Funeral

291 58 1
                                    

Mobil hitam berhenti tepat didepan dorm YeoChin. SinB dan Hoseok keluar beserta sedikit barang-barang pribadi milik SinB.

"Nanti sore aku jemput ya?" Ucap Hoseok.

"Mau kemana lagi?"

"Menemui sahabatku."

"Ahh eumh .. arasseo .."

Gadis ini tersenyum sambil mengangguk. Hoseok melangkahkan satu kakinya mendekat. Tangannya menangkup pipi SinB, sedangkan bibir Hoseok perlahan maju menempel pada dahinya dengan tenang.

Mereka akan baik-baik saja sekarang. Sudah tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan tentang teror gila yang sangat mengganggu. Semuanya sudah berakhir.

"Aku harap kamu memaafkannya .." Hoseok berucap begitu pelan.

Kini gadis itu Hoseok masukkan kedalam pelukan eratnya. Hoseok takut jika ia akan benar-benar kehilangan SinB jika saat itu tidak datang. Apa yang bisa dia lakukan untuk wanitanya?

"Hobi Oppa .." SinB besuara ditengah pelukannya.

"Hm?"

"Terimakasih telah mengkhawatirkanku .."

Tangan SinB semakin erat memeluk pada punggung Hoseok. Aroma parfum yang selalu menemani gadis ini begitu ia cintai. Perasaannya akan semakin lega dan tenang ketika menghirupnya. Dimanapun dan kapanpun itu.

Hoseok melepas pelukan mereka. Mata hitamnya menatap SinB dengan intens. Gadis ini ceroboh, bagaimana dia tidak mengkhawatirkannya?

"Tetaplah begini .." kata Hoseok.

"Mwo?"

"Buatlah aku selalu ingin menjagamu .. bisa?"

Entah apa yang ada dipikiran SinB, dia tak menjawab pertanyaan Hoseok. Tangannya kembali ia lingkarkan pada punggung yang sama yang menolongnya dari kobaran api hari itu.

"Teruslah menajagaku Oppa .."

***

Short dress hitam polos sudah terbalut rapi menutupi tubuhnya. Sinb sudah siap pergi sekarang. Dia hanya perlu menunggu sampai Hoseok menelfonnya untuk keluar.

Tinunitt .. tinunitt ..
Yap, tak perlu menunggu lama. Heels pendek dengan tali mengikat pergelangan kaki SinB itu ia kenakan sebagai alas kaki.

Lelaki yang berjanji menjemputnya sudah menunggu. Lengkap dengan kemeja hitamnya, Hoseok mengemudikan mobilnya menuju arah tujuan mereka sore ini.

"Ternyata ada appa .." kata Hoseok begitu sampai di parkiran.

Tangan SinB yang kosong segera ia genggam menuju pintu ruangan. Nampak Paman Shin membungkuk dan tersenyum kearah mereka berdua. Hal ini tentu dibalas ramah oleh SinB dan Hoseok.

Terlihat jelas ditengah tatanan bunga putih dan beberapa warna lain foto seorang yang begitu Hoseok kenal. Wanita itu tersenyum disana, apakah begitu yang ia rasakan sekarang?

Hoseok membungkuk dan mengambil beberapa dupa untuk dibakar. Walaupun tak mengenalnya dengan baik, SinB ikut melakukan ritual-ritual tersebut sebagai bentuk penghormatan.

Kenapa berakhir begini? SinB menatap penuh duka terhadap foto didepannya. Hoseok baru saja keluar dan berbincang dengan Tuan Shin serta ayahnya. Gadis ini sendiri diruangan ini.

Apakah mereka tak bisa berteman baik? Bahkan untuk mengetahui namanya saja SinB harus tau ketika dia benar-benar sudah tak bisa menjabat tangan Aeri.

"Apa yang kamu ingin sebenarnya? Kenapa menyakiti dirimu sendiri?"

Mata SinB masih menatap lurus pada gambaran hidup wanita cantik itu. Mereka belum kenal dekat, tapi kenapa SinB bisa merasakan kesedihannya?

"Maafkan aku yang tidak bisa menjaganya paman .." ucap Hoseok merasa bersalah.

Lelaki paruh baya ini hanya tersenyum seolah-olah semuanya nampak baik. Tentu ini begitu melukai perasaannya, dia tak tau apa yang terjadi sebelumnya. Ia pikir Aeri baik-baik saja.

Gadis itu tak pernah menceritakan apapun yang mengganjal hatinya. Dia terlalu sibuk dengan artikel dan karirnya sebagai jurnalistik. Tuan Shin tak pernah menyangka jika putri semata wayangnya  akan pergi dengan kesedihan dan tangis.

"Sebenarnya dulu Aerilah yang akan ayah jodohkan ke Hobi." Ucap Tuan Jung ketika kini hanya menyisakan bapak dan anak itu.

"Mwo? Kenapa tidak bilang?"

"Aku tau dirimu. Siapapun orangnya, jika kamu bilang tidak, tentu itu tidak akan terjadi."

"Lalu kenapa ayah batalkan?"

"Karena sudah ada SinB."

"Ayah hanya tidak tau satu hal .."

"Apa?"

"Sebenarnya saat awal aku membawa SinB kerumah, dia bukan pacarku sungguhan .."

"Ayah tau .."

"D-dari mana?"

"Jiwoo sejak awal sudah curiga, kamu selalu bercerita apapun tentangnya."

"Kenapa ayah diam saja?"

"Kamu tau? Ayah paling tidak bisa memaksakan kehendak ayah sendiri kepada kedua anak ayah. Jadi ayah pikir mungkin kamu memang tidak menginginkan perjodohan ini."

"Ahh ayah .. mianhae .." ucap Hoseok merasa bersalah untuk yang kedua kalinya dihari yang sama.

Ternyata selama ini kebohongannya sudah diketahui. Tapi, Hoseok merasa sedikit bersyukur akan hal itu. Jika tidak karenanya, mungkin SinB tak akan menjadi seseorang yang spesial dalam hidupnya seperti sekarang.

"Tapi sekarang tidak ada kebohongan ayah, tenang saja."

Dimple kecil diujung bibirnya nampak. Gadis yang sedang dibicarakan datang. Wajahnya nampak murung usai keluar dari ruang pemakaman.

"Waeyo?" Tanya Hoseok.

"Aniyaa .."

"Pulanglah, SinB terlihat begitu lelah, ayah masih mau disini menemani Chul." Ucap Tuan Jung mengarahkan.

"Ne appa .."

Mereka berdua berpamit dan membungkuk. SinB masuk dan segera menceritakan rasa yang ia dapatkan saat disana. Hawa kesedihan begitu mencuat.

SinB tak yakin, tapi sepertinya memang ada hal yang benar-benar terpendam dan belum pernah ia ungkapkan pada siapapun. Ini cukup menggores hatinya yang hanya dengan melihat foto milik Aeri terpajang disana.

"Apa dia tidak pernah berkata apapun?" Tanya SinB.

Tbc ..
Makasii selalu aku ucapkan, tanpa kalian ga mungkin readers SOS nyampek 1K kayak skrg, walaupun itu masih dikit, dikit bgt malah .. tapi aku udh cukup seneng dgn respon kalian yg selalu ngisi ruang notif wattpad aku ..
Tinggal beberapa part lagi buat sampai epilog .. semoga kalian suka ya 🤗🤗
Love you, saranghae ..
Putriellys

S.O.S ~ Saying of StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang