Part 27

183 28 107
                                    


"Senja bolehkah aku menyaksikanmu bersama Angkasa?"

****

"Kamu seharusnya lebih berhati-hati! Apalagi Bima, kamu jangan sampai salah langkah berhadapan dengan dia," ucap seorang wanita yang tengah duduk di sebuah sofa mewah. Di sebelahnya ada suaminya yang kini sedang berpikir keras.

"Cuma Bima? Terus Angkasa gimana," tanya Elang yang duduk bersebrangan di hadapan mereka.

"Angkasa gak bakal bisa macam-macam karena dia itu gak punya apa-apa, dia gak bisa buktiin diri dia sendiri. Lagipula detik-detik kemenangan itu sebentar lagi akan tiba," tukas Rita sambil tersenyum licik.

"Tapi kotak itu belum ketemu, andai saja waktu itu semua berjalan lancar pasti kita bisa dapetin semuanya dan kita tak perlu melakukan semua ini," seloroh Fachri yang kini menarik napasnya dalam dan kemudian membuangnya secara kasar.

Elang memicingkan matanya dan kemudian mengernyitkan dahinya heran, jujur saja ia hanya mengetahui sedikit infomasi tentang keluarga angkat Angkasa. Untuk sesuatu yang lebih privasi itu jelas bukan hak nya apalagi untuk mengetahui urusan keluarga, namun ada sesuatu yang menarik sebuah rahasia yang membuat Elang mau bekerja sama.

"Kalau boleh tau, kotak yang kalian maksud itu berarti penting buat Angkasa?" ceplos Elang secara terang-terangan.

"Iya di situ semua ada identitas diri Angkasa, siapa dia sebenarnya, orang tua kandungnya, dan juga semua warisan yang di turunkan kepada dia." Fachri berkata dengan santai lalu mengambil kopi hitam yang ada di atas meja dan kemudian meneguknya.

"Tapi sayang panti asuhan tempat Angkasa dulu tinggal itu kebakaran, kejadiannya tepat setelah dia kehilangan ingatannya. Jadi kotak itu tidak tau keberadaannya dimana, apakah sudah terbakar jadi abu atau pun hilang entah kemana," ujar Rita.

"Jadi apa yang harus saya lakukan? Kenapa kalian memanggil saya kemari lagi," kata Elang yang menegakkan kepalanya dan kemudian duduk bersandar di sofa mewah. Tepatnya ia sekarang berada di ruang kerja sebuah perusahaan.

"Cegah Angkasa untuk mencari tau tentang dirinya atau apapun, apalagi tentang kotak itu jangan sampai dia mengetahuinya. Jika dia menemukannya maka kita semua akan game over dan Angkasa akan menjadi pemilik sah perusahaan ini," ucap Fachri dengan serius.

"Yah lagipula Angkasa saat ini masih belum sadar dan ini jadi sesuatu yang bagus, untuk saat ini kita aman." Elang menatap Rita dan Fachri bergantian.

"Kamu jangan senang dulu, Angkasa itu berbeda. Dia itu susah untuk di tebak dan kamu harus berhati-hati dengannya, kamu jangan pernah anggap remeh seorang Angkasa. Jika semua ada di genggamannya maka gak cuma kami, tapi posisi kamu pun akan terancam. Kamu tau kan Angkasa gak akan pernah main-main dengan orang yang berani dengannya, apalagi sama orang yang berani menyakiti seseorang yang dia sayang." Fachri balik menatap Elang membuat yang di tatap pun terdiam seketika.

"Cih kita liat aja nanti," desis Elang kemudian tersenyum di sudut bibirnya meremehkan.

****

Ruangan rumah sakit malam ini sangat sunyi, tak ada seorang pun yang berada di kamar Angkasa. Cowok itu masih tidak sadar hingga satu mimpi buruk mendatanginya. Samar-samar ia melihat seorang perempuan datang ke arahnya, namun ketika ia berlari mencoba mengejar perempuan itu jarak mereka semakin jauh.

"Angkasa," panggil perempuan itu sambil melambaikan tangan.

"Tunggu!" seru Angkasa, namun rasanya ia tak bisa mencapai perempuan itu.

"Jangan kemana-mana!" teriak Angkasa yang kini mempercepat larinya.

"A-Acha?" ucap Angkasa yang terkejut ketika tangannya bisa meraih perempuan itu.

Angkasa 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang