Ruang kelas begitu heboh. Keyna dan teman-teman lainnya sedang bercanda ria. Waktu menunjukkan pukul 08.30 WIB., masih tersisa 30 menit lagi sebelum dosen datang dan memulai perkuliahan. Walaupun begitu, anak kelas yang datang sudah lebih dari jumlah separuhnya.
Glendis melangkahkan kaki memasuki ruang kelas. Hari ini dia tidak menggunakan topi. Hanya tudung Hoodie yang menutupi kepalanya. Seperti biasa, kedua tangan itu dimasukkan ke dalam saku hoodie-nya.
Gadis itu berjalan perlahan ke arah kursinya. Tidak menghiraukan celotehan tak berfaedah disekelilingnya.
Gadis itu dibuat heran. Bagaimana bisa mereka betah berlama-lama membahas suatu topik atau sekedar menghibah orang lain? Bahkan terkadang, mereka tertawa terbahak dengan sesuatu yang bisa dikatakan, tidak ada lucunya sama sekali.
Beberapa orang meliriknya, lantas berbisik dan tertawa. Apa pun itu, Glendis tidak peduli.
Silahkan jika itu membuat kalian senang. Selagi tidak mengganggu ketenangan Glendis, itu sudah cukup. Selebihnya, what ever. Glendis tidak peduli.
Dia percaya, bahwa setiap orang di dunia ini tidak akan ada yang terbebas dari mulut orang lain. Termasuk dirinya.
Kamu! Iya, kamu! Kamu itu buruk dalam cerita seseorang.
Tasya, temen sekelas Glendis, beranjak dari kursi yang biasa dipakai gadis tomboy itu. Tadi dia sedang mengobrol ria dengan Keyna. Memilih pindah ke kursinya dan bergabung dengan teman yang lain ketika melihat Glendis memasuki kelas.
Keyna terdiam melihat kedatangan Glendis. Tersenyum kaku, dan tentunya dibalas dingin oleh gadis tomboy itu.
Apa yang Reno bilang benar, ya? Glendis cuma manfaatin aku?! Keyna menatap kosong ke arah meja. Pikirannya tengah berkelana.
Glendis menggoyangkan bahu Keyna, cemas melihat gadis imut itu hanya diam membisu. Ada apa? Bukannya tadi Keyna asik bercanda dan tertawa bareng Tasya dan temen yang lain? Apa Keyna gak senang gue datang?
"Lo, gak pa-pa, Key?"Keyna menoleh ke arah Glendis. Terkejut.
Gadis lengkung menghiasi pipinya. Ternyata Keyna benar, Glendis tidak mungkin menghianatinya.
Lihatlah, sejak kapan Glendis mulai membuka suara terlebih dahulu padanya? Itu suatu kemajuan yang besar.
Keyna memeluk Glendis secara tiba-tiba, membuat gadis tomboy itu terkejut dengan kelakuannya. Kemudian tersenyum lega. Ternyata Keyna tidak marah karena Glendis pergi dari rumahnya tanpa pamit. Gadis yang baik, Batin Glendis.
"Lo kenapa, Key? Sakit?" Glendis mengusap punggung Keyna. Dia tidak tau kenapa Keyna tiba-tiba memeluknya.
Keyna menggeleng, masih dengan senyuman yang menghiasi pipi.
Mulut kurang asem Reno benar-benar membuat Keyna geram. Bisa-bisanya dia meracuni otak Keyna. Walau sebenarnya cowok itu tidak bermaksud begitu, tetapi, racun dari mulutnya itu sudah terciprat ke otak Keyna tanpa cowok itu sadari. Menyebalkan. Bercandanya benar-benar tidak lucu. Dasar cowok! Tidak pernah berniat menggunakan hatinya.
"Gue gak pa-pa kok, Glen," Keyna melepas pelukannya.
"Ooh, bagus deh kalo gitu" Glendis menarik sedikit sudut bibirnya. Membuat lesung pipi itu muncul tak tertahankan, manis. Hanya sekejap, menghilang seiring lengkunan itu kembali berubah menjadi garis lurus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possible
Mistério / SuspensePlagiat dimohon untuk minggat. Dilarang mendarat, mendekat, apalagi merapat👊 Saat ketidakmungkinan berada di depan mata. SANGGUPKAH? Bagaimana jika dirimu dimasa kecil dulu datang menemuimu saat ini?, memaksamu untuk keluar dari kubangan lumpur...