5b

103 16 7
                                        

Taeil tanpak termenung, ia sedang berpikir tentang langkah yang akan diambil. Seperti pesan orang tuanya ia harus mencari orang-orang yang memiliki satu warna aura. Tapi, dimana dia bisa menemukannya?

Pikirnya melayang, mencoba mengingat apakah ia pernah bertemu dengan orang-orang itu saat kuliah. Perlahan senyumnya mengembang, ia ingat, ia memang pernah bertemu dengan salah satunya.

Seorang pemilik aura merah, awalnya Taeil tidak tau jika apa yang keluar dari tubuh orang-orang yang berada disekitarnya adalah aura. Tapi, sekarang ia tau. Dan ia juga tau pemilik aura merah itu ternyata orang yang penting dalam rencananya.

Tanpa membuang waktu, Taeil pun mengambil ponselnya dan mulai mencari nama pemilik aura merah itu. Ia ingat, pernah menyimpan kontaknya karena kebetulan orang itu adalah adik tingkatnya di kampus.

Setelah menemukan apa yang di cari, Taeil pun langsung menekan tanda telepon. Tidak lama sambungan teleponnya pun terhubung, tanpa basa-basi Taeil langsung mengajaknya bertemu yang untungnya di iyakan oleh pemilik aura itu.

Sambungan terputus, Taeil pun langsung bersiap menemui adik tingkatnya yang ia ingat bernama Tamrin di sebuah coffe shop yang jaraknya cukup jauh dari rumah nya ini. Meski begitu jika ia langsung pergi sekarang, ia akan sampai sana tepat waktu. Karena ia berjanji pukul 2 siang, dan sekarang sudah pukul setengah 2 siang. Ada setengah jam untuk kesana, dan jarak coffe shop dan rumahnya jika diukur waktu kurang lebih menghabiskan seperempat atau setengah jam. Jadi itu sangat pas.

.

.

.

Sampai di coffe shop, Taeil langsung masuk ke dalam dan mulai mencari keberadaan adik tingkatnya karena sebelum sampai coffe shop, Tamrin ini katanya sudah sampai dan menyuruh Taeil buat langsung masuk saja.

Senyunya mengembang, saat Taeil langsung menemukan keberadaan Tamrin, karena tanpa sadar ia menggunakan kemampuan penglihatannya. Meski selama ini Taeil sering tanpa sadar menggunakan kemampuannya itu, Ia masih takjub dengan apa yang dilihatnya. Ternyata memang mirip asap dengan warna berbeda keluar dari tubuh mereka. Cuma Tamrin saja yang ngeluarin aura warna tetap dan gak berubah-ubah, makanya Taeil lebih mudah nemuinnya.

"Tamrin," sapa Taeil saat berada di hadapan seorang pemuda dengan rambut orange kemerahan atau coklat kemerahan? Ya, pokoknya warnanya kayak coklat, orange, sama merahlah.

Pemuda bernama Tamrin yang tadinya asyik menunduk melihat ponsel mendongak, menatap Taeil. Senyum tipis terkembang dari wajah manisnya, iya, Tamrin cowok tapi manis. Kalo Taeil cewek mungkin udah jatuh Cinta. Haha, apasih yang Taeil pikirkan? Dia masih normal kali. Tanpa sadar Taeil menggeleng, membuat Tamrin menatap heran terlebih saat tanpa sadar Tamrin juga membaca pikiran Taeil yang aneh tadi.

"Bang Tama gak apa-apa kan?" tanyanya mengabaikan pikiran yang hinggap di pendengarannya .

Taeil sedikit tersentak, ia tersenyum kikuk. "Aku baik, kamu gimana?" jawab dan tanya Taeil, tangannya terulur yang langsung disambut oleh Tamrin.

"Aku baik juga bang," jawabnya seraya melepas jabat tangan mereka.

Taeil mengangguk, lalu mendudukkan diri saat Tamrin memberi isyarat menyuruhnya duduk.

"Sepertinya kita langsung saja ya, " ucap Taeil

Tamrin mengangguk, "gak mau pesen dulu bang?"

"Nanti saja,"

"Oke! jadi?"

Taeil menarik napas dan menghembuskannya perlahan, ia diam, agak bingung juga mau mulai dari mana. Ya kali dia langsung ngajak, emang itu anak bakal percaya.

Atmosphere (NCT)- On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang