Bertamu

812 85 10
                                    

“Oh, kau sudah pulang?”

Naruto memandang heran Fuuka yang sudah pulang. Biasanya saja, pukul 10 malam baru pulang. Nah ini, masih pukul 6 udah di Rumah. Naruto jadi bingung. “Hm”

“Wah... Ini pacarmu?” Tanya Fuuka menghampiri Sasuke yang berdiri di belakang Naruto. Senyum ramah menghiasi wajah Fuuka, menyambut sehangat yang Ia bisa calon mantunya. Lumayan lah, Sasuke itu cantik kok.

“Dia teman aku. Namanya Uchiha Sasuke” Jawab Naruto jujur. Tak melihat raut kecewa yang terlintas di wajah Sasuke. Tapi Fuuka melihatnya.

“Ahh... Sayang sekali. Padahal Sasu-Chan cantik lho” Sahut Fuuka dengan rasa sedih yang terkesan dibuat-buat. Hatinya merutuk, Kenapa kau berikan diriku momongan yang bego, Tuhan? Ada makhluk cantik plus kaya kok malah dianggurin. Kan sayang... Fuuka nanti juga bisa sombong gitu ke club perkumpulannya, kalau dia itu bakal punya mantu dari clan Uchiha yang kaya, menawan, dan jarang ditemukan. Fuuka sabar kok punya momongan yang jenius Cuma di pelajaran aja.

“Terimakasih, Bi” Sasuke tersenyum tipis pada Fuuka. Entah kenapa, insting kewanitaan uchiha yang selalu dilatih Ibunya ini tiba-tiba bergejolak dan berteriak bahwa wanita dihadapannya ini hanya cari muka dan sok baik. Bahkan feeling Uchiha yang selalu diasah langsung oleh ayahnya ini mengatakan kalau wanita dihadapannya bisa mendatangkan malapetaka. Sasuke galau, Tuhan!

“Ayo masuk” Ajak Naruto. Fuuka langsung memberi jalan pada Naruto dan Sasuke.

“Sasuke, anggap saja rumah sendiri” ucap fuuka lembut. Dia berjalan masuk kembali ke kamarnya meninggalkan Naruto dan Sasuke di ruang tamu.

“Kau bisa tunggu disini. Aku akan memasak” Naruto meletakkan tas selempang yang tadi dipakainya diatas meja. Lalu berjalan menuju dapur. Sasuke yang tidak tahu harus melakukan apa hanya mengikuti Naruto.

“Aku bantuin?” tawar Sasuke yang dijawabi gelengan kepala oleh Naruto. “Ayolah, aku bosan ji-“

Drt.Drt.Drt

Sasuke mengangkat ponselnya yang berdering. “Ibu?”

[Kamu dimana, Sasuke?]

[Di rumah Naruto, Bu]

[Sharelock]

[Untuk apa?]

[Nggak perlu bacot!!]

[Iya, Bu. Nggak perlu nyemprot!]

Sasuke menuruti Ibunya dan men-sharelock lokasinya berada.
“Nee-sama duduk saja di meja makan” Saran Naruto. “Mau aku panggilin Menma?” tawar Naruto kemudian.

“Nggak perlu. Mungkin Menma sedang belajar” Sasuke berjalan menuju meja makan, dan berpapasan dengan Menma yang hendak minum.

“Lah, Kau disini?” Menma menatap Sasuke curiga. Mungkin aja si Sasuke ini udah ngeracunin pikiran kakaknya supaya bisa mengajaknya kemari. Gimana kalau kakaknya nanti malah sibuk dengan Sasuke? Gimana kalau kakaknya mengabaikannya? Gimana kalau kakaknya tidak menemaninya belajar lagi? Gimana kalo... Dan segala gimana yang terpikir dipikiran suudzon Menma.

“Dia mau mampir, Menma. Kalau kau senggang, kau bisa menemaninya” Ucap Naruto begitu melihat Menma dan Sasuke yang saling lempar tatapan tajam.

“Hm, aku memang senggang, tapi aku mau bantu Kakak. Bukan malah nemenin dia” Keluh Menma menunjuk wajah Sasuke.

Sasuke melotot tajam, tak terima wajah cantiknya dengan seenaknya malah ditunjuk tak sopan seperti ini. Tindakan yang dilakukan Menma telah masuk dalam pelecehan sopan santun dan pantas mendapat hukuman kurungan 2 hari 2 malam di gudang, Hal ini didasarkan pada kitab Tata etika berperilaku jilid ke-3 di perpustakaan keluarga Uchiha.

“Sou... Kalian berdua bantu aku kalau begitu” Naruto tersenyum misterius, menuai tatapan curiga Sasuke dan Menma. Dan benar saja, mereka baru selesai berkutat di dapur selama 2 setengah jam lamanya. Hal itu menghasilkan banyaknya hidangan di atas meja makan. Keringat membasahi wajah dan badan mereka.

Sasuke merenggangkan lengannya, selama ia hidup, tak pernah dirinya bertahan selama ini di dapur. Meski membantu Ibunya, maksimal jadwal pen-dapur-an Sasuke 30 menit tiap harinya. Sasuke terkadang terlalu sayang dengan wajahnya yang mendapat asupan skin care mahal dari dokter terkenal berdarah 6 negara.

Menma menghela nafas berat, merasa gila dengan banyaknya hidangan di meja makan. Ini kakaknya niat syukuran atau gimana sih? Kalau nggak habis, ntar mubadzir. Merasa aneh juga, Tumben-tumbennya Kakaknya yang selalu irit akan segala keperluan malah masak kayak orang kesetanan berniat bancakan.

“Wah... Makasih ya, Menma, Nee-Sama telah membantuku memasak” Naruto tersenyum lebar memandang Menma dan Sasuke di landa galau akan pikiran masing-masing. Tak lama, Naruto mengerutkan dahinya melihat ekspresi orang depresi di wajah keduanya. “Kalian tak apa? Apa kalian kelelahan gara-gara membantuku? Maafkan aku... aku terlalu bersemangat. Maaf”

Menma dan Sasuke gelagapan dihadapkan dengan tingkah minta maaf Naruto. Apa lagi wajah merasa bersalah yang terlihat jelas itu.

“Eh... Bukan salah Kakak kok”

“Iya... bukan salahmu”

Naruto mengangguk singkat, “Nee-sama bisa meminjam kamar mandi di samping kamar Ibu. Itupun jika Nee-sama mau mandi” ungkap Naruto sedikit ogah-ogahan menyebut kata Ibu untuk wanita yang hobi nyabe di pangkalan.

“Tentu saja aku akan mandi” Ucap Sasuke datar. Kepalanya menghadap Naruto, “Terus baju gantinya?”

“Pinjam bajuku? Atau baju Ibu?” Tawar Naruto murah hati.

“Bajumu saja. Aku agak sungkan meminjam baju dari Ibumu” Ucap Sasuke pelan. Sebenarnya, Sasuke ingin merasakan gimana memakai baju orang yang Ia cintai. Pasalnya, Itachi pernah mengatakan satu hal padanya, Memakai bajunya serasa dipeluk olehnya. Sasuke sangat mengingat moment itu. Moment ketika dirinya mendapati Itachi memakai baju wanita kurang bahan yang sangat ketat di badannya, lalu dengan wajah mellow penuh dramatis mengingat sang pujaan hati yang kini sibuk menyelesaikan skripsi.

“Mm... Baiklah. Akan aku ambilkan dahulu” Naruto berjalan ke kamarnya.

Menma dan Sasuke dilanda keheningan dengan Menma yang terus-terusan memandang Sasuke dengan segala pikiran su’udzonnya. Pikirannya bercabang ke segala tujuan yang kemungkinan akan di lakukan seseorang bernama Uchiha Sasuke. Otaknya dipaksa bekerja layaknya sherlock holmes, melihat segala gelagat Sasuke yang gagal menahan senyumnya.

“Ini. Maaf jika ukurannya tidak pas” Naruto menyodorkan pakaian entah apa berwarna oranye.

Menma belum mengalihkan pandangannya ketika Sasuke memasang wajah terkejut dan menahan teriakan melihat warna pakaian yang di sodorkan Naruto. ‘Sayang sekali. Uchiha Sasuke terpaksa memakai pakaian kesayangan Kak Naru yang warnanya norak’

“Eum... Arigatou” Sasuke menyipitkan mata melihat warna pakaian yang sungguh mencolok ini. Sungguh, Sasuke baru mengetahui kalau standar pilihan warna Naruto jatuh pada warna norak seperti Oranye begini.

“Nee-Sama berjalan saja ke sana jika ada pintu berwarna putih, masuk saja! Itu kamar mandinya” Naruto menunjuk ke belakang tubuh Sasuke. Sasuke menuruti intruksi Naruto.

Tok.Tok.Tok

“Aku akan membuka pintunya. Kau mandi saja duluan!” Naruto berjalan kearah pintu dan membuka pintu untuk Tamunya.

Cklek

“Wah, Naruto... Apa Sasukenya ada?”
Naruto di sambut oleh wajah penuh senyum dari Mikoto, sedang dibelakangnya hadir juga Itachi dan Fugaku.

'Mereka mau apa? Untung-untung aja tadi masak lebih. Kalau masaknya pas-pasan... Siap-siap aja nggak ada suguhan'

***

Pendek ya...?

Tunggu aja lanjutannya....

Untuk kali ini, Aku kasih Story bonus aja...

Special Independence day🇮🇩🎉...

Slide aja🤣✍️...

Cintakah?! (NarufemSasu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang