Bagian 11 : Baikan(?)

323 27 0
                                    

♡.♡.♡

Alunan nada kehidupan tidak beraturan. Sang baskara senantiasa menyinari buana dengan memancarkan cahaya yang padmarini memesona di pagi hari.

Tak seperti biasanya, pagi ini mungkin akan sedikit berbeda. Lihat saja, Zhilfa melipat kedua tangannya di depan dada. Bibirnya cemberut seakan tak sudi mengulum senyuman walau hanya sedikit.

"Ih, lama banget!" gerutunya kepada Pak Bayu yang tengah mengotak-atik mesin mobil.

Mobil yang biasa dikendarai Pak Bayu untuk mengantar-jemput Zhilfa ke sekolah tiba-tiba mogok lagi, membuat anak majikannya itu terus uring-uringan karena kesal.


Eits ... tapi bukan itu yang berbeda di pagi hari ini, melainkan takdir yang sengaja menyuruh Zhilfa berangkat ke sekolah bersama Zyland, saudar kembar sekaligus musuhnya.

"Apa? Idih, ogah! Mending aku nyari ojek, naik grab, atau pesen taksi onlen aja, deh, Pak!" seru Zhilfa setelah Pak Bayu menyarankan Zhilfa pergi berangkat bersama Zyland.

"Jangan, Zhilfa ... nanti nyonya marah sama bapak kalo ngebiarin kamu naik taksi online. Mending kamu berangkat bareng Zyland aja," sahut Pak Bayu, "Sesekali nurut sama bapak," sambungnya.

"Tapi aku nggak mau berangkat bareng dia, Pak!" ketusnya, "Lagian, masa mobilnya mogok mulu."

Sesaat kemudian, Bi Asih datang bersama Zyland, menghampiri Zhilfa dan Pak Bayu.

Bi Asih menepuk bahu Zhilfa. "Zhilfa ... lebih baik sekarang kamu berangkat sama Zyland. Lagipula nunggu grab atau taksi online kan lumayan lama. Ojek juga di sini mah kan jarang. Emang kamu téh mau kesiangan gara-gara kelamaan nunggu?"

"Iya, Zhil, bener kata Bi Asih. Lo berangkat sama gue aja. Lebih aman dan lebih cepet daripada harus pesen grab," timpal Zyland.

Zhilfa menimbang-nimbang cukup lama. Yang mereka katakan memang ada benarnya. Zhilfa bisa saja memesan grab atau taksi online untuk mengantarnya ke sekolah, namun itu pasti memakan waktu yang cukup lama. Jika ia mencari ojek dari sini juga pasti akan sangat sulit.

"Kalo gue cuma diem, bisa-bisa gue kesiangan. Tapi gue nggak mau pergi bareng Jilan. Aduh ... gue harus gimana, ya?" batinnya.

Karena tidak ada pilihan lain, akhirnya Zhilfa terpaksa untuk pergi ke sekolah bersama Zyland dengan sepeda kesayangannya. Tolong dicatat, Zhilfa hanya terpaksa dengan keadaan. Ingat itu. Terpaksa.

Setelah berpamitan kepada Bi Asih dan Pak Bayu, Zyland mengayuh sepedanya dengan kecepatan sedang, membelah sunyinya jalanan ibu kota Ciamis di pagi hari.

***

"JILPA!" panggil seorang gadis yang membuat langkah Zhilfa terhenti, dan segera menoleh ke arah sumber suara.

Koridor SMP Negeri 1 Ciamis masih nampak sunyi. Baru ada beberapa siswa-siswi yang sedang berlalu-lalang. Padahal, biasanya jam segini terlihat cukup banyak siswa-siswi yang sudah datang. Mungkin sebentar lagi baru akan ramai.

Gadis itu berlari menghampiri Zhilfa. "Gue ...," ucapannya menggantung.

"Hm? Elo? Lo kenapa?" Zhilfa menatap Lala dengan tatapan heran. Yap! Gadis itu adalah Lala, teman sebangkunya.

"Gu-gue-"

"Yang jelas, ih! Lo kenapa? Jangan bikin gue takut, dong," geramnya khawatir.

Kembara Kembar MusuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang