"Sang pemburu itu kembali datang untuk mengambil kekuasaan yang dulu pernah jaya pada masanya. Tapi kita harus liat rotasi kehidupan, siapa yang ada di atas siapa yang ada di bawah"
***"Di antar siapa kamu?" tanya Bagas dengan heran sambil menoleh lurus ke depan dan mendapati sesosok cowok sudah pergi melaju dari perkarangan rumahnya.
"Arkan bang," ucap Acha pelan sambil menggigit bibir bawahnya.
"Lah Angkasa mana?" Bagas mengernyitkan dahinya, karena tumben sekali Acha tidak pulang bersama Angkasa.
"Ada urusan katanya. Kalo gitu Acha ke kamar dulu," kata Acha yang kemudian langsung ke kamar. Ia tak ingin Bagas membahas hal ini, lagipula Angkasa tadi yang mengizinkannya pulang bersama Arkan.
"Cha!" panggil Bagas yang melihat Acha mau naik ke atas menuju kamarnya.
"Iya kenapa Bang?" Acha menatap gugup.
"Abang mau bahas soal yang dulu. Waktu itu abang pernah cerita kan ke kamu soal Mama yang di perkosa orang, dan abang dapat beberapa informasi tentang itu," ujar Bagas membuat Acha terkejut.
"Jadi abang tau siapa yang udah perkosa Mama?" tanya Acha.
"Belum sih, mungkin nanti. Kamu ganti baju dulu, abis itu kita ngobrol lagi." Bagas pun melangkahkan kakinya menuju dapur. Sedangkan Acha masih terpaku di tempatnya, jika memang benar informasi itu maka bang Bagas akan menemukan siapa ayah kandungnya. Dan Acha harus memanggil orang itu dengan sebutan apa?
Karena Papanya pun sekarang masih di luar kota pasti ia tak tau tentang berita ini. Kemarin Acha menelponnya dan Papanya sudah mendapatkan pekerjaan namun belum bisa ke Jakarta untuk saat ini.
Tanpa berlama-lama Acha pun segera masuk ke kamarnya dan mengganti baju, pikirannya kini bercabang. Namun bagaimanapun juga ia akan membantu bang Bagas untuk menemukan ayahnya itu.
Dengan pelan Acha turun dan menuju dapur, di situ sudah ada Bagas yang duduk di meja makan. Ibu Dona hari ini libur jadi yang memasak makanan di atas meja pasti bang Bagas.
"Duduk Cha. Kita makan bareng," ujar Bagas yang melihat Acha sudah berganti baju.
"Iya bang," ucap Acha lalu duduk dan menatap Bagas yang sepertinya kurang bersemangat.
"Abang kenapa?" Acha bertanya tapi Bagas hanya tersenyum seolah-olah tidak ada apa-apa.
"Gak papa, cuma lagi banyak pikiran aja." Bagas pun meminum air dari gelasnya.
"Kalo boleh tau abang dapet info itu darimana?" dengan pelan Acha bertanya namun ia melihat abangnya sedang menghembuskan napas dengan kasar.
"Dari temen abang yang emang udah lama abang suruh buat nyelidikin itu. Tapi katanya orang itu pindah gak tau kemana dan ia sekarang sudah berkeluarga," tutur Bagas.
"Pindah kemana?" tanya Acha lagi.
"Gak tau abang, tapi dia sekarang sudah jadi orang sukses. Yang abang bingung siapa orang itu sebenarnya? Dan yang lebih membingungkan lagi abang dapet sebuah paket tapi nama dan alamat pengirimnya gak ada."
"Paket? Isinya apa bang?" Acha makin tak habis pikir, sebenarnya siapa orang itu sebenarnya.
"Dia ngirim foto abang waktu masih bayi dan itu foto sama persis dengan yang Mama kamu punya, gak salah lagi pasti dia yang kirim. Tapi kenapa dia gak mau samperin abang?" Bagas pun memijit kepalanya yang mulai pusing.
"Mana berani bang dia nemuin. Bisa-bisa abang emosi kalau ketemu dia," ucap Acha yang di iyakan oleh Bagas.
"Iya sih tapi abang harus tau penjelasan dia dulu, kenapa dia lakuin itu ke Mama kamu. Seharusnya dia bisa jadi orang yang bertanggung jawab," jelas Bagas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa 2
Teen FictionKetika orang baru hadir akankah hati mereka berpaling? Apakah janji yang terucap itu hanya kata semata? Kisah mereka berlanjut kembali mencari Arkan Archer Vernando, seseorang yang sangat berarti bagi Thalia. Namun ketika mereka bertemu semuanya men...