Pembunuhan

21 3 0
                                    

L A L A

Bel istirahat berbunyi, seperti biasanya aku bersama dengan keempat sahabatku pergi menuju ke kantin. Saat tiba di kantin, aku pengen ke toilet untuk membuang air kecil.

"Girls, aku kebelet ini..."

"Yaudah sana ke toilet," ujar Tiara.

Tanpa menghiraukan mereka berempat aku langsung pergi begitu saja. Lorong sekolah yang saat ini sedang rame karena jam istirahat, membuatku sedikit sulit untuk mempercepat langkahku menuju ke toilet.

Saat tiba di depan toilet, aku di sapa oleh seorang siswi baru yang rambutnya sering dikepang dua, menggunakan kacamata, penuh jerawat dan sangat culun. Intinya dimataku anak ini tidak terlihat dan terhitung. Aku bersikap jutek dengan sapaannya yang sangat ramah, namun sapaan yang sangat ramah itu berubah menjadi senyuman yang sangat lebar seperti hantu, membuatku ketakutan melihatnya, sepertinya anak ini psikopat.

Dia mengancamku akan menyebarkan video kami di toilet belakang sekolah dan akan menghancurkan aku kalau tidak menyingkirkan Tiara. Namun, akhirnya aku berhasil membuat dia pergi, meskipun kepergiannya meninggalkan ancaman yang mengerikan.

Melihat dia pergi, aku langsung masuk ke toilet. Disaat aku sedang buang air kecil, tiba-tiba toilet itu terkunci, dan suasana di dalam toilet menjadi sangat gelap. Aku cepat-cepat mengenakan rok, dan berdiri untuk membuka pintu, namun pintunya terkunci.

"Siapa yang mengunci pintunya? heiiii tolongggg ini gelap banget!" teriakku. Aku melihat dibagian atas dari toilet itu, ada sosok putih sedang tergantung, perlahan-lahan dia turun namun tidak memperlihatkan wajahnya.

"Siapa kamu?" teriakku dengan suara yang gemetar. Sosok putih itu mengangkat tangannya yang sedang memegang belati untuk menusukku.

"Tolongg......!" teriakku dengan diikuti tangisanku. Tiba-tiba sosok putih itu bersuara, "singkirkan Tiara, atau kamu yang akan aku bunuh dengan belati ini?" aku hanya menatapnya dengan tegang dan menganggukkan kepalaku, memberikan kode bahwa aku akan melakukannya.

Setelah aku mengiyakan apa yang menjadi kemauan hantu itu, aku mulai mendengar suasana toilet sangat berisik, dan terang. Aku mencoba membuka pintu toilet dan ternyata pintunya tidak dikunci.

Aku berjalan perlahan-lahan dan memikirkan apa yang telah terjadi tadi? kenapa bisa? apakah anak culun itu punya peliharaan hantu sosok putih tadi?

Tanpa sadar aku tiba di kantin dengan keadaan yang compang-camping, sehingga membuat sahabat-sahabatku terkejut.

"Eh kamu kenapa La?" tanya Risa dengan penuh kekhawatiran.

"Aku gak apa-apa kok." sambil duduk di samping mereka, dan bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

"Kamu yakin gak apa-apa? kayaknya bajumu dirapiin dulu deh, karena kelihatannya compang-camping banget." ujar Tiara.

"Oh astaga, soalnya tadi antriannya lumayan panjang, jadi gue buru-buru banget, akhirnya lupa buat rapiin baju." sambil merapikan baju.

"Yaudalah, jadi gimana? jadi gak nih kita ngerayain keberhasilan kita membully Gitarra di apartemennya Risa?" tanya Lois

"Iya dong jadi" jawab Tiara dengan penuh semangat.

Entah apa yang merasukiku, sehingga pembahasan mereka untuk berpesta malam ini membuatku merasakan bahwa ini adalah waktu yang tepat untuk menyingkirkan Tiara.

---------

Malam itu tiba, kami berangkat bersama menuju ke apartemen Risa yang kebetulan tidak jauh dari sekolah kami. Saat memasuki lobi apartemen, aku melihat seorang anak yang sangat mirip dengan siswi yang mengancamku di sekolah tadi siang. Aku berpikir jangan-jangan dia tinggal di apartemen ini juga? itu berarti bahwa dia anak orang kaya, karena apartemen ini sangat mahal.

Anak itu menatapku dengan tatapan yang tajam bersamaan dengan senyumnya yang sangat lebar seperti hantu, membuatku tersentak dan menyadari bahwa itu adalah siswi yang sudah mengancamkanku tadi siang. Dia mengangkat tangannya setinggi leher dan mengebaskannya, seakan-akan memberikan isyarat bahwa malam ini aku harus menyingkirkan Tiara.

Baru saja sampai di dalam apartemen Risa, tiba-tiba Tiara dan Risa bertengkar, karena Tiara melihat ada foto Altuner di kamarnya Risa. Mereka saling mendorong sampai di balkon, dan tanpa sadar aku datang untuk melerai mereka, namun Risa mendorongku, dengan sontak aku menahan tubuhku dan tidak sengaja mendorong Tiara, sehingga dia terjatuh dari balkon lantai 5 apartemen Risa.

Sahabat-sahabatku menyalahkanku karena sudah mendorong Tiara, padahal aku tidak sengaja. Dalam waktu beberapa menit kami keluar dari apartemen Risa dan menuju keluar gedung untuk melihat Tiara.

TEROR DARI MASA LALUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang