PROLOG

291 19 5
                                    

Dalam kegelapan malam yang sunyi, aku bisa mendengar langkah kaki seseorang yang sedang mengikutiku. Aku memalingkan pandangan ke arah belakang dan ternyata dugaanku salah. Orang itu tidak sendirian, dia bertiga dengan teman-temannya, langkah kaki yang serentak membuatku tertipu, berpikir bahwa itu satu orang.

Tubuhku mulai gemetar dan di dalam dinginnya malam berhasil membuatku berkeringat. "Mama, tolong aku" ujarku di dalam hati yang berhasil mengembalikan ingatan pada masa lalu yang sangat menyakitkan, perkataan Mama yang tidak mau mengakuiku sebagai anaknya, membuat dada ini terasa sesak dan langkah kakiku terhenti. Lututku tidak mampu lagi untuk berdiri, pandangan semakin gelap, tubuh semakin gemetar dan keringatku semakin mengucur deras.

Oh tidak, langkah mereka semakin terdengar, menandakan bahwa tiga orang yang sedang mengikutiku semakin mendekat, namun aku tidak bisa berjalan atau berlari, karena aku pun tidak bisa berdiri.

Terasa sangat sakit ketika salah satu dari mereka menjambak rambutku, dan mengangkat wajahku, seolah-olah ingin melihat wajahku yang tertunduk.

"Benar, ini anaknya kan?" ujar seseorang yang menjambak rambutku.

Salah seorang menarik tanganku dengan sangat kasar, dan mulai melilitkan rantai besi dengan keras, rasanya sangat sakit, namun saat ini aku tidak memiliki tenaga untuk melakukan perlawanan, semuanya terasa masih sangat baru di dalam ingatanku, sehingga kejadian itu selalu membuatku lemah dan tidak bisa berbuat apa-apa.

Mereka memasukkanku ke dalam mobil, dan mendengar mereka sedang menelepon seseorang. "Halo bos, aman. Sekarang dia ada di tangan kami!" ujar salah seorang dari mereka yang duduk di samping supir.

Tiba-tiba suara melengking yang keluar dari handphone yang di loudspeaker itu ada di telingaku, aku mendengar suara seorang wanita yang sedang emosi namun berusaha menahan diri untuk tidak marah padaku.

"Hei, kamu harus dihukum, karena tidak becus menjalankan tugasmu dengan baik!" aku sangat mengenal suara itu, air mataku jatuh dan aku berteriak dengan suara yang serak dan gemetar "Ma,,,mama, to..tolong aku.." aku mendengar suara balasan dari Mama, "dasar anak haram, kamu tidak becussss!!!!!" Nyeri dihatiku bagaikan luka yang masih menganga kini diperaskan jeruk, rasanya sangat sakit dan mau mati.

Mobil berhenti tepat di depan gedung yang tidak kukenali ini ada di mana? aku diseret dari dalam mobil dan jatuh ke tanah. Tubuhku semakin sakit ketika harus berbenturan dengan tanah yang kasar penuh bebatuan.

Bau gudang yang sangat menyengat, membuat isi perutku ingin muntah dan cepat-cepat keluar dari tempat ini.

Mereka membantuku untuk bangun dengan keadaan tanganku yang masih terlilit rantai besi, kini diangkat dan diikatkan dengan rantai besi lainnya. Sekarang tubuhku tergantung, dengan posisi menjinjit dan rasanya sulit untuk bernapas.

Aku mendengar mereka sedang mengambil sesuatu, karena rasa penasaran yang sangat tinggi membuatku perlahan-lahan membuka mata. Baru saja ingin membuka mata, tiba-tiba tubuhku terasa perih karena sesuatu mencambuk tubuhku, aku hanya bisa berteriak kesakitan. "Arghhhhhhhhh...." teriakkanku sambil menangis. Mereka mencambukku dengan cemeti yang biasanya digunakan untuk mengendalikan hewan ternak.

Secara bergantian dan bahkan ada saatnya secara bersamaan mereka mencambukku. Rasanya sangat sakit, namun aku tidak bisa berbuat apa-apa. Sampai aku merasakan ada sesuatu yang mulai mengalir dari pelipis mata, tangan, punggung, dan kakiku. "Apakah itu darah?" batinku.

Satu hantaman secara bersamaan dalam kondisi tubuhku yang seperti ini, membuatku berteriak, "Mama tolong aku, aku akan ngelakuin semuanya dengan baik!" tanpa aku sadari, mereka menyiksaku dalam kondisi sedang telponan dengan Mama.

"Hentikan! sekarang lakukan semuanya denganbaik!" aku mengangguk mengerti dengan penuh harap segera di bebaskan.

TEROR DARI MASA LALUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang