🌹15🌹

8 3 1
                                    

Vote dulu dungs:33

Happy Reading Guys❣️


Suasana terasa hening walaupun sekitar ramai orang berlalu lalang sambil membawa barang bawaannya. Semua itu tak luput dari penglihatan Alex. Dirinya menoleh kembali ke samping untuk yang kesekian kalinya.

"Rania" Alex terhenti langkahnya tetapi Rania terus berjalan dengan tatapan kosong.

"Rania" Alex ikut bangun dari tempatnya saat seseorang itu tepat di samping depannya.

"Revan" Rania berkaca-kaca.

Revan langsung mendekapnya dalam pelukan dengan erat. Rania tertegun dengan perlakuan Revan secara tiba-tiba.

"Rania. Ini benar kau?" lirihnya pelan. Rania hanya menatap punggung badan yang tengah memeluknya lalu menatap Alex. Air matanya tak tertahan lagi.

Cairan bening menetes di pelupuk matanya.

Revan melepas pelukannya lalu menangkup kedua pipi Rania dengan sesekali usapan lembut darinya.

Rania menunduk, dia sudah tidak tahu lagi harus bagaimana saat ini.

"Benar ini Rania kecilku?" Rania mendongah menatap manik mata yang selama ini dia rindukan. Tatapannya beralih pada gadis di belakang Revan. Untuk yang kesekian kalinya bertepatan dengannya bersama Revan.

Rania dengan cekalan tangan melepas tangan Revan dari wajahnya.

"Aku tidak punya banyak waktu. Alex ayo kau bisa terlambat nanti" ujarnya pada Revan lalu beralih pada Alex yang sedari tadi hanya memperhatikannya.

Rania menarik pergelangan tangan Alex dan membawanya keluar dari Caffe itu.

Tersadar dari lamunannya. Rania menatap kesamping.

Kosong.

Lalu menoleh kebelakang. Alex terdiam diri ditempat. Rania menunduk.

Alex mulai melangkah menghampiri Rania.

"Aku tau apa yang kau pikirkan." Rania mendongah menatap iris mata Alex.

Alex mengedipkan kedua matanya pelan lalu tanganya mengusap surai rambut Rania dengan lembut.

"Temui dia lagi" ucapnya.

Rania masih menatap Alex lalu mengangguk pelan.

Alex membetulkan letak jam tangannya melihat angka dalam jamnya.

"Baiklah aku harus take off. Kau jaga diri baik-baik"  Alex mengecup singkat kening Rania dengan sayang.

Rania kembali mengangguk lalu mulai melambaikan tangannya saat sosok Alex menjauh darinya.

Rania terus menatap punggung badan Alex yang kian menjauh dan tak terlihat lagi.

Dirinya berbalik.



Deg.

'Revan' batinnya

Revan melangkah mendekatinya. Tatapannya masih sama sendu dan penuh kerinduan.

Sekarang Revan tepat di hadapannya.
"Jangan pergi lagi aku mohon" ucapnya lalu memeluk Rania. Rania hanya diam.

Perlahan Rania mulai membalas pelukan Revan dan memeluknya dengan erat. Dia juga merindukan Revan. Sangat.

"Aku merindukan mu" Revan mengangguk

"Aku lebih dari itu"

***


Dua insan dengan berbeda jenis kini tengah duduk canggung saling berhadapan di sebuah Caffe dekat Bandara.

Revan terus menatap gadis di depannya ini sedangkan yang di tatap memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Kau kemana saja" ucapnya informal.

Tak ada jawaban.

"Aku menunggu kau selama 9 tahun ini. Tak ada kabar sama sekali. Tanda-tanda kau kembali lagi bahkan tak ada."

Rania memberanikan diri menatap laki-laki didepannya ini.

"A-aku tidak bisa mengatakan semuanya padamu. Walau aku mau"

"Oh ya..Ba-bagaimana kabarmu" tanya Rania sedikit gagu.

Revan sama sekali tidak memutuskan tatapnya.

"Kenapa tidak bisa? Jangan mengalihkan pembicaraan" katanya

Rania menatap ke atas lalu membuang arah pandangnya ke arah lain tak kuasa menahan tangis. Sedikit mengusap tangisnya. Lalu berusaha tersenyum.

"Dengar. Aku disini tidak lama. Aku akan kembali setelah pekerjaan Ayah selesai disini. Kau tidak perlu mencariku atau menanyakan tentang diriku lagi" serkanya dengan berat hati.

Rania tidak bisa mengatakan semuanya.  Dia tidak mau Revan mencarinya nanti. Rania tahu Revan masih sama seperti dulu. Tapi dia tidak bisa memberitahukannya. Rania tahu Revan sedang berusaha menyukai gadis lain. Entah bisa tahu darimana tapi dia bisa merasakan itu saat bersamanya dan gadis yang sering berpas-pas an denganya dan Revan.

Mungkin ini sudah pilihan yang tepat. Rania harus merelakan Revan bersama orang lain dia tidak boleh egois. Toh dia juga tidak bisa terus bersamanya disini.

"Apa maksud mu?" Revan tampak bingung.

"Lupakan itu. Apa kau bisa menceritakan sedikit tentang gadis yang selalu bersamamu itu" ia mengalihkan pembicaraan

"Dia Alice. Temanku di sekolah"

"Kau menyukainya?" Serkanya langsung

Revan menatapnya dalam. Lalu mengangguk.

Tahu yang di rasakan Rania sekarang? sesak. Tapi dia berusaha menutupi semuanya dengan tersenyum

Revan terus bercerita baik itu tentang Alice ataupun hal yang lainnya, sesekali mereka tertawa kecil.

Memandang Revan dengan senyum dan tawanya seperti itu membuat Rania merasakan bahagia dalam dirinya.



~~~



Makasih 🥰 yang udah selalu baca cerita ini
Jangan lupa klik icon ⭐ 👇🏻

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LiebeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang