لا أقعد الجبن عن الهيجاء # ولو تولت زمر الأقداء
“Aku tidak akan pernah mundur dari musuh-musuh karena takut # sekalipun golongan musuh datang bertubi-tubi”
Bait yang sudah tak asing lagi di telinga kita tersebut adalah bait ke 302 dari nadzam alfiyah ibnu Malik. Sebuah kitab nahwu-saraf yang monumental di kalangan pesantren hingga saat ini. Sejatinya, bait ini bukanlah bait karangan Ibnu Malik sendiri, namun merupakan bait yang beliau nukil dari syiir arab lain untuk menjadi contoh aplikasi kaidah nahwiyah yang ada pada bait sebelumnya. Dari bait ini beliau memberikan contoh dari bait sebelumnya yang menjelaskan kebolehan membaca nasab pada maf’ul lah (maf’ul liajlih) yang bersamaan dengan “al”. Sekalipun kebolehan tersebut bersifat syadz (jarang), yaitu pada lafadz الجبن. Karena pada dasarnya hukum maf’ul lah yang bersamaan dengan “ال” atau yang diidlofahkan adalah dijarkan dengan huruf jar yang bermakna ta’lil
(alasan).
Terlepas dari makna nahwiyyah bait tersebut, ada makna tersirat yang ingin disampaikan oleh musannif kepada siapapun yang tengah membaca, mempelajari dan yang menghafal bait-bait karyanya yang fenomenal ini. Bait tersebut juga memberikan pesan moral dalam dan memberi motivasi untuk kita semua. Namun, sayangnya banyak dari kita yang tidak menyadari atau bahkan tidak mengetahuinya sama sekali. Sehingga kita hanya sebatas membaca bait tersebut secara tekstual, tanpa pernah mencoba berpikir lebih jauh. Secara harfiyah bait tersebut memiliki arti “Aku tidak akan pernah mundur dari musuh-musuh karena takut # sekalipun golongan musuh itu datang bertubi-tubi”. Melalui bait ini Ibnu Malik memotivasi kita untuk tetap belajar, tidak takut, tidak putus asa, maupun patah semangat ketika menghadapi musuh dalam kondisi apapun. Kita diberi motivasi untuk selalu berusaha dan bersungguh-sungguh dalam mengapai impian, hingga kelak kita bisa membuat impian itu menjadi kenyataan. Sebagaimana pepatah arab yang mengatakan:
كن رجلا رِجله في الثرى وهامة همته في الثريا
“Jadilah seseorang yang kakinya menapak di bumi sedangkan cita-citanya jauh berada di bintang tsuroyya”
Bagi seorang pelajar, musuh terbesarnya dalam menyelami lautan ilmu adalah rasa malas yang sering kali datang tanpa kenal lelah. Sering kali kita menemukan seseorang gagal menjadi bintang kelas karena malas belajar, gagal naik kelas karena malas berangkat sekolah, gagal naik pangkat sebab malas masuk kerja, gagal cantik karena malas merawat diri, gagal memahami karena malas mendengarkan, bahkan gagal masuk surga sebab malas beribadah, dan banyak sekali kegagalan-kegagalan lainnya yang di timbul dari sifat malas.
والله اعلم بالصواب
KAMU SEDANG MEMBACA
NAHWU QULUB Mengungkap Makna Tersirat Dalam Ilmu Gramatika Arab
Fiksi IlmiahIlmu nahwu bukan saja memelihara lisan dalam mengucapkan bahasa arab, tetapi ilmu nahwu juga di bekali dengan ilmu memelihara hati dan tingkah laku. secara dzohiriyah ilmu nahwu memang membahas seputar i'rob. tetapi kalau di teliti lebih da...