Orion pembunuh bayaran di usianya yang sangat muda terjebak akan perasaannya sendiri menyukai gadis satu sekolahnya. Membuat dirinya ragu untuk bersanding dengan gadis itu, karena jika Orion memilih untuk mengikuti perasaannya maka Orion harus bersi...
Layaknya seperti Astronomy yang mempelajari tentang ilmu perbintangan serta fenomena alam, sebuah takdir yang menuntun untuk saling bertemu satu sama lain. Tidak ada sebuah janji, bahkan nama yang saling berkaitan. Dengan kisah yang berbeda di setiap nama, namun memiliki tujuan yang sama kebahagiaan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seorang Laki-laki tengah tertidur pulas diatas sofa ruangan miliknya, mengambil posisi nyaman untuk kembali tertidur, Sebelum Alarm berbunyi nyaring memenuhi ruangan yang berasal dari ponselnya. Yang dia letakkan di atas nakas dekat sofa.
Lelaki Itu melenguh pelan mengerjapkan matanya beberapa kali, menyesuaikan pencahayaan yang memasuki indera penglihatannya.
Laki-laki berperawakan tinggi itu terbangun mengambil ponselnya untuk mematikan alarm, mengedarkan pandangan ke sekeliling dan baru menyadari bahwa dirinya sedang tidak berada di rumah yang ditinggali oleh ibunya dan dirinya.
Orion Aksa Rafisky lelaki dengan iris mata yang indah berwarna hijau safir bangkit dari sofa menuju kamar mandi dengan cepat Orion memakai baju seragam sekolah putih abu-abu khas anak sekolah yang sudah dia siapkan sewaktu-waktu terlalu malas untuk pulang ke rumahnya seperti tadi malam.
Mengingat jarak tempuh rumah rahasianya yang menjadi tempat untuk bekerja cukup jauh dari sekolah.
Selesai memakai seragam Orion bergerak menuju lemari pendingin membukanya, melihat kulkas yang isinya hanya tinggal beberapa mengingat bahwa dia harus berbelanja bulanan hari ini.
"Sialan" umpatnya
Orion mengambil sekotak sereal serta susu yang tersisa sedikit isinya untuk menjadi sarapannya pagi itu.
Suapan terakhir sudah masuk ke dalam perut lelaki tampan yang sedang mengunyah sereal di dalam mulutnya, Orion yang melihat jam tangan yang berada di lengannya sudah menunjukan pukul 06:35.
Cepat-cepat Orion meletakkan piringnya di wastafel dan meninggalkannya begitu saja mengambil kunci motor serta helm fullface hitamnya, bergegas menuju sekolah.
Beruntung Orion belum terlambat karena gerbang masuk masih terbuka lebar dan beel masuk masih sepuluh menit lagi, Orion turun dari motor hitamnya berjalan menuju tempat loker untuk mengambil beberapa buku pelajarannya yang sengaja dia simpan di loker.
