Banyak hal yang dilakukan Seulgi untuk kembali bekerja dengan mencari di internet. Dari pada dia pergi jalan kaki dan mencari satu persatu restaurant yang membuka lowongan kerja atau part time.
"Masih sibuk Seul?" tanya Irene keluar dari kamarnya.
"Eum? Engga kok."
"Yok jalan kemana gitu, aku bosen dirumah terus."
"Aku ganti baju dulu."
••
Irene dan Seulgi sedang mengelilingi mall untuk mencuci mata. Irene juga selalu masuk ke dalam toko bermerk membuat Seulgi takut Irene membeli barangnya.
"Ini bagus ga?"
"Bagus."
"Peach atau hitam?"
"Warna peach lebih cocok buat kamu deh, item tidak seberapa cocok."
"Tapi nanti gampang keliatan kotor."
"Ya udah yang item aja."
"Oke."
Irene mengeluarkan blackcardnya, buat Seulgi kaget karena blackcard itu digunakan untuk golongan VIP dan berpengahsilan tinggi setiap bulan.
"Aku baru tahu kamu punya card nya."
"Card apa?"
"Itu yang kamu masukin."
"Disanguin kak Suho, gimana mau nolak."
"Hahahaha, iya deh adek kesayangannya bang Suho apa yang engga buat adeknya."
"Mangkannya cinta banget aku sama kak Suho."
"Kamu suka sama bang Suho?"
"Iyalah."
"Loh..."
"Dalam persaudaraan Seul, jan ngadi-ngadi."
"Ya aku kira bukan itu. Kan aku jadi kaget."
"Ngga, ayo kita beli ice cream aja." ujar Irene menggandeng tangan Seulgi.
••
"Vanilla satu dan strawberry campur blueberry nya satu." ujar Seulgi ke kasir.
"Semua 197 ribu."
Seulgi membayarnya, harga ice cream memang mahal. Gengsi Seulgi juga tinggi karena tidak suka diremehkan, jadi sebagai pria baik dia harus membayar untuk kekasihnya.
"Ini ice creamnya, sayang."
"Tumben bukan coklat."
"Aku pernah makan rasa ini, bikin nagih jadi beli yang ini."
"Enak?"
Seulgi memberinya ice cream untuk dicicipi rasanya.
"Eh iya enak. Nanti aku beli lagi deh."
Seulgi langsung menyaut ice cream strawberry Irene untuk ditukar.
"Jangan boros-boros."
"Masa beli ice cream doang boros."
"Itu udah aku kasi, dimakan gih."
"Gabisa dimakan lah, kan ga dikunyah."
"Eh iya deng, yaudah minum."
"Gabisa langsung ditelen."
"Rene." panggil Seulgi pelan karena disatu sisi ingin tertawa karena pemikiran Irene dan disatu sisi juga gemas dengan Irene.