Liburan berujung penculikan

21 3 0
                                    

GITARRA JAZZY

Sebenarnya aku tidak ingin pergi, tapi rasanya saat ini aku mau gila dan cara untuk mencegah keadaanku yang hampir mau gila ini dengan cara berlibur sebentar, setelah pikiran dan fisikku sedikit membaik, aku akan kembali menyelidiki kasus ini.

Aku melihat Rara sibuk menyiapkan keperluan kami berdua. "Ra, lu yakin kita ikut?"tanyaku

"Ayolah, gue gak pengen lo jadi gila Git. Gue udah gak punya siapa-siapa lagi selain lo, dan siapa lagi yang bakal bantuin gue nanti kalau bukan lo?" melihat wajah Rara yang sepertinya lelah dengan keadaan seperti ini, membuatku yang kini melemah, menjadi bertenaga lagi, karena aku merasa punya tanggung jawab yang besar dengan sahabatku.

"Yaudah, tapi selama kita ada di sana, kita harus terus menerus mencari informasi tentang keadaan keluarga kita."jawabku

"Eh ngomong-ngomong gimana keadaan pak Kas? keluarganya udah tau belum?" tanyaku pada Rara. "Keluarganya di kampung, dia di sini sendirian di rumahnya. Aku harus berusaha untuk menyelamatkan pak Kas dalam keadaan baik, karena dia adalah tanggung jawab keluarga ku." aku menepuk pundaknya, "Dan tanggung jawab gue juga Ra.... Jadi gue juga harus nyelamatin pak Kas. Kita pasti bisa." Rara memelukku "Makasih yaaa"

Waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore, rasanya tubuhku sangat sakit karena baru saja beranjak dari tempat tidur sejak dari tadi siang aku tak sadarkan diri karena tertidur dengan begitu pulasnya.

"Ra, bangun..." aku membangunkan Rara yang kelihatannya sama capeknya sepertiku saat ini, rasanya pengen tidur lagi, namun mengingat ada janji dengan kak Al membuatku harus melawan rasa inginku saat ini.

"Hm masih ngantuk" Rara membalikan badannya ke arah yang berlawanan, agar aku tidak melihat wajahnya yang sedang tertidur. "Ra, udah jam 4, kita kan janjiannya jam 5 to? ayok lah bangun, kalau udah mandi pasti seger kok gak ngantuk lagi"

"Lu aja yang mandi duluan" Rara menyuruhku untuk mandi lebih dahulu. Aku meninggalkannya dengan penuh usaha karena badanku masih terasa sakit.

Beberapa menit kemudian akhirnya aku bisa menyelesaikan mandiku, berhubung dengan keadaan tubuhku yang masih sakit, membuatku sedikit lama dari yang biasanya, karena sekalian harus mengganti perban yang ada di tubuhku saat ini. Setelah aku keluar dari kamar mandi, terlihat Rara masih tertidur.

"Yaampun, heiiiiiiii..." aku berteriak agar dia bangun. "Aaaaaaaaa berisik" dia melempariku dengan batal. "Awwww, Ra sakit kena lukakuuuu" dengan cepat Rara bangun dan melihatku "Aduh maaf Git, kamu gak apa-apa kan?" aku tertawa kecil melihat wajah dan rambutnya yang masih kusut, kini berada di depanku dengan wajah yang penuh khawatir. "Tapi boonggg wekkkk" dia menatapku dengan kesal.

"Ih kamu lohhhhh...." ujar Rara "Makanya mandi sana, gak lama lagi di jemput sama kak Al" Rara menurut dengan tampang kesal sambil menyetakkan kakinya seperti anak kecil, membuatku tertawa karena tingkahnya yang lucu. Dalam keadaan seperti ini, rasanya tenang kalau menanggung masalahnya bersama dengan sahabat. Aku bersyukur punya sahabat seperti Rara, dia seperti saudaraku.

"Hufff akhirnya semuanya selesai, tinggal beberapa menit lagi jam 5 sore." ujar Rara

"Ayok kita turun ke lantai 1" ajakku

"Lu bisa gak bawa ranselnya gak? kalau gak bisa mending gue aja yang bawa."

"Bisa kok."

"Mending lu bawa diri aja, terus gue yang bawa ransel lu, gue kan masih kuat tanpa ada luka sedikitpun, jadi untuk membawa dua ransel yang tidak terlalu berat sungguh tidak menjadi masalah buat diri gue hihi"

TEROR DARI MASA LALUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang