Come here, please?

2.2K 264 43
                                    

[Jisoo]
Kak Seokjin, Mama dan Papa hari ini meninggal dunia.
Rasanya dunia ku runtuh seketika.

Seokjin pagi itu sedang berolahraga. Lari bersama Ji Hye keliling kompleks. Namun mereka sedang duduk beristirahat seraya meminum air mineral segar.

"Pegang ponsel aku sebentar." Ujar Seokjin. Ji Hye lalu memegang ponsel milik Seokjin lalu memandang lelaki itu yang bergegas bangkit.

"Mau kemana?" Tanya Ji Hye.

"Main skipping." Ucap Seokjin lalu mengambil alat itu yang berada di samping tubuh Ji Hye.

Pesan dari Jisoo masuk dan membuat Ji Hye dapat membacanya.

Gadis itu merasa dadanya bergemuruh, ia lalu mengetik pesan dan membalasnya.

[Seokjin]
Turut berduka cita, and Rest In Peace...
Salam untuk Namjoon, semoga ia kuat. Dan semoga Kim Jisoo juga kuat.

Lalu ketika pesan itu sudah terkirim, Ji Hye menghapusnya dan bertingkah laku seperti tidak terjadi apa-apa.

Seokjin masih berolahraga wajah lelaki itu memerah dan keringat bercucuran dari dahinya.

Ji Hye mencintai Kim Seokjin, dan tidak ingin jika Seokjin memberi perhatian pada orang lain selain dirinya. Apalagi seorang gadis muda dengan paras yang begitu cantik hingga rasanya ia pun iri.

"Lempar minum dong?" Pinta Seokjin. Lalu Ji Hye melemparnya dan ditangkap dengan mudah oleh Seokjin.

"Kim Seokjin?"

"Ya?"

"Antar aku pulang kerumah yuk hari ini?"

"Apartment kamu?"

"Bukan, tapi rumah asli aku, yang ada di Daegu."

"Tumben?"

"Iya, aku ingin pulang saja bertemu keluarga aku. Kamu bisa antar?"

Seokjin menimbang permintaan kekasihnya itu.

"Oke."

Gadis itu tersenyum senang, lalu berdiri dan menghampiri Kim Seokjin.

"Thank you!!! Sayang kamu banget."

***
Bagi Jisoo kehilangan orang yang paling ia sayang adalah hal yang menyakitkan. Hal yang paling ia takuti di dunia ini dan hal itu benar-benar terjadi. Keduanya terlibat kecelakaan lalu lintas di jalan bebas hambatan. Kecelakaan naas beruntun itu membuat kedua orang tuanya terluka hebat hingga berada di ruang ICU selama satu minggu terakhir. Dan hari ini keduanya menghembuskan nafas terakhir.

Jisoo sudah menangis hebat sejak tadi. Ia sampai bingung harus bagaimana lagi sebab rasanya hatinya kini terasa kosong.

Semua kakaknya sudah menghiburnya, saling menguatkan dan memberi sandaran sebentar. Namun rasanya tetap saja, Kim Jisoo merasa kalau hari ini adalah hari paling terburuknya. Ia benci hari ini dan tidak menginginkan ini semua.

Entah kenapa tangannya bergetar memegang ponsel, ia hanya ingin mengabari Kim Seokjin. Seseorang yang baginya berarti. Seseorang yang selalu bisa membuatnya terhibur diantara hari-hari kelamnya menginjak usia dewasa. Seseorang yang membuat hari remajanya begitu membahagiakan.

Tetapi, rasanya Kim Seokjin sudah berubah semenjak memiliki kekasih. Bahkan balasan pesan itu, tak lagi ramah seperti dulu. Bahkan untuk datang di pemakaman hari ini, sosok itu tidak hadir.

"Jisoo-ya, ayo masuk ke mobil." Ujar Namjoon ketika proses pemakaman itu selesai.

Dalam perjalanan pulang, gadis itu menangis. Menangis karena kehilangan Mamanya, menangis karena kehilangan Papanya dan menangis karena Kim Seokjin sama sekali tidak lagi peduli pada dirinya.

"Kak Namjoon."

"Ya?"

"Aku mau ikut tinggal sama Kak Namjoon."

"Yakin? Kamu mau tinggal sama Kak Namjoon? Atau kamu mau tinggal sama Kak SeoJoon atau Kak HaeJoon?"

Haejoon tinggal di Busan, Seojoon di Jepang dan Namjoon tinggal di Sidney.

"Sama Kak Namjoon aja."

"Yaudah, iya sayang. Nanti kita siapin semuanya ya?"

***
Tbc

(Gue tuh sebenernya kalo rajin update, ya rajin banget sampai beberapa chapter dalam sehari. Yang udah sering ikutin story gue, pasti ngerasain deh. Hehehe)

Paper Rings (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang