Part 22

269 26 57
                                    

"Kisah ini akan dimulai, semua akan menyadari sesuatu yang salah. Sesuatu yang sebenarnya tak pernah terjadi, sesuatu itu seharusnya tak pernah ada"

*****

"Mmphh!! Lepasin Dika," ujar Lita yang kini sudah lepas dari bekapan Dika. Ia tadi melihat Angkasa masuk ke kelas dan ingin menahannya tapi apalah daya Dika sudah membekap mulutnya dari belakang.

Tanpa basa-basi Lita pun segera masuk ke kelas Angkasa karena suara lantang cowok itu terdengar dari dalam, membuat ia khawatir bagaimana nasib Acha di dalam sana.

"WOI ANGKASA!!!" teriak Lita tanpa takut, membuat semuanya menoleh ke arahnya saat ini.

"Beraninya lo bentak Acha, cowok macam apa lo yang kasar sama cewek." Lita maju dan mendekat ke arah Acha kemudian memeluknya, ia merasakan Acha memeluknya dengan sangat erat pasti hati cewek itu hancur saat ini.

"Lo tanya aja sama temen lo itu, siapa yang buat gue gini. Lo tanya ke dia kesalahan dia apa!! Jangan lo menghakimi gue yang salah," ucap Angkasa sambil menatap Lita dengan tajam. Suana makin memanas.

Bahkan Varo dan Dika hanya diam saja di depan pintu, meskipun mereka ingin sekali membela Acha namun itu tak bisa di lakukan saat ini karena masalah mereka sangat rumit. Salah satu rencana Angkasa yang mereka berdua tau adalah membuat Acha benci dengan Angkasa.

"Meskipun Acha yang salah seharusnya lo gak kasar sama dia, lo bisa kan menghargai pemberian orang dengan tulus. Apa susahnya sih lo terima aja pemberian dia, lagian maksud Acha baik kok. Dia itu sayang sama lo Angkasa cuma lo aja yang berubah!!!" Lita berteriak dengan kencang tepat di hadapan Angkasa.

Mungkin Lita benar, seharusnya Angkasa tak kasar kepada Acha. Namun ia tak punya cara lain agar Acha membencinya. Dirinya terbawa emosi, kilasan singkat pada saat Arkan mencium Acha teringat jelas di otaknya.

"Lo gak bakal ngerti, ARGHHH!!!" Angkasa menjambak rambutnya dan berteriak frustasi, penampilannya kini acak-acakan.

Angkasa pun berlalu pergi dari sana tanpa sedikitpun mengucapkan pamit, pikirannya sangat kacau dan hatinya sakit. Daripada emosinya memuncak dan itu bisa berbahaya, ia bisa saja menyakiti orang yang ada di sana. Jalan terbaik saat ini adalah lari, lari dan terus lari hingga semuanya kembali seperti semula.

"Lari dari masalahmu tak akan bisa merubah apa-apa. Hadapi masalahmu dan jangan lari darinya, menyelesaikan masalah membuat dirimu lebih dewasa"

~Author~

"Angkasa? Sa!!" Lita memanggil Angkasa namun cowok itu telah melenggang pergi.

"Udah Cha, lo tenang ya. Mungkin Angkasa lagi ada masalah, lo yang sabar ya." Lita mengelus punggung Acha yang sepertinya menangis, dirasakannya punggung Acha bergetar hebat. Ia pun menghembuskan napasnya kasar, jatuh cinta itu selalu penuh dengan kosekuensinya.

"Udah woi woi ngapain di sini balik ke kelas buruan!!" teriak Dika yang mengusir penonton tanpa bayaran yang sedari tadi nangkring menyaksikan perdebatan itu.

"Cangcimen, kacang, kuaci, permen, mau gak satu dua rebu?" tawar Varo pada teman sekelasnya dengan wajah sok asik.

"YAHH," dengus sebal terdengar dari para penonton yang kini beranjak pergi ke kelasnya masing-masing.

"Udah ya Cha sabar aja, tuh Angkasa abis main dari Pluto jadinya dingin kek es batu. Kayaknya tuh anak harus di ruqyah dulu deh baru setannya ilang," ujar Varo yang kini memandang Acha dengan sedih.

"Iyalah banyak setan di tubuh Angkasa, kelakukan lo kan kayak setan Var. Makanya setannya pindah ke Angkasa tau dia mana yang ganteng ama yang kentang wkwk," ejek Dika.

Angkasa 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang