Jangan Hina Nyokap Gue

15 2 0
                                    

Glendis melangkahkan kakinya ke dalam rumah, kosong. Ayah pergi bekerja, Meysia belum pulang sekolah, sementara Bunda entah pergi kemana. Glendis tidak tau, yang jelas, Bunda tidak ada di rumah.

Glendis menyeret tasnya di lantai, berjalan lunglai menuju lantai dua. Entah kenapa, badannya terasa letih. Padahal gadis itu hanya pergi ke kampus.

Setibanya di kamar, gadis itu meletakkan tasnya di tempat gantungan tas, di dekat lemari, di samping meja belajar.

Glendis melepaskan hoodie-nya. Membuangnya ke sudut kamar, persis di belakang pintu.

Berjalan lemas menuju kasur, lantas menjatuhkan tubuhnya ke benda empuk itu.

Glendis mengurut keningnya, kepalanya terasa berat. Gadis itu membalik badannya menghadap langit-langit kamar. Menatap lurus ke depan.

Teringat akan Rayhan tadi siang di dalam kelas. Ketika Glendis ingin berdiri menghampiri laki-laki itu, tiba-tiba dosen sudah masuk ke dalam kelas. Membuat gadis tomboy itu mengurungkan niatnya.

Sepulang kuliah tadi pun Glendis belum bisa menemui Rayhan. Selepas dosen keluar kelas, laki-laki itu langsung saja menyambar tasnya dan bergegas meninggalkan kelas. Di ujung pintu, Rayhan menoleh sekilas ke arah Glendis, lantas berlalu begitu saja. Membuat gadis itu mengerutkan keningnya.

Ada apa dengan Glendis? Pikiran dan hatinya mengatakan kalau Ayah dengan Rayhan memiliki hubungan dekat.

Entahlah, kepala Glendis bertambah pusing. Gadis itu mendengar keributan di luar rumah, terganggu. Selalu saja ada yang mengganggunya.

Glendis beringsut menuruni kasur. Berjalan menuju jendela, lantas menyibakkan tirainya.

Glendis mengerutkan keningnya melihat orang yang membuat keributan itu. Di bawah, di depan rumahnya, di luar gerbang tepatnya. Berdiri Rayhan dan seorang wanita paruh baya. Wanita itu marah-marah, memaksa masuk kepada satpam penjaga. Wanita itu sepertinya tidak asing dimata Glendis, gadis itu mengingat-ingat.

Astaga, Glendis membulatkan matanya. Memperjelas penglihatan, berharap matanya salah mengenali wanita itu.

Itu wanita yang menggandeng tangan Ayahnya. Ngapain mereka kesini? Apa gue gak salah liat?

Glendis mengucek matanya. Lantas mempertajam penglihatan. Tidak salah lagi.

Glendis membalikkan badannya. Bergegas keluar kamar dan menuruni tangga rumah dengan cepat. Kemudian keluar menuju tempat satpam, di dekat gerbang.

"Siapa, Pak?" Glendis bertanya memastikan.

"Bapak juga gak tau, Non. Mereka marah-marah memaksa masuk. Katanya mau nyari Nyonya besar." adu Pak Budi, selaku satpam di rumah Glendis.

"Bunda 'kan gak di rumah, Pak" Glendis memijit pelipisnya. Sakit di kepalanya semakin menjadi-jadi.

"Sudah, Non. Sudah bapak bilang. Tapi mereka tetep maksa buat masuk. Minta dibukakan gerbangnya." Pak Budi menggaruk kepalanya, bingung.

"Ya udah, Pak. Biar Glendis aja yang ngomong." Glendis melangkah mendekati pagar, membuka pagar itu.

Suara di luar benar-benar membuat gaduh. Suara wanita itu memanggil-manggil nama Bunda.  Ada masalah apa dia sama Bunda ? Kenapa dia bisa kenal sama Bunda? Glendis mengerutkan keningnya.

"Tapi, Non. Tadi Nyonya besar bilang gak boleh dibuka kalo ada orang asing." suara Pak Budi menghentikan tangan Glendis yang membuka pagar.

Tumben, biasanya Bunda selalu menerima tamu dengan senang hati.

Possible Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang