dalam gelas.

Sial sekali, suasana sore ini yang begitu tenang harus dirusak olehnya.

Kenapa melihat Sera seperti ini begitu menggangguku? Ingin kubiarkan dia minum sampai mati tapi aku tentu tidak setega itu.

"Hentikan, Sera!" Aku berusaha mencegahnya untuk minum.

Tapi dia justru tersenyum remeh.

"Oh iya... aku lupa, kamu masih di bawah umur. Kalau begitu masuklah, setidaknya aku tidak perlu merasa bersalah saat meminumnya"

Aku menghela nafas panjang, jengah dengan tingkahnya.

Keras kepala sekali memang wanita ini. Kenapa pula aku harus masuk, jika aku sudah pernah melihat kondisinya mabuk bahkan jauh lebih buruk dari ini?

Aku berusaha mengabaikannya dan mengeluarkan sesuatu dari kantongku saat tiba-tiba mengingatnya.

"Ini kukembalikan padamu" kuletakkan kartu itu di dekatnya.

Dan tepat seperti dugaanku, dia kini menatapku tajam.

"Aku tidak menerima penolakan!"

"Tapi aku tidak membutuhkannya" aku berusaha setenang mungkin saat menjawabnya.

"Suatu saat kamu akan membutuhkannya, bawa saja untuk berjaga-jaga" ia masih bersikeras.

"Kamu simpan saja dulu, aku akan mengambilnya jika membutuhkannya" ujarku dan membiarkan kartu itu tergeletak disana. Terserah dia mau mengambilnya atau tidak.

Saat aku berniat untuk masuk ke dalam, racauan Sera rupanya mampu membuatku menghentikan langkah.

"Kenapa hidup tidak pernah adil?"

"Apa tidak ada kebahagian untuk orang baik? Jika memang iya, apa aku harus berubah menjadi orang jahat dan egois?"

"Kenapa hidupku serumit ini?"

YOURS [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang