16 | Tragedi

2.3K 299 96
                                    

Yoongie tidak banyak bicara hingga siang ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yoongie tidak banyak bicara hingga siang ini. Lebih sering membalas dengan anggukan atau gelengan pelan, lalu bersandar di pangkuan Seokjin sambil sesekali merintih sakit.

Mau tahu kenapa?

Karena dahinya dijahit dua!

Ingin menangis, tapi tidak bisa--karena jahitannya akan tertarik--. Ingin bermain dengan Chuchu, tapi malas sekali beranjak dari pangkuan Seokjin.

Yoongie bosan, sungguh.

"Yoong, mau Hyungie buatkan susu?" tawar Jungkook sembari menggoyangkan kotak susu ditangannya. "atau mau makan cokelat?" tawarnya lagi. Tapi Yoongie menggeleng. Si bayi itu hanya mendongak menatap Seokjin, lalu kembali bersandar pada dada sang kakak.

"Sakit ya?" tanya Seokjin. Tangannya mengelus lembut surai si bungsu. Ia tahu kok, bagaimana rasanya dijahit. Apalagi untuk anak sekecil Yoongie yang jelas belum bisa menahan rasa sakit.

"Cakit, Yungie ... Tepala Yoongie cakit," adu si gembul yang ampuh meremas hati seorang Jungkook.

"Tidur saja ya Yoong, bersama Hyungie. Siapa tahu saat bangun nanti, sakitnya sudah hilang," Jungkook berucap, walau ia tahu betul sakitnya tidak akan hilang dengan sebegitu mudah. Tapi untuk penenang barang sebentar, sepertinya cukup ampuh. Karena Yoongie mengangguk kecil sembari mengulurkan kedua tangannya pada Jungkook.

"Ayo tidur siang, lalu beli es krim sore nanti," bisiknya sembari melangkah pelan menaiki anak tangga. Menciumi pucuk kepala sang adik. Menghirup puas aroma stroberi shampo yang dipakai.

Yoongie menggeleng. Bergerak kecil dalam gendongan Jungkook untuk menatap sang kakak. "Tidak mawu es klim ... Mawu sembuh saja. Buat cakitna hilang, yungie~"

Kalau begini, Jungkook harus bagaimana?

***

Sebenarnya, tragedi berdarah berawal di pagi hari.

Pukul delapan saat itu, Yoongie berlari ke halaman belakang. Mendekati Seokjin yang tengah menyiram tanaman, lalu menarik-narik kecil selang air yang dipegang oleh sang kakak.

"Yung, Yung ... Yoongie mawu silam-silam bunga." begitu ucapnya, membuat Seokjin menyerahkan selang yang ia pegang--setelah memutar kran agar air untuk mengecilkan laju air, tentunya--

Awalnya memang tenang-tenang saja. Lagipula, Yoongie juga sering membantu Seokjin menyiram tanaman. Apalagi tanaman stoberi berjumlah tiga yang dibelikan Seokjin beberapa hari lalu, tak pernah absen untuk disiram setiap pagi dan sore.

Tapi, yang namanya anak kecil, semua yang dipegang akan menjadi mainan. Berlaku juga bagi Yoongie yang asyik menyemprot air kesana-sini. Bahkan sengaja membasahi rambut dan bajunya sendiri. Saat ditegur Seokjin, dengan lancar bayi itu menjawab, "Yoongie balu mandi, Yungie ... Jangan ganggu-ganggu." yang tentu membuat Seokjin gemas setengah mati.

"Kalau sudah, nanti panggil Hyungie ya, Yoong? Jinie Hyung mau masuk sebentar," ujarnya, lalu pergi ke toilet sembari merapal didalam hati, berharap si bocah tak melakukan hal-hal ekstrem pada tanaman disana.

Tidak tahu saja Seokjin jika Yoongie sama sekali tak mendengarkan ucapannya tadi. Sebenarnya anak itu mendengar. Tapi hanya sepatah dua patah kata. Asyik membasahi tubuh dengan selang air ditangannya, dan baru mengalihkan perhatian ketika melihat Chuchu berjalan memasuki rumah.

Cepat-cepat si bocah berhenti bermain air. Berjalan mengikuti si kucing belang, dan berlari ketika Chuchu menjauh darinya.

"Chuchu janan lali!!" teriakannya menggema. Mengabaikan lantai yang telah basah karena ulahnya, si bayi terus mengejar induknya. Hingga sampai di area dapur, dan si bocah terpleset lantai yang basah. Tentu saja tidak ada yang menduga, kepala Yoongie akan terantuk tepian meja.

Pagi itu, tangis si bocah menggelegar, ampuh membuat Jungkook turun dengan mata yang masih setengah terpejam.

***

Lukanya tidak lebar, tapi dalam. Lalu dijahit dua, dan si gembul menangis. Jungkook juga ikut sedih karena tidak bisa menjahili Yoongie seperti biasanya. Anak itu hanya diam ketika diusili, dan pada tingkat yang paling tinggi, si gembul akan menangis karena tidak mau diganggu, dilanjutkan dengan menangis karena sakitnya terasa lagi.

Jadi, sore ini setelah memastikan si gembul tertidur lelap, Jungkook pelan-pelan mengambil jaketnya dan menyelinap keluar kamar. Mengambil kunci motor Seokjin, memakai helm dan berjalan menuju pintu utama.

"Kemana, Kook?" ini Seokjin yang bertanya. Berucap dengan mulut yang penuh dengan biskuit cokelat. Sedangkan Jungkook tidak menjawab pertanyaannya sama sekali. Hanya menoleh, lalu berucap singkat, "Pinjam motormu, Hyung."

.

.

.

Pulang-pulang, plastik putih menggantung di tangan Jungkook. Terlihat ringan, dan pastinya bukan makanan. Karena itu Seokjin mendekat. Mengikuti sang adik menuju dapur dimana tragedi pagi tadi terjadi.

"Beli apa Kook?" tanyanya. Jungkook menoleh, lalu mengeluarkan benda yang ia beli beberapa saat lalu.

"Aku tidak mau tragedi yang sama terulang lagi, Hyung," ujarnya sembari menempelkan pelindung tepi pada seluruh benda bersiku. Membuat rumahnya dipenuhi oleh figur beruang cokelat di setiap siku meja dan benda-benda serupa lainnya.

"Begini 'kan aman!" soraknya puas sembari berkacak pinggang.

Iya, aman.

Tapi Jungkook harus ingat jika anak kecil punya rasa ingin tahu yang tinggi.

Semoga saja, benda-benda lucu itu masih berada di tempatnya dalam beberapa hari kedepan.

Atau singkatnya, Yoongie tidak melepasnya untuk dijadikan koleksi.



tbc

Pelindung siku meja, tau 'kan?

yang kaya begini(sumber: google)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

yang kaya begini
(sumber: google)

ADORABLE YOONG ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang