Bagian 15 : Kecemasan

411 36 7
                                    

♡.♡.♡

"Kalo gitu, boleh bibi liat bukti chat-nya?"

Deg!

"B-buat apa?" tanya Zyland yang berusaha bersikap biasa saja.

"Buat memastikan."

Zyland semakin merasa ketakutan. Takut akan terungkap bahwa ia sengaja berpura-pura ingin berdamai dengan Zhilfa untuk menyingkirkannya di kemudian hari. Takut mendapat hukuman berat atas perbuatannya. Takut jika perbuatannya membuat teman-temannya menjauh. Dan ... Takut Zhilfa kenapa-kenapa.

Kini, cowok itu bagai maling yang tertangkap basah sedang menyembunyikan barang curiannya. Ia hanya diam, membuat Bi Asih geram dan semakin yakin bahwa Zyland berbohong.

"JADI BENER, KAMU SENGAJA NINGGALIN ZHILFA?" Untuk kali pertamanya, Zyland melihat Bi Asih berteriak di hadapannya, kepada dirinya sendiri.

"Di mana Zhilfa sekarang, Zyland?!" tanya Bi Asih, namun tak kunjung mendapat jawaban.

"Kalo kamu nggak mau ngasih tau bahkan nggak mau jemput Zhilfa sekarang juga, terpaksa bibi kasih tau ayah sama bundamu," tegasnya.

Zyland tersentak. "Ja-jangan, dong, Bi. Iya, deh, Zyland ngaku salah. Zyland sengaja ninggalin Zhilfa di tempat yang jauh, yang bahkan Zhilfa nggak tau caranya pulang. Karena Zyland ... p-pengen nyingkirin Zhilfa untuk selamanya."

Ucapan anak majikannya itu jelas membuat Bi Asih terkejut. Seburuk-buruknya pikiran dan perilaku Zyland terhadap Zhilfa, Bi Asih tak pernah menyangka bahwa Zyland akan setega ini kepada saudari kandungnya sendiri.

Zyland terus meminta maaf kepada Bi Asih. Namun, Bi Asih tak berniat memaafkan Zyland sebelum ia melihat Zhilfa kembali dalam keadaan baik-baik saja.

Cowok itu pun bergegas untuk membawa saudarinya pulang. Ia segera menyalakan mesin motor dan mulai membelah dinginnya jalanan kota Ciamis di malam hari.

Selama perjalanan, Zyland terus merutuki kebodohannya. Ia sungguh menyesal atas apa yang telah ia lakukan terhadap Zhilfa. Ia mulai menyadari rasa kehilangan dan kekhawatirannya kepada saudari kembarnya. Ia tak ingin hal buruk terjadi kepada Zhilfa.

Sesampainya di taman, Zyland segera mencari keberadaan Zhilfa. Namun, ia sama sekali tak menemukannya, membuatnya semakin merasa takut, khawatir, dan penyesalan-lah yang berperan sebagai tombaknya.

Zyland melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul ØØ.17 WIB. Cowok itu mulai mengingat-ingat sesuatu.

Ia pulang meninggalkan Zhilfa kurang lebih pukul 6 sore, kemungkinan pukul 8 malam ia sampai di rumah. Selama waktu 1-2 jam ia menghabiskan waktu di kamar. Kemudian menempuh waktu 2 jam untuk sampai taman ini. Selama itu, ke manakah Zhilfa pergi? Mungkinkah Zhilfa menelusuri jalanan untuk pulang ke rumah? Tapi, bagaimana jika gadis itu tersesat?

Zyland kembali menyalakan mesin motornya untuk mencari Zhilfa. Ia tak peduli sekarang jam berapa, ia tak peduli jika senin pagi ini harus bolos sekolah, ia tak peduli rasa dingin yang mulai menyapa kulitnya karena lupa memakai jaket. Yang ia pedulikan sekarang hanyalah keadaan dan keberadaan Zhilfa.

Jalan demi jalan telah Zyland telusuri. Namun, ia masih tak menemukan keberadaan Zhilfa, membuatnya semakin merasa bersalah. Cowok itu berhenti sejenak di pinggir jalan. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling jalanan yang sunyi.

Kembara Kembar MusuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang