Dear, You

890 115 20
                                    

   Awalnya aku baik-baik saja, hidup seperti seharusnya. Menjalankan hari penuh kebosanan. Ya, awalnya sepertu itu. Sebelum dia datang, lalu mengobrak-abrik hatiku tanpa celah.

Senyumannya membuatku candu, tawanya membuatku ikut menarik mulut ke atas, suaranya membuatku tenang, dan kata-kata gombalannya membuatku terbang ke langit ketujuh.
Aku terlalu jatuh, hingga tak sadar. Sebenarnya, siapa aku didalam kehidupannya? Apakah penting? Sepenting posisi ibumu dalam kehidupanmu itu?

Saat mengenalmu, aku jadi sadar. Aku munafik, bahagia merasakan jatuh cinta, tapi tak berani merasakan sakit hati.

Jika aku penting dalam hidupmu, bolehkah aku mendengarnya?

Jika aku tak penting dalam hidupmu, tolong diamlah, buat aku tidak tau akan kenyataan itu. Karena terkadang, menjadi buta akan kenyataan itu lebih baik.

"Yerin, apa yang sedang kamu pikirkan?"

Kamu datang, datang disaat aku memikirkanmu. Orang-orang pasti akan berkata, apakah ini yang dinamakan jodoh? Itu lucu sekali, sungguh. Benar-benar konyol, menurutku. Tapi jika itu untuk kami berdua, aku mendoakannya.

"Hei, Yerin sadarlah!"

Baiklah, mari kita hentikan. Jika tidak dijawab juga, dia bisa marah. Kata orang, marahnya dia sangat menyeramkan. Berbeda denganku, yang menganggap dia imut saat marah, ah bucin sekali memang.

"Maaf Taehyung, aku hanya sedang memikirkan hal indah dimasa kecil. Tiba-tiba aku rindu Ayah yang sudah tiada," jawabku, tentu saja dengan senyuman semanis mungkin.

Temanku berkata, ketika aku tersenyum, aku terlihat sangat lucu dan imut secara bersamaan. Lalu Taehyung, dia suka gadis yang imut.

"Astaga, lucu sekali."

Cubitan dikedua pipi, aku terima. Kondisi hatiku? Jangan, ditanya lagi.

"Ah Taehyung, sakit." Aku memang mendamba, tapi bukan berarti aku tak pura-pura menolak. Hmm ya, seperti gadis kebanyakan, malu-malu tapi mau.

"Biar, pipimu saat memerah itu lucu sekali."

Setelah tanpa permisi dia mencubit kedua pipiku, lalu sekarang mengusap rambutku dengan romantis. Taehyung, kamu memang hebat dalam urusan mengaduk hatiku.

Sudah pasti, pipiku merah saat ini.

"Ti--tidak," elakku.

"Iya Cantik iya. Nanti malam kamu kosong?" ia berpindah posisi menjadi duduk disebelahku.

"Memangnya kamu pernah melihatku pergi saat malam minggu? Tentu saja kosong, memang siapa yang ingin mengajakku pergi."

Bohong sekali. Sebenarnya banyak pria yang mengajakku pergi berkencan. Kalian benar, aku menolaknya.

"Ish ish dasar gadis tak laku." Taehyung tertawa, terlihat sangat indah sekali.

Aku memajukan bibirku. Enak saja mengataiku tak laku, andai kamu mengetahui yang sebenarnya Taehyung.

"Jauh-jauh sana, aku marah padamu."

Senyum kotaknya muncul, favoriku adalah memandangnya.

"Kalo aku jauh beneran, nanti kamu rindu," balasnya.

Iya, tentu saja, aku akan merindukanmu. Sehari tak melihatmu saja aku rindu. Apalagi jika kamu menjauh dari hidupku, mungkin aku bisa tiada karena terlalu dilanda rindu. Ah terlalu berlebihan memang.

"Kalo tidak rindu bagaimana?" aku menaik turunkan alisku tepat didepan wajahnya.

Kukira, Taehyung akan memundurkan kepalanya. Tapi, ternyata tidak. Ia malah semakin memajukannya. Hei, apa yang terjadi denganmu Tuan?

"Mana mungkin? Mana mungkin orang tak rindu dengan laki-laki yang dicintainya. Yerin ... aku mengerti semua perasaanmu. Sudah dari dulu aku mengetahuinya, tapi aku buta, berpura-pura tidak tau akan hal itu."

Tolong, jangan sekarang. Aku tidak siap jika kamu menyuruhku untuk menjauh. Kumohon ... jangan sekarang.

"Awalnya aku menentang akan kenyataan itu, tapi semakin aku menolak, masalah itu memang selalu berputar-putar dikepala."

Ah cengeng sekali, aku sekarang sudah menangis.

"Yerin ... sama sepertimu, aku juga merasakannya. Rasa itu datang tiba-tiba tanpa alasan, kamu membuatku nyaman. Banyak sekali perubahan yang aku alami ketika mengenalmu. Hey, jangan menangis."

Taehyung jahat, kenapa laki-laki itu pintar sekali mempermainkanku. Aku, aku bahagia.

"Mulai malam ini, ayo kita buat lembaran indah bersama."

Sedetik kemudian, pelukan hangat Taehyung menyelimuti tubuhku. Lalu tangisanku? Malah semakin kencang.

Hei, apa ada kata-kata lain dari bahagia?

Aku tidak bisa mendeskripsikan perasaanku dengan kalimat. Ini sangat indah sekali.

"Terimakasih."

Pada akhirnya, hanya itu yang bisa aku ucapkan dari segala untain kata yang sudah aku siapkan.

"Terimakasih, terimakasih sudah bertahan untuk selama ini. Aku mencintaimu."

Aku juga, bahkan sangat-sangat mencintaimu. Tapi, aku berharap, cintamu padaku lebih besar dari cintaku padamu.

Sekali lagi, aku bahagia.
















Fin

Waktu itu, ditulis saat malam hari, ditemani dengan suara petir dan selingan memori masa lalu eaaa

Oh sungguh syahdunya

Ini senenernya kemarin malem udah aku up, tapi aku tarik lagi, gak ada notifnyaa




Taerin Diary'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang