Bagian Ø7 : Penyesalan

409 40 0
                                    

⚠️WARNING!

Yang bacanya sambil makan atau nyemil mending simpen dulu makanannya. Bentaran doang, sih:v

Baiklah, selamat membaca^^

♡.♡.♡

Aku menatap indahnya semburat jingga yang terpancar dari balik gumpalan awan senja yang bergerak semu sambil menunggu seseorang untuk kuberikan kejutan. Sekarang adalah hari sabtu, sekolah pun libur. Dan sore ini akan kupastikan orang itu menyukai kejutan yang aku berikan spesial untuknya.

Aku mengintip dari balik gorden. Akhirnya orang itu sudah sampai rumah. Aku bergegas menuju kamar dan menutup pintu. Samar-samar kudengar langkah kaki yang mendekat. Sesaat kemudian, aku mendengar suara gaduh dan teriakan laki-laki dari kamar sebelah. Aku pun tertawa.

Saat kuhampiri, tubuhnya sudah bau bensin dan basah kuyup akibat tersiram ember berisi cairan pertalite yang kutaruh di atas pintu kamarnya.

Cowok itu menoleh. "ELO, YA?!"

Wow! Matanya melotot, kayaknya bentar lagi mau copot. Hahaha.

Aku mengatur napas karena sehabis menertawakannya. "Gue? Gue kenapa?" tanyaku sembari menunjuk diri sendiri.

"KAMPRET LO!" Cowok itu hendak berlari untuk menghampiriku, namun ia terpeleset dan jatuh ke lantai, membuatku kembali tertawa.

"Uhuk-uhuk-uhuk!" Seketika Zyland terbatuk sambil memegangi perutnya. Kemudian berlari menuju kamar mandi di kamarnya.

Karena penasaran, aku menghampirinya dan melihat ia seperti sedang berusaha mengeluarkan sesuatu dari perutnya. Kedua tangannya berpegangan erat pada wastafel. Ya, dia muntah!


"Lan? Zyland? Lo napa, dah?" tanyaku dari luar kamar mandi sedikit panik, namun berusaha terdengar biasa-biasa saja, "Ma-masuk angin?"

Ia terus memuntahkan isi perutnya sebelum menyalakan shower dan mengguyur seluruh tubuhnya. Aku semakin heran dengan tingkahnya dan tidak tahu apa yang harus kulakukan sekarang, selain melihat ia seperti itu.

Bi Asih datang menghampiri kami. "Ya Allah, ini ada apa? Zyland kenapa mandinya pake baju gitu? Di depan kamar kok ada ember sama cairan bensin?"

"B-bi Asih ...," lirih Zyland sambil terduduk di bawah shower.

Bi Asih yang panik langsung menghampiri Zyland dan mematikan shower-nya. "Zyland kenapa?" tanyanya khawatir.

Tangan lemas cowok itu menunjukku. Bi Asih semakin terlihat panik dan heran, namun beliau lebih memilih membawa Zyland keluar kamar mandi dan menyuruhnya segera mengeringkan badan kemudian berganti pakaian. Aku dan Bi Asih pun keluar dari kamarnya.

Bi Asih menghela napas. "Kamu jailin saudaramu?"

Aku memalingkan muka. "Ck! Dia bukan saudaraku, Bi."

"Baiklah, kamu apain Zyland, hm?" tanya Bi Asih.

Aku menatap Bi Asih dengan tatapan takut dan ragu, namun aku akan tetap menceritakannya.

"Astaghfirullahaladzim ... senekat itu kamu ngerjain Zyland? Kamu nggak tau aja saudaramu itu suka Migrain. Zyland menderita Hiperosmia. Dia phobia bensin, Zhilfa."

Deg!

"Menghirup parfum yang menyengat aja bisa bikin dia pusing, apalagi sama bau bensin." Bi Asih menggeleng-gelengkan kepalanya, mungkin karena perbuatanku yang menurutnya keterlaluan.

Aku masih terdiam karena bingung harus menjawab apa. Perkataan Bi Asih masih membuatku terkejut. Selama ini aku tidak tahu menahu soal Zyland, apalagi tentang berbagai hal yang dideritanya. Lagipula aku tidak pernah peduli. Lebih tepatnya, hatiku menolak untuk peduli terhadapnya.

Namun sekarang, untuk pertama kalinya aku merasakan sedikit penyesalan setelah berbuat ulah pada Zyland. Ya, hanya sedikit, tapi tetap saja aku merasakannya.

"Perbuatan gue keterlaluan banget, ya?" batinku bertanya.

Setelah membersihkan tumpahan bensin, Bi Asih kembali masuk ke kamar Zyland untuk menemaninya. Aku pun kembali ke kamarku dan mengingat ide cemerlang berujung penyesalan. Masih ingat, kan? Ya, inilah ide yang kumaksud.

Setelah menemukan ide menyenangkan ini, aku segera menyusun rencana untuk melakukannya. Keesokan paginya, aku melihat Zyland sudah mengenakan kaus santai dengan celana training sekolah, ia tengah menikmati sarapan di ruang makan.

Ekskul basket di SMPN 1 Ciamis memiliki jadwal khusus pada hari sabtu pagi hingga pukul 11. Dan tentunya ia akan pergi ekskul hari ini. Setahuku, setiap latihan di hari sabtu, Zyland selalu pulang lebih sore. Mungkin dia melanjutkan aktivitasnya, atau langsung bermain bersama temannya. Entah, aku tidak tahu dan tidak ingin tahu.

Setelah sholat dzuhur, aku diam-diam membeli pertalite dari pom bensin yang berada tak jauh dari perumahanku dan segera menyiapkan kejutan untuk Zyland. Aku menumpahkan cairan pertalite ke ember kecil, kemudian naik ke kursi dan meletakannya di atas pintu kamar Zyland dengan hati-hati karena takut ketahuan Bi Asih.

Aku memastikan ember ini akan jatuh saat cowok itu membuka pintunya nanti. Sedetik kemudian, senyuman menyeringai terukir dari bibirku.

Setelah menunggu cukup lama, aku mendengar suara decitan sepeda yang mendekat dari luar. Aku pun mengintip dari balik gorden ruang tamu. Akhirnya orang itu sudah sampai rumah!

Aku bergegas menuju kamar dan menutup pintu. Samar-samar kudengar langkah kaki yang mendekat. Sesaat kemudian, aku tertawa kala mendengar suara gaduh dan teriakan laki-laki dari kamar sebelah.

Kini rasa penyesalan pun muncul. Tunggu-tunggu, aku tidak begitu mengkhawatirkan keadaan Zyland, apalagi sampai mencemaskannya. Aku hanya takut jika ayah dan bunda mengetahui hal ini. Apa ayah akan menghukumku? Bagaimana jika aku sampai diusir dari rumah? Apakah namaku akan hilang dari Kartu Keluarga? Oh, tidak! Jangan sampai hal itu terjadi. Aku harus segera meminta maaf pada cowok itu.

"Aish! Bego banget, sih, gue. Lagian tuh si Landak gitu aja pake muntah segala, lemah amat jadi cowok," gumamku.

Setelah Bi Asih keluar dari kamar Zyland, aku memutuskan untuk menghampiri cowok itu. Saat aku masuk, ia langsung memalingkan wajahnya.

Aku berdiri di samping tempat tidurnya. "S-sorry," ucapku tulus, tanpa mempedulikan rasa gengsi.

"Pergi lo," usirnya dengan suara serak.

"Gue cuman mau minta maaf."

Zyland menoleh. "Ya udah, sana pergi," pekiknya.

Aku mendengus kesal. "Dasar cowok lemah! Sama bensin aja takut, cih!" sindirku sebelum pergi dan membanting pintu kamarnya.

□□□

Salam dari Ciamis,
_nyctophilesm

Kembara Kembar MusuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang