"Dek?"
"Kakak tahu, rasanya mencintai tapi tidak bisa dimiliki. Pasti sakit ya?"
"Rasanya kita sudah berjuang menjaga perasaan, sudah setia, sudah mendamba, sudah mengukir namanya di hati kita, sudah percaya bahwa tidak ada orang lain yang lebih mencintainya selain kita. Tapi nyatanya orang yang kita cintai nggak pernah melihat kita?"Rosè duduk bergabung membawa cola dan bicara dengan hati-hati. Mereka sedang duduk di tepi pantai Bondi, salah satu pantai indah yang terkenal di Sydney.
Jisoo tidak banyak bicara, dan hanya menatap laut sembari memeluk lututnya yang ditekuk.
Rambut indah gadis itu bergoyang tertiup angin hingga menghalau wajah cantiknya yang sedang muram.
Rosè masih berusaha bicara, memberikan sedikit nasihat dan hiburan untuk adik iparnya itu.
Kasihan, sebab sudah kehilangan orang tuanya, ia juga kini sedang patah hati.
"Sekarang memang sakit. Tapi, perlahan dengan waktu semuanya akan sembuh."
"Pelan-pelan."Jisoo menunduk, tidak sama sekali menggubris ucapan Rosè. Gadis itu diam-diam menangis lagi. Rasanya ia masih tidak terima Kim Seokjin akan menikah dengan orang lain.
Sebentar lagi, satu bulan lagi.
Hening. Hanya terdengar suara alam yang menenangkan.
"Kalau mau cerita apa-apa bilang aja ya dek?"
"Kakak mau kok dengerin ceritanya Jisoo."***
6 months later.Kim Jisoo terkikik geli saat melihat Namjoon wajahnya penuh dengan kue tart. Wajah tampan lelaki itu sukses menjadi bulan-bulanan tangan jahil istrinya sehabis diberi surprise ulang tahun.
"Rosee...." Namjoon menyentuh krim kue itu dan dan wajahnya kini seolah-olah marah.
"Awas ya..."Lalu Namjoon berlari mengejar Rose dan membalas membuat cemong wajah cantik Rose dengan krim kue.
Jisoo hanya tertawa-tawa saja menontonnya. Kakaknya dan istrinya tampak seperti anak kecil saat ini. Berlarian saling mengejar dan membalas mengotori wajah.
Mereka sedang piknik dekat salah satu pantai terindah di Sydney, menghabiskan waktu luang weekend sembari memperingati hari ulang tahun Namjoon yang jatuh tepat kemarin.
Ah, gadis itu sedang mencoba menjalani hidupnya. Tanpa Kim Seokjin lagi. Ia sudah tidak pernah berhubungan lagi atau berkomunikasi. Dan melarang Namjoon menyebut nama Kim Seokjin. Apa saja berita Kim Seokjin pokoknya Gadis itu tidak mau dengar. Dan Namjoon mengabulkannya.
Ketika ia sedang sibuk menyiapkan minuman wine yang akan ia tuang di tiga gelas krystal itu, atensinya beralih oada notifikasi ponselnya yang berbunyi.
Kim Jisoo sudah mulai membaik dan mencoba melupakan Kim Seokjin dalam hidupnya tetapi nama kontak itu muncuk di layar ponselnya dan sukses membuat hatinya kembali berdegub dengan cepat lagi.
[Seokjin]
Hey dek.
Apa kabar?***
Kim Seokjin sedang duduk di sebuah Coffee Shop. Menyeruput americano nya sembari matanya fokus pada layar laptop. Weekend ini masih saja ia harus bekerja. Lelaki dewasa yang tahun ini tepat 31 tahun itu sudah memiliki karir yang bagus. Dan tepat satu bulan yang lalu bahkan mendapat promosi yang bagus di kantornya.Setelah secangkir kopi itu sudah habis dan pekerjaannya telah selesai, ia menutup laptop itu. Dan memilih menggunakan ponselnya. Ah dan lagi, satu kopi ia pesan lagi untuk sedikit berlama-lama di Coffe Shop itu.
Satu media sosial ia buka setelah beberapa bulan tidak pernah menggunakannya.
Dan di time line nya itu. Foto milik Kim Jisoo muncul.
Kemudian, dengan rasa penasaran ia melihat profil instagram gadis itu.
"Sidney?"
Dahi Lelaki itu mengkerut.
Okay, ia memilih bertanya langsung sekaligus menyapa kabar gadis itu.
[Seokjin]
Hey dek.
Apa kabar?***
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Paper Rings (complete)
FanfictionSHORT STORY. Jisoo: "Kak Seokjin!" Seokjin: "Iya deek?" Warning 18+ mohon untuk bijak dalam memilih cerita. -bahasa lokal & nonbaku-