17. Ketidakjelasan akan batasan

686 154 32
                                    

Yang kemaren sepi amat wkwk
Mana suaranya?
Pemanasannya masih kurang nggak?



















Jerry's

Aku tahu ada yang Sera sembunyikan. Tentang hubungannya dengan Rey yang tak pernah sekalipun ia singgung padaku.

Bahkan Kevin juga tidak mau membuka mulut. Menurutnya, hanya Sera yang berhak menceritakannya padaku atau tidak. Bukan ranahnya untuk terlibat terlalu jauh.

Sedikit banyak ucapan Kevin membuatku sadar diri. Tapi di sisi lain, aku pun merasa kecewa pada Sera.

Meskipun aku tahu, hubungan kami tidak jelas seperti apa. Tapi aku benar-benar merasa ingin melindunginya. Perasaan itu tulus, bukan dibuat-buat hanya karena apa yang telah ia berikan padaku.

Lalu masihkah ucapannya berlaku untuk tidak mencampuri kehidupan pribadi masing-masing? Lantas kenapa ia mengiyakan janji di atas bukit sore itu?

Argh!

Sungguh ini membuatku semakin frustasi. Berusaha menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi diantara keduanya. Dan masalah apa yang membuat hubungan keduanya menjadi rumit seperti ini? Berbagai macam pertanyaan kini silih berganti muncul di kepalaku.

Sera sudah tidak pulang tiga hari. Ia tidak menghubungiku sama sekali. Bahkan telfonku tidak ia jawab. Lantas haruskah aku menelfon Kevin untuk menanyakan keberadaan Sera dan berkata jujur padanya bahwa Rey sempat menghubungi Sera pagi itu?

Tidak... Kevin pasti sudah khawatir jika Sera tidak menghubunginya selama beberapa hari ini. Tapi nyatanya tidak. Lalu bagaimana ini? Memikirkan Sera saja membuatku gelisah bak cacing kepanasan. Jujur aku takut terjadi sesuatu yang buruk padanya.

Ah... Jerry... kenapa aku harus panik berlebihan? Sera juga dulu sering tidak pulang seperti ini.

Ya Tuhan...

Dugaanku barusan membuatku tersadar bahwa mungkin inilah penyebab dulu Sera sering tidak pulang. Karena ia bersama dengan Rey?

Sungguh memikirkan keduanya sedang bersama membuatku tidak tenang. Entah apa yang membuatku gelisah seperti sedang kerasukan setan.

"Lagi mikirin apa? Serius banget" suara lembut itu, akhirnya membuyarkan lamunanku. Gadis itu menarik kursi untuk duduk di sebelahku.

Dan seperti biasa, ia menatapku dengan senyum malaikat yang meneduhkan.

Ya... dia gadis yang kutemui saat pendaftaran ulang kuliah dulu. Siapa sangka kami ternyata satu kelas dan sudah beberapa bulan ini kami berteman. Harus kuakui, dari sekian banyak orang, hanya dengan dia saja, aku merasa nyaman untuk berbicara. Entah karena apa. Kurasa kepribadian kami cocok.

"Ah... nggak. Kenapa belum pulang?" Kini giliranku bertanya balik padanya.

"Nungguin kamu" ucapnya sembari tersenyum.

Sungguh jika otakku masih waras dan tidak dipenuhi dengan bayang-bayang Sera, mungkin gadis di hadapanku sekarang yang akan mengisinya. Karena jujur, sangat sulit untuk tidak jatuh hati padanya.

"Nanti jemputanmu nunggu, kasian" aku terkekeh. Ia memang seringkali menggodaku dengan perkataannya yang membuatku salah tingkah.

Gadis itu menggeleng, dengan bibir yang sengaja ia kerucutkan.

"Hari ini mungkin agak telat jemputnya"

Namun detik berikutnya, ia kembali tersenyum.

"Bisakah kamu menemaniku jalan-jalan sebentar?"

Jujur sangat sulit menolaknya. Tapi apa boleh buat? Pikiranku sedang berkecamuk karena seseorang sekarang.

"Ah... maaf... lain kali. Aku harus menemui seseorang" aku memang berniat untuk menemui Kevin. Jadi aku tidak berbohong, kan?

YOURS [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang