Si Kembar

11 0 0
                                    

Keyna menghempaskan tubuh ke kasur empuknya, membuat benda itu bergoyang hebat. Matanya menatap lurus kelangit-langit kamar.

Bagaimana mungkin Glendis pergi begitu saja tanpa menunggunya pulang? Setidaknya mengabarkan Keyna jika memang dia mau pergi.

Bukankah tadi malam mereka sudah bertukar nomor handphone? Jadi, Glendis bisa 'kan menghubunginya?!

Keyna mencak-mencak di atas kasur, kesal. Setelah pulang kuliah tadi, Keyna tidak menemukan Glendis di kamarnya. Mencoba mencari kesetiap sudut rumah, barangkali gadis itu bosan terus berada di kamar. Namun, hasilnya nihil.

Ekor matanya melihat Reno keluar dari kamar. Gadis imut itu memutuskan bertanya ke laki-laki itu dan langsung mendapat jawaban yang tidak mengenakkan dari mulut Reno.

Keyna bertanya-tanya, apa yang salah dengan Glendis? Kenapa dia pergi tergesa tanpa mengucapkan sepatah kata? Seharusnya dia bisa pamit ke Reno jika dia malas menghubungi gue. Mata itu masih tak berpaling dari langit-langit rumah.

Tok ... Tok ... Tok
"Kak, kakak di dalam?"
Ketukan terdengar di pintu kamar Keyna diiringi suara adik kembarnya_Reno.

"Ya, bukak aja. Gak dikunci, kok." Keyna masih diposisi yang sama, enggan beranjak.

"Kakak udah nelpon Glendis?" Reno melangkahkan kakinya agar lebih masuk ke dalam kamar. Kemudian memutuskan duduk dikasur Keyna_disamping kakaknya.

"Udah" Keyna menjawab lesu.

"Terus, dia bilang apa?" Reno tampak penasaran.

"Jangankan ngomong, diangkat aja nggak." kesal Keyna.

"Yah, kirain udah diangkat. By the way, Kakak temenan ama dia baru tadi malam, 'kan?" Reno bertanya serius.

Keyna membelokkan pandangannya ke arah Reno, lantas, gadis itu mengangguk.
"Kenapa?"

"Jangan-jangan, dia cuma manfaatin Kakak biar bisa nginep di rumah. Pura-pura pengen temenan, padahal ada maunya. Hati-hati, Kak!" Reno masih dengan wajah sok seriusnya.

Keyna masih diam mendengarkan. Kembali menatap langit-langit kamar.

"Kakak liat 'kan, dalam dirinya itu gak ada kasih sayang, terlalu dingin, jutek. Kakak juga sering di kasarin." Reno menambahi.

Apa benar begitu? Keyna membatin. Tapi menurutnya, walaupun Keyna Glendis memiliki temperament yang buruk, dia gadis baik. Pasti ada alasan kenapa Glendis seperti itu. Keyna yakin.

Melihat kakaknya berpikir keras, hingga keningnya berkedut-kedut, Reno terbahak kencang. Membuat Keyna terkejut dan langsung menatap Reno. Apa yang salah dengan anak itu?

"Kakak ngapain, sih, mikir keras segala. Gue cuma bercanda, woy. Masa iya Glendis kayak gitu" Reno menepuk-nepuk kasur Keyna sambil tertawa. Sampai-sampai, matanya mengeluarkan air.

Keyna menetap Reno dengan tatapan datar bercampur kesal. Mulut kurang ajar Reno bahkan membuat Glendis hampir curiga sama Glendis. Kemudian gadis itu melemparkan bantal gulingnya ke laki-laki itu. "Pergi, lo!"

Reno menangkis bantal guling itu. "Gue cuma mau ngetes Kakak aja, kok. Kakak percaya gak sama temen Kakak sendiri? Ini digoyang dikit langsung jatuh. Gak percayaan. Percuma temenan kalo kayak gitu. Gak bakal bertahan lama." Reno sok bijak menceramahi Keyna. Namun, gadis itu diam membisu. Mencerna perkataan dari mulut limbah Reno.

Possible Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang