Lavender

1K 154 29
                                    

     Rambut hitam panjangnya terurai dengan indah, helaian hitam itu beterbangan kesana-kemari ketika aingin dari arah berlawanan menerpa wajahnya yang elok.

Dengan kaki yang terus melangkah pasti, gadis itu tersenyum manis sembari memperhatikan anak-anak yang sedang bermain ditaman.

Ia membalikkan wajahnya kembali, kemudian menunduk. Menghirup aroma bunga yang berada digenggaman tangannya.

"Ahh itu dia," ucapnya riang.

Ia berlari ke arah taman, atau lebih tepatnya menghampiri lelaki berkulit tan yang sedang sibuk dengan senar gitarnya.

"Taehyung." Gadis itu berteriak, memasang senyum yang memperlihatkan gigi-gigi putihnya yang sangat bersih.

Sedang yang dipanggil hanya memutar bola matanya malas, kemudian meletakkan gitar dengan menyadarkannya disamping kursi yang ia duduki.

"Bunga lavender lagi? Aku tidak tau jika kau semenyebalkan ini Yerin."

Gadis yang diketahui bernama Yerin itu secara perlahan melunturkan senyumannya. "Aku akan selalu memberikan bunga lavender setiap bertemu denganmu Taehyung, tak peduli jika kau menyukainya atau tidak."

"Aku tau jika aku miskin."

Yerin tersenyum sendu, ia tidak suka seperti ini. Ia sangat tidak suka ketika kata-kata seperti itu keluar dari mulut kekasihnya. Kekasihnya memang bukan orang berada seperti dirinya, ia hanya seorang pemuda sebatang kara yang merantau dari Daegu ke Seoul kemudian berakhir menjadi seorang penyanyi jalanan.

"Aku tidak peduli, aku akan tetap memberimu bunga lavender setiap harinya."

Taehyung terkekeh hampa. "Jangan menghinaku, walaupun aku tak sekaya keluargamu aku masih mampu membeli penghilang nyamuk untuk rumah bobrok 'ku."

Yerin tersenyum maklum, ucapan Taehyung sangat menghunus hatinya. Namun ia tak bisa menampiknya, kegunaan bunga lavender memang untuk mengusir nyamuk. Tetapi bukan itu yang ingin Yerin sampaikan pada lelaki berkulit tan itu, karena bunga lavender memiliki makna tersendiri yang mewakili isi hatinya untuk Taehyung.

"Maaf jika kau merasa tersinggung, tapi maksudku bukan seperti itu."

Taehyung mendengus. "Lupakan, sebaiknya kau duduk. Aku muak melihatmu berdiri seperti itu."

Ini yang Yerin suka, ia sangat menyukai rasa perhatian Taehyung walau mengungkapkannya dengan kata-kata yang kasar.

"Aku menyuruhmu untuk duduk, bukan tersenyum seperti orang gila." Taehyung kembali bersuara.

Yerin mengangguk dan segera mendaratkan bokongnya disebelah sang kekasih.

"Apa kau sudah makan siang?" tanya Yerin.

Taehyung menggeleng, kini ia kembali sibuk dengan senar gitarnya. "Belum, hanya sedikit orang yang mengisi kalengku hari ini."

Yerin melirik kaleng kecil yang berada dihadapan Taehyung dan benar jika didalam kaleng itu hanya berisi beberapa koin dan lembar uang yang jumlahnya masih bisa dihitung dengan jari.

"Sepertinya ada restoran seafood yang baru buka disekitar sini, apa kau ingin mencobanya?"

Taehyung menggeleng. "Aku tidak lapar."

Yerin menghela napas, ia sudah tau jika kekasihnya itu pasti menolak ajakannya. Huh, Taehyung memiliki harga diri yang tinggi dan itu terlihat sangat menyebalkan dimata Yerin saat keadaan genting seperti ini.

Hei, ini sudah pukul empat sore dan Taehyung belum mengisi perutnya sejak siang atau bahkan sejak pagi. Kekasih mana yang tak khawatir?

"Tapi aku lapar, ingin melihatmu makan dengan lahap didepanku." Yerin mengerucut, sengaja untuk menggoda kekasihnya agar luluh.

Taerin Diary'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang