Part 10

4.7K 294 154
                                    

If The World was Ending

Setelah hari itu, aku tak lagi menghitung waktu yang berlalu. Aku merasa sudah menyelesaikan semua masalah ku, jadi sekarang ku pikir aku bisa mati dengan tenang. Aku kembali mengurung diri di apartemen ku, kini benar-benar sendirian. Aku memutus kontak dari teman-teman ku termasuk Taeyong dan Soojin nuna.

Keluargaku masih tak menghubungi ku, hanya Doyoung hyung yang sempat mencoba mengunjungiku beberapa saat yang lalu tapi tetap saja tak banyak yang berubah.

Alkohol kembali menjadi teman ku, seperti pengecut aku selalu mencoba melupakan realita. Di saat aku sadar, mungkin aku akan menulis beberapa surat permintaan maaf dan surat wasiat yang akan aku tinggalkan untuk keluargaku.

Selain itu ketika ku pikir setelah melakukan konferensi pers media dan netizen akan jadi lebih tenang, ternyata tidak. Mereka masih mencaci maki ku. Tapi belakangan ini aku tidak lagi memutus koneksi internet ku, aku sering mencari metode bunuh diri di YouTube dan aku mulai terbiasa membaca tiap komentar negatif yang mereka tinggalkan pada kolom instagramku atau berita-berita hoax tentangku yang terus muncul setiap harinya.

[+80, -13] Mati saja kau Junggay!

[+78, -21] Sejujurnya pernyataannya di konferensi pers cukup menyedihkan tapi tidakkah kau lihat air mata palsu nya?

[+75, -15] Homo! Jalang. Dunia akan lebih baik tanpamu.

Kurang lebih seperti itu komentar yang kubaca tentangku setiap harinya. Seolah semua prestasi yang ku dapat selama ini tidak ada artinya hanya karena aku mengakui orientasi ku yang sebenarnya.

Aku terkadang berpikir, apakah ini adil? Apa hanya aku pendosa disini sehingga mereka bebas melempar batu padaku? Tapi apa yang harus ku lakukan sekarang? Siapa yang akan membelaku ketika aku tak memiliki siapapun lagi?

Jika mereka mau aku pergi dari dunia ini, tunggu saja, aku akan pergi sebentar lagi.

Untuk sesaat berikutnya, atensi ku teralih pada ponselku yang berdering, sebuah nomor ponsel yang tak ku kenal muncul sana. Awalnya ingin aku abaikan tapi pada akhirnya aku mengangkat panggilan ini karena...

Walau aku benci mengakui ini tapi aku masih berharap Jaehyun akan menghubungiku setidaknya untuk yang terakhir.

Tapi suaraku tercekat begitu mendengar suara perempuan begitu panggilan ini tersambung.

"Kau bisa tuntut aku! Kau pikir aku butuh belas kasihan mu? Kau tidak usah bertindak seolah kau orang suci, Jungwoo-ssi." Ia langsung mengoceh begitu saja. Aku langsung tahu jika di Naeun, entah dia dapat nomorku dari mana kini aku tak peduli.

Padahal aku berharap pertemuan kemarin adalah yang terakhir tapi kenapa dia malah membahas hal yang kini tak ingin lagi aku ingat. Tidakkah ia puas dengan perbuatannya?

Sesaat terlintas di benakku untuk langsung menutup telponnya. Tapi tunggu, ia pikir aku memberinya belas kasih? Gila, aku tak habis pikir padanya.

Aku menarik nafas ku perlahan, "Aku tak ingin memperpanjang masalah ini bukan karena takut padamu atau karena aku bersikap baik. Aku ingin kau menangis setiap malam, aku ingin kau merasa bersalah pada diriku hingga kau berharap lebih baik mati, aku ingin hidup mu hancur karena tingkah mu sendiri." Tanganku mengepal erat. Perlahan tanganku mengusap setetes air mata yang mengalir begitu saja di pipiku.

"Kelak suatu saat, kau tak kan pernah hidup dengan bahagia karena perbuatan mu padaku dan ketika saat itu datang, lalu kau mengharap pengampunan dariku, kau tak kan pernah mendapatkannya karena kau tak akan bisa menemui aku lagi di dunia ini. Bahkan ketika aku mati dan mungkin masuk ke neraka iblis pun tak kan mengizinkan aku memberimu maaf sekalipun kita ada di neraka yang sama." Akhirnya semua kalimat yang ku pendam itu meluncur begitu saja dari mulutku.

That Boy Diary #JaeWoo 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang