17.Heartbreaking

1.4K 59 5
                                    

00:05 am

Author pov

Jam sudah sangat larut dan Jimin baru saja sampai di rumahnya.

Minji yang tidak bisa tidur karena oppanya itu belum juga pulang akhirnya keluar kamar karena mendengar kedatangan Jimin.

Lebih tepatnya mendengar suara langakah kaki yang menaiki anak tangga karena dia tidak benar-benar menutup penuh pintu kamarnya.

Namun, saat Minji ingin menghampiri oppanya itu di kamar untuk menanyakan kenapa dia bisa pulang selarut ini, langkahnya dibuat berhenti.

Dia mendengar sesuatu dari dalam kamar Jimin, seperti ada orang lain yang bersamanya di dalam karena Minji bisa mendengar percakapan mereka akibat pintu kamar jimin yang terbuka sedikit.

Saat Minji mencoba lebih mendekat dan ingin mengintip dari celah pintu, betapa terkejutnya dia dengan apa yang telah dia lihat saat ini.

Dia hampir saja berteriak jika saja tangannya tidak terlebih dahulu menutup mulutnya dan juga seketika tubuhnya terasa bergetar.

Sedetik kemudian, buliran-buliran beningpun keluar dari matanya yang indah tanpa dia sadari.

Dadanya terasa sakit, pemandangan yang dilihatnya saat ini sungguh menyayat hati.

Dia terus menyalahkan dirinya sendiri, kenapa dia harus menunggu Jimin oppanya itu sampai larut, kenapa dia tidak tidur saja sehingga dia tidak akan melihat kenyataan ini.

Minji yang sudah tidak kuat lagi berada di sana kemudian memilih untuk pergi.

Bukannya pergi kedalam kamarnya, Minji malah pergi keluar dari rumahnya sambil menangis.

Dia terus belari sambil menangis, hingga dia tidak sadar kalau ternyata dia sudah berlari keluar cukup jauh dari rumahnya.

Bukannya berhenti lalu berbalik untuk pulang, Minji malah memutuskan untuk terus  melangkahkan kedua kakinya menelusuri jalanan.

"Hiks, hiks... Jimin oppa jahat hiks..."

Isaknya masih terus berjalan entah kemana.

Hingga tidak terasa sudah 30 menit lamanya Minji berjalan tanpa arah tujuan hingga sampailah dia di sebuah taman lalu memutuskan untuk duduk di salah satu bangkunya dan mendongakkan kepalanya untuk melihat langit malam yang gelat tanpa bintang satupun.

Sementara itu di tempat lain lebih teparnya di rumah kediaman Park di kamarnya Jimin, saat ini Jimin sedang berada di atas tubuh Noa mengukungnya sambil menggerakan pinggulnya cepat menghantamkan junior miliknya di dalam lubang miss v Noa sampai membuat pemiliknya mendesah hebat akibat permainan Jimin.

"Nghh angh ahh"

"Sshh mmmhhh"

"Jimin aaahhh"

"Sshhh fuck sayang kau aaahhh"
"Ouuhh sungguh ahh nikmat"

"Anghh jimin eughh kenapa kau aahh membiarkan aahhh"
"Mmmhhh pintunya terbuka aaahhh"
"Aahh bagaimana sshh kalau ada yang dengar aaahh"

"Sshhh tidak akan ouuh Minji sudah tidur aahhh"

"Aahhh Jiminn"
"Faster aaahh"

"Aahh sshh aahh"

Sedangkan di taman di tempat Minji tadi, Minji masih saja diam melamun sambil menatap handphonenya.

Untung saja tadi sebelum keluar kamar Minji masih memegang handphone miliknya dan di baliknya juga terdapat sebuah credit card, jika tidak dia terpaksa harus pulang kembali karena tidak membawa uang.

"Huuh... Dingin..."

Gumamnya sambil menggosok kedua lengannya karena udara selarut ini memang cukup dingin di tambah dengan pakaian yang dikenakannya sekarang.

Minji kemudian bangun dari duduknya lalu pergi dari sana menuju sebuah toko pakaian yang masih buka malam itu untuk membeli sebuah hoodie.

Setelah keluar dari toko itu, Minji pun segera mengenakan hoodienya untuk menghangatkan tubuhnya yang hampir saja membeku karena kedinginan.

Entah kenapa Minji tiba-tiba saja terbesit sebuah nama di dalam kepalanya yang membuatnya lantas membuka sebuah aplikasi yang ada di handphone miliknya untuk mencari sebuah nama kemudian menghubunginya.

Tut... Tut... Tut...

Sudah 5 menit lamanya Minji menempelkan handphonenya di telinga namun panggilannya itu belum juga di jawab dan saat Minji ingin mengakhiri panggilannya tiba-tiba ada sebuah suara yang terdengar.

"Ada apa?"

Tanya suara itu dari handphone yang layarnya masih menyala yang di pegang oleh Minji.

"Oppa, kau dimana?"

"Aku sedang berada di luar. Kenapa?"

"Apa kau sendiri?"

"Hmm"

"Berikan aku alamat tempatnya. Aku akan kesana."

"Ini sudah sangat larut malam. Sebaiknya jangan susul aku."

"Kumohon oppa. Kali ini saja, biarkan aku."

"Baiklah, aku akan mengirimkan alamatnya."

"Terimakasi banyak, oppa."

'Tut

Setelah menutup panggilannya, Minji pun mendapatkan sebuah notifikasi pesan singkat dari seseorang kemudian dia segera mencari taxi untuk menuju tempat itu.

'Ting

Line
....
Jalan x gedung x...









Tbc,

Ff aku yang ini sepi banget sih astaga, kuburan aja kalah 🙄🙄

- Noe -

Step Brother - Park JiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang