Bagian Ø2

538 71 9
                                    

"PEMBALASAN"

♡.♡.♡

Siang ini terik sangat menyorot kota Ciamis, membuat siapapun yang berada di bawah sinarnya merasa ingin cepat-cepat berteduh.

Karena merasa bosan, aku mengajak Hanin traveling. Sudah tahu maksudnya, kan? Yap! Kami akan berkeliling sekolah atas dasar gabut saat jamkos.

Seharusnya jam ke-7 sampai 9 diisi oleh Ibu Nia, guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Namun, beliau tidak masuk. Bahkan, tidak meninggalkan tugas apapun tanpa keterangan yang jelas.

Masya Allah ... surga dunia banget, loh, Guys:)

Kalian pasti bertanya-tanya, kalo tiba-tiba ketemu guru pas lagi traveling terus beliau nanya-nanya gimana? Tentu saja aku dan Hanin akan beralasan kami sedang ingin ke toilet.

Jangan ditiru, ya!

Lalu, bagaimana dengan teman-teman sekelas? Apa mereka akan memberitahu guru atau kepsek? Tenang saja, tidak ada yang berminat mengadu ke guru ataupun kepsek. Jangan bertanya alasannya padaku, karena aku tidak tahu. Jadi, tanyakan saja pada teman sekelasku. Sekali lagi, jangan ditiru. Oke?

Dari balkon, aku melihat kelas IX-5 sedang berolahraga di lapang depan. Itu kelas Zyland. Aku bisa melihat dia tengah mengikat tali sepatu.

Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling lapangan. Namun, aku sama sekali tidak melihat seorang guru pun di sana. Aku baru ingat, jam ke-7 adalah jam olahraga terakhir kelas IX-5. Pasti Pak Gunawan sudah pergi ke ruang guru dan memberikan jam bebas untuk muridnya. Sedetik kemudian, aku mengedikkan bahu tak peduli.

Aku sedikit menyeringai kala mengingat kejadian kemarin di kantin depan. Seorang Zhilfa ini merasa puas sekali saat itu. Akhirnya aku bisa mempermalukan Zyland di depan umum.

Aku tersentak ketika Hanin menepuk bahuku. "Ngapain bengong sambil menyeringai? Serem, tau!"

Aku menggeleng, kemudian mengeluarkan cengiran sebelum bertanya, "Kita mau jalan ke mana, nih?"

Bukannya menjawab, Hanin justru menarik lenganku sambil berlari kecil. Aku yang terseret pun ikut berlari dan mulai menyamakan langkah kaki dengan Hanin ketika menuruni anak tangga.

Hanin memelankan langkah kakinya. "Zhil, ke perpus bawah, yuk?" ajaknya dengan mata berbinar.

Aku mengangguk setuju. "Ayok!"

Kami perlu menyebrangi lapangan untuk sampai di perpustakaan. Sebenarnya, bisa saja lurus kemudian belok kiri, lalu belok kiri lagi, namun itu terlalu memakan waktu dan tenaga. Aku dan Hanin memilih menyebrangi lapangan basket.

Saat langkah kami sampai di tengah lapangan, seseorang menghalangi kami. Aku menarik tangan Hanin untuk pergi menghindar. Namun, orang itu terus menghalangi kami.

"Ngapain, sih?" geramku kepada Zyland. Ya, orang itu adalah Zyland.

Cowok itu mengusap-usap tenggorokannya. "Duh ... haus, ya," ucapnya seraya membuka tutup kopi dalam kemasan botol.

Tanpa perasaan, ia menumpahkan cairan berwarna cokelat itu ke rambutku. Refleks, aku menunduk agar cairan itu tidak mengenai bajuku, kemudian mundur selangkah.

Seketika wajahku blushing. Bukan karena baper, melainkan menahan rasa malu.

"Sialan, dia balas dendam,"  batinku.

Hanin yang berada di sampingku mulai emosi. "Gila lo, Lan!"

Aku mendongak, memberikan tatapan benci pada cowok di hadapanku. "Kelakuan lo kayak bocah."

Kembara Kembar MusuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang