Kim Seokjin sudah pulang ke Korea beberapa hari lalu dan Kim Jisoo sudah merindukan keberadaan lelaki itu.Masalahnya adalah, saat ini ia sedang benar-benar bingung.
Bingung dengan hubungan mereka.
Sebenarnya apa?
Seokjin belum mengatakan kata-kata cinta atau apapun padanya, tapi mereka sudah bersama menghabiskan satu malam yang memabukkan.
Jadi sebenarnya bagaimana?
Apa Seokjin benar-benar menyukainya atau itu hanya kesalahan malam yang tidak terduga saat di Hotel kemarin?Gadis itu sejak tadi melamun, hanya memandang sungai tenang di depannya. Hatinya sedikit berat. Beberapa kali ia menghembuskan nafas panjang. Sambil terus memikirkan Kim Seokjin.
Sedang apa lelaki itu?
Apa Kim Seokjin juga sama, memikirkannya?Ah.
Tidak.
Tidak bisa seperti ini.
Ia hanya ingin kepastian.
Kepastian kalau Kim Seokjin menginginkannya.Tapi, kenapa hari ini Seokjin belum mengatakan apa-apa? Bahkan bertanya tentang kabarnya.
Padahal ia sudah menunggu notifikasi di ponselnya sejak pagi.Apa Kim Seokjin selalu sibuk?
Haruskah ia selalu yang memulai dan bertanya?***
Tepat pukul 6 pagi, Seokjin terbangun dari tidurnya. Hari ini dia agak tergesa-gesa sebab meeting yang akan dimulai pukul 8 pagi nanti.Alarm di ponselnya yang berbunyi nyaring itu segera ia matikan dan bergegas mengambil handuk lalu melesat masuk kedalam kamar mandi.
Cuti selama sepekan membuat pekerjaannya menumpuk hingga membuat dirinya kembali disibukkan oleh rutinitas seperti biasa.
Kemarin-kemarin sepulang dari Sydney, ia rutin bertukar kabar dengan Kim Jisoo. Seokjin mengingat betul ketika ia pamit dari rumah Namjoon, mata gadis itu berkaca-kaca menahan tangis.
Iya. Gadis itu, yang sudah menghabiskan satu malam dengannya.
"Sarapan?" Tanya Mamanya ketika melihat Seokjin keluar dari kamar dan menenteng macbook miliknya di satu tangannya. Pria dewasa itu mengenakan kemeja yang lengannya di gulung sampai siku. Celana fit berwarna cream begitu cocok dengan kemejanya yang berwarna abu-abu dan penampilan itu di lengkapi dengan sepatu pantofel berwarna hitam yang berbunyi ketika beradu dengan lantai keramik.
"Nggak deh, Ma." Seokjin menghampiri dan segera menyeruput kopi tanpa gula itu dengan cepat.
Mamanya menepuk bahu lelaki itu, menandakan untuk pelan-pelan dalam meminum kopi agar tidak tersedak.
"Buru-buru." Ujar Seokjin.
"Masih set 7."
"Mau meeting jam 8."
Ponsel yang Seokjin taruh di meja makan itu bergetar, telefon dari seorang wanita yang langsung mendapat lirikan tajam dari Mamanya.
"Im Yoona?"
"Atasan." Kilah Seokjin cepat seraya mengambil ponsel itu dan menaruhnya di saku celana.
"Oh."
"Ya! Kim Seokjin, cepat carilah istri."
"Aigoo, Pernikahan yang gagal kemarin membuatku agak sentiment mengingatnya."
"Hampir 70% persiapan tapi gagal."
"Ya ampun, Aku begitu malu dengan orang-orang sudah tahu simpang siur kau akan menikah tapi tidak jadi." Mamanya mendelik, dan berucap dengan nada payah."Mian." Ujar Seokjin lalu mengecup pipi Mamanya dengan cepat.
"Udah ada kok.""Yang benar?"
"Iya."
"Kayanya.""Kok kayanya?"
"Teman Kantor lagi?""Bukan."
"Kenapa kayaknya Seokjin-ah?"
"Ya belum tahu. Makanya doain." Ujar Seokjin hingga membuat alis Mamanya bertautan heran.
"By the way, Ji Hye udah resign dari kantor." Ucap Seokjin ketika mengambil kunci mobil dari atas meja.
"Oh baguslah. Akan terasa awkward jika kau masih satu kantor dengannya."
"Ya Kim Seokjin, siapa gadis itu?"
"Coba kenalkan pada Mama?""Nanti."
"Udah ya mau ngantor."
"Bye Ma."
"Jangan lupa diminum obatnya. Sehat terus!""Pokoknya Mama nggak mau tahu, kenalin ke Mama."
Seokjin melambaikan tangan lalu senyum menghias wajah tampannya. Senyuman yang dapat membuat gadis-gadis jika melihatnya akan meleleh, karena terpesona sesaat.
"Iya Ma. Bye bye."
***
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Paper Rings (complete)
FanfictionSHORT STORY. Jisoo: "Kak Seokjin!" Seokjin: "Iya deek?" Warning 18+ mohon untuk bijak dalam memilih cerita. -bahasa lokal & nonbaku-