"Gue pikir-pikir ya, apart lo ini sepi banget." ujar Dejun.
"Yaiya yang tinggal cuma gue doang."
Keduanya hanya mengobrol ringan dibalkon dan duduk dilantai menikmati pemandangan malam kota Seoul yang ramai dan tidak pernah tidur.
"Orang tua?"
"Anggur merah?" tanyaku balik.
"Gak gitu njir, orang tua lo kemana hyung?"
"Meninggal."
"Eh sorry."
"Gak apa, pertanyaan kayak lo juga udah lama gak pernah gue denger."
"Terus? Lu gak ditinggalin apa gitu?"
"Harta sih, tapi udah raib."
"Kenapa?"
"Adik dari appa, ngambil semuanya. Lo tau yang punya Lotte Mart kaga?"
"Kaga, itu punya appa lu?"
"Ya bukanlah. Gue tanya aja, kali lu ngerti."
"Mau ngatain bangsat, tapi gak punya orang tua."
"Jokes lu dark banget sih kalo mau menggunjing." ujar Seulgi.
"Kaga lah."
"Mulut lo kayak Fizi anjir."
"Kaga kenal. Penting kan ga garing jokes gue."
"Your eyes."
"Ini bang Bogum lagi ngegosip bareng cewe apa gimana sih? Lama bener."
"Idih nungguin Bogum lo?"
"Biar makin seru lah."
"Iyasih."
"Terus lu gak ada keluarga lagi disini?"
"Kaga sih, males banget gue nganggep sodara appa gue."
"Iye, tante lu kek dajjal anjir."
"Lo anaknya."
"Males banget, terus kalo natalan lu kemana?"
"Gereja."
"Tau hyung! Terus lu tuh ngerayain sama sape?"
"Terakhir ya sama Irene."
"Tahun ini?"
"Kaga ada lah."
"Yaudah kita ngerayain bareng hyung."
"Males."
"Berarti lo selama ini. Hari-hari lo, diisi sama Irene noona?"
"Iya."
"Bisa lo lupain dia?"
"Ya sekarang harus bisa terbiasa tanpa dia dong. Idup gue jadi sepi sih, cuma siang doang rame soalnya ada temen ngobrol. Kayak lo pernah gak sih, ditengah keramaian but merasa gak ada orang disekitar lo. Jadi setiap gue show itu berasa dikamar karena gabisa menikmati keramaian itu."
"Tapi lo nyaman dengan pekerjaan itu?"
"Nyaman sih sedikit, tapi kalo dah pulang dari sana tuh makin sepi gitu. Gue juga sebenernya ga suka kalo disuruh pergi dari restoran. Dipecat."
"Udah bilang belum ke kak Rosé?."
"Gue kan mancing dia, tapi dia milih sembunyiin itu."