Reynand masih terduduk di meja kerjanya.
Termenung.
Kali ini bukan karena Sera saja, tetapi Sindy juga membuatnya semakin frustasi dengan permasalahan ini.
Bagaimana bisa Sindy mengaitkan perasaan pribadinya? Padahal wanita itu tahu persis semua hanya sia-sia belaka. Reynand tidak akan pernah membalas perasaannya meski sekeras apapun ia berusaha.
Tapi bukankah cinta memang bisa membuat orang waras sekalipun menjadi gila?
Sindy memang berlebihan dengan sikapnya. Tapi Reynand juga tidak jauh berbeda. Keduanya hanya mementingkan diri sendiri. Egois lebih tepatnya. Dan tidakkah mereka tahu? Keegoisan hanya akan menghancurkan.
Lebih bodohnya lagi, baik Sindy maupun Reynand masih tidak menyadari itu.
Pria itu diam, masih memikirkan perdebatan dengan Sindy sore itu. Selalu terngiang hingga membuatnya tidak bisa melupakan begitu saja.
Flashback
"Lalu karena apa?"
"Karena kamu mas...apa aku salah karena udah jatuh hati sama kamu?"
Sontak ucapan Sindy barusan membuatnya mengernyit tidak percaya.
"Apa maksudmu?"
Wanita muda itu menghela nafas panjang.
"Aku punya perasaan lebih ke kamu mas dan aku pengen milikin kamu seutuhnya. Apa masih kurang jelas?"
"Tapi karena alasan apa? Dan sejak kapan?"
"Sejak ibu menyuruh kita untuk sering menghabiskan waktu berdua meski hanya sekedar ngobrol. Dari situ, aku tahu kamu sangat mencintai Mba Sera. Dan entah kenapa, semakin lama aku semakin ingin menggantikan posisinya di samping kamu, mas!"
Ya Tuhan... hanya itu yang dapat Rey pikirkan.
"Kamu tahu kan, seharusnya itu nggak pernah terjadi! Karena keegoisan kamu, hubungan kami jadi rumit seperti ini!"
"Tapi perasaan itu datang tanpa aku memintanya!" Wanita itu terisak. Rasanya sungguh menyesakkan.
"Perasaanmu itu nggak lebih dari sekedar obsesi, Sindy... Dari awal, aku bukan milikmu! Seharusnya kamu terima saran Sera untuk pergi! Pasti masalahnya nggak akan serumit ini!"
"Obsesi katamu, mas? Perasaan itu nggak datang dengan sendirinya! Kamu nggak perlu bersikap selalu baik dan perhatian, kalau kamu juga nggak bisa membalas perasaanku. Tapi kenapa kamu justru berlaku sebaliknya? Kamu sendiri yang buat aku bingung. Dan juga malam itu-"
"Cukup! Harusnya kamu tahu, aku bersikap baik sama kamu karena ibu! Itu semua karenanya, nggak lebih! Dan yang perlu kamu ingat, malam laknat itu hanya sebuah kesalahan!"
"Kesalahan? Dengan gampangnya kamu ngomong kayak gitu?" Sindy menatapnya tidak percaya.
"Tapi memang itu kenyataannya, kan? Siapa yang menggoda siapa! Kamu jangan pernah lupain itu!"
"Kalau kamu memang nggak menginginkanku, lantas kenapa kamu membalasnya? Kamu bisa menolak dan memilih pergi!"
"Kamu pikir aku bukan pria normal? Kamu bertindak terlalu jauh sampai aku kehilangan akal sehat!"
Mendengar jawaban Reynand, Sindy justru mendecih.
"Itu artinya, seberapapun logikamu menolak, hatimu tetap berkata iya! Aku yakin, kamu cuma nggak menyadari itu!"
Pria itu menghela nafas frustasi.
Berdebat dengan Sindy rupanya membuat Rey hilang kesabaran. Wanita itu, hanya semakin mencari pembenaran atas perasaannya. Begitu pula dengan Rey yang akan terus berusaha menyangkalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOURS [Revisi]
Romance[Dalam tahap perbaikan] Aku menjual diriku untuk memenuhi keinginanmu. Lantas bisakah kau merelakanku pergi jika aku sudah tidak kau butuhkan lagi? -2020