Ketegangan

14 3 0
                                    

PAPA GITARRA

Saat mengetahui kejadian aneh terjadi di rumah yang menimpah puteri bungsuku, membuatku malam itu juga pulang ke Jakarta. Aku tidak bisa membiarkan semua ini terjadi, ada apa dibalik ini semua?

Sesampainya di rumah aku langsung melihat keadaan putri bungsuku, yang sedang melamun di meja makan dengan mengaduk-aduk buburnya. Melihat keadaannya seperti ini membuat hati seorang ayah seperti disayat-sayat, mengapa semua ini harus terjadi pada anak-anakku?

Disaat pernikahanku ditahun yang pertama dengan istriku, kami dikaruniai seorang anak laki-laki yang gagah, yaitu Harpael Jazzy saudara laki-laki Gitarra, sewaktu dia duduk di bangku kelas 6 SD, dia mengalami hal yang sama seperti yang dialami putri bungsuku saat ini.

Harpael Jazzy sangat senang memainkan piano sejak berumur 5 tahun, namun ketika duduk di bangku kelas 3 SD, jari-jarinya ditusuk jarum berulang-ulang yang mengakibatkan dia kesakitan, dan dalam beberapa bulan tidak bisa memainkan piano karena semua jari-jarinya berlubang-lubang.

Selain dia mengalami kesakitan itu, dia juga mengalami gangguan mental karena trauma yang berlebihan. Sebagai orang tua kami ingin anak kami bisa sembuh, sehingga kami mengirim dia ke luar negeri untuk menjalankan terapi psikologi untuk trauma. Dalam beberapa bulan berjalan, kami sangat merindukan kehadiran Harpael di rumah, sampai pada akhirnya kami dikaruniani seorang puteri setahun kemudian.

Kehadiran Gitarra Jazzy mengobati rasa rindu kami, namun Tuhan menunjukkan kasih karunia-Nya lebih dari apa yang kami pikirkan, yaitu Harpael bisa kembali ke Indonesia dan dia telah dinyatakan sembuh dari traumanya.

Harpael dan Gitarra bertumbuh dengan sangat baik, dan saling menyayangi. Sampai akhirnya Harpael lulus SMA dan memutuskan untuk kuliah mengambil jurusan psikologi, karena dia memiliki kerinduan untuk membantu orang-orang yang mengalami trauma karena kejadian yang menyakitkan.

Disaat memikirkan semua peristiwa menyakitkan dan menyenangkan di masa yang lampau terpecah karena bunyi handphone, aku melihat ada panggilan dari Daniel, sahabatku dan istriku semasa kita SMA.

Daniel mengajakku untuk menyelidiki semua masalah yang dialami oleh putri bungsuku dan putri semata wayangnya. Hingga kami janjian untuk ketemuan di café biasanya.

Keesokan harinya

Aku mengizinkan Gitarra untuk masuk sekolah hari ini, meskipun keadaannya yang masih buruk dan belum mau untuk berbicara, setidaknya itu kemauan dia dan dia merasa kalau di sekolah dia mungkin dia akan merasa lebih baik, karena masih bisa bersama dengan teman-temannya.

Namun, setiap kali aku mengingat tatapan kosongnya, membuatku merasa bersalah karena aku meninggalkannya di rumah. Kalau saja aku lebih banyak waktu untuk tinggal di rumah, pasti putri bungsuku tidak akan menjadi seperti ini.

"Gue tunggu jam 10 di café lima belas ya." pesan singkat dari sahabatku Daniel.

"Ma, jam 10 papa ke café lima belas ya?"

"Mo ngapain?" aku memberikan senyum yang paling menggoda kepada istriku tercinta, "Mau ketemuan sama Daniel." Dia menatapku penuh penyelidikan, "jangan bilang kalian berdua beraksi tanpa aku dan Melinda!"

"Ya gak lah sayang, tanpa kalian berdua kita bakal berhasil. Jadi hari ini baru pertemuan pertama kami untuk membahas tentang rencana yang akan kami lakukan. Lagian mama kan harus jagain putri bungsu kita di rumah, iya kan?" sambil mencium kening istriku, aku berpamitan pergi.

Aku mengantarkan putri bungsuku ke sekolah, sebelum aku berangkat ke café lima belas. Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk bisa sampai di sekolah.

TEROR DARI MASA LALUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang