Part 26

225 28 89
                                    


"Kebaikan yang datang dari hatimu itu suatu saat akan membantumu"

***

Angkasa kini sedang terbaring di rumah sakit, cowok itu tak sadarkan diri meskipun hari sudah berganti malam. Acha yang senantiasa ada di dekatnya pun menggenggam tangan Angkasa dengan erat. Tadi ia baru saja dari kamar Bagas, abangnya itu sudah sadar dan ia menyuruh Acha untuk ke kamar Angkasa.

Kamar rumah sakit yang di tempati Angkasa sangatlah sunyi, bahkan Acha bisa mendengar jam dinding yang terus bergerak maju tiap detiknya. Ingin sekali Acha mengetahui apa yang sedang terjadi, namun bertanya dengan abangnya dan juga yang lainnya di saat situasi seperti ini sangat lah tidak tepat.

Semua anak Black Shadow sebagian besar masuk rumah sakit, kecuali beberapa orang yang selamat. Raka yang tadi mengantar Angkasa ke rumah sakit pun masih selamat, meskipun Acha tau ada raut cemas dan khawatir dari wajah Raka. Cowok itu setelah mengantar Angkasa langsung pergi lagi entah kemana, dan yang Acha dengar Raka hanya mengalami beberapa luka kecil. Sebenarnya apa yang sedang terjadi?

"Lo tidurnya nyenyak banget Sa, rasanya liat wajah lo saat ini damai banget. Pasti rasanya tenang ya gak ada beban." Acha kini mengelus rambut Angkasa dengan lembut sambil menatap teduh cowok itu, tak sadar satu bulir air mata jatuh lolos ke arah pipinya.

"Kenapa sih lo jadi orang batu banget, padahal gue udah berusaha halangin lo biar gak nyusul mereka. Gue tau lo mau ke sana mau bantu mereka, tapi lo harus liat diri lo sendiri dulu. Apa bisa lo kesana hah dalam keadaan sakit?" tanya Acha yang menunduk, satu tangannya masih mengenggam tangan Angkasa.

"Please bangun ya, maafin gue selalu nyusahin lo. Kenapa sih lo selalu nolongin gue, bahkan di saat lo benci pun lo masih baik sama gue. Kadang gue mikir lo jahat Sa, jahat karena bikin gue jadi orang yang selalu merasa bersalah. Lo ada saat semua orang gak percaya sama gue, selalu ada buat semangatin gue, ada saat gue butuh pundak buat bersandar, kenapa lo selalu ada ketika gue butuh sosok mama?! Kenapa sih Sa? Kenapa lo buat gue stuck di satu orang kayak lo!!" bentak Acha yang kini menangis keras, air matanya sudah tumpah ruah. Ia tak bisa, ia pasti akan jadi sosok yang lemah di depan Angkasa.

"Bangun Angkasa?! Mana Angkasa yang pertama kali gue liat sebagai cowok dingin itu, mana Angkasa yang dulu suka natap gue dengan tajam, mana Angkasa yang dulu?! GUE KANGEN LO ANGKASA!!!" teriak Acha yang sudah berdiri dari kursinya dan menggoyangkan tubuh Angkasa, namun cowok itu hanya diam tak merespon Acha sama sekali.

"Angkasa bangun, lo pikir cuma lo aja yang sakit? Gue juga Sa! Apa pernah lo mikir perasaan gue ketika liat lo berantem hah?!! Kalo lo terluka gue juga, jadi ayo please bangun jangan nyiksa gue lebih lama. ARGHHH!!!" Acha menjambak rambutnya frustasi, air matanya sudah membasahi wajahnya. Deru napasnya turun naik karena tiba-tiba saja ia merasa sesak di dadanya.

"Gue sayang lo hiks hiks," ucap Acha yang kemudian keluar dari kamar Angkasa sambil menangis.

"Gue emang gak guna, gak bisa buat lo bahagia. Kenapa sih gue tetep ngotot kalo lo masih suka sama gue," kata Acha yang kini menutup pintu kamar Angkasa. Ia kemudian menyender di dinding dan kemudian badannya terperosok ke bawah akibat tak ada lagi tenaga, Acha kini sudah pasrah tak ada lagi alasan dirinya untuk hidup.

DRTTT DRTTT

Ponsel Acha bergetar membuat ia menggeledah rok-nya dan mendapati ada satu pesan masuk di dalamnya.


Andromeda : Kotak kayu


Acha mengernyitkan dahinya heran, ia mengusap sebentar air matanya dan kemudian membaca lagi pesan itu dengan jelas.

Angkasa 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang