Anak Haram dari ibu psikopat

21 3 0
                                    

RARA AMALIA

Melihat perdebatan antara ayah, anak dan musuh membuatku bisa mengambil kesempatan untuk melepaskan diri dari ikatan ini, setelah terlepas, aku melihat sosok hitam itu kebingungan dan menghempaskan sahabatku ke tembok ruangan, membuat bahunya yang tertusuk pisau berdarah. Aku mendengar dia memanggilku dengan suara yang gemetar, sehingga membuatku spontan berlari ke arahnya, untung saja tadi aku bisa dengan cepat melepaskan ikatanku. Melihat bahunya yang kini sedang mengeluarkan darah, aku merobek lengan bajuku dan mengikatkan pada bahunya.

"Bertahanlah Gitarra!!!!!!!" setelah aku mengurus dia, aku berusaha mengambil pisau kecil yang ada di saku celananya. Karena tubuhku yang pendek, membuatku harus mencari kursi, untuk dijadiin tempat berpijak. Karena kursi tadi sudah patah. Saat melihat di sekeliling ruangan, aku melihat ada gunting rumput yang besar, aku bergegas mengambilnya dan menggunting semua tali itu tanpa membutuhkan tempat untuk berpijak, karena guntingnya besar dan panjang.

Aku menggunting tali yang mengikat tangan om Bram, karena hanya dia yang sedang dalam keadaan sadar. "Om, tolong Rara. Om yang gunting talinya, dan Rara yang akan menahan badan mereka agar tidak terjatuh." om Bram melakukan semua yang aku sampaikan.

Baru saja menggunting tali yang melilit tangan papa, tiba-tiba kami mendengar ada bunyi langkah kaki yang ramai menuju ke arah ruangan kami, "Gawat, mereka datang" ujar om Bram sambil mengambil tongkat dan cambuk yang ada di sekitar ruangan itu.

"Kamu pegang tongkat ini, biar om yang pegang cemeti ini." om Bram memberikanku tongkat, rasanya takut namun agak sedikit bangga, karena rasanya akan menjadi pahlawan.

Tiba-tiba terdengar suara tepuk tangan yang pelan dari seorang wanita yang memiliki tubuh lebih tinggi dari Nana. "Wowwww.... sudah lepas ya?" ujar sosok perempuan itu, aku menyipitkan mataku untuk melihat siapa saja yang ada dengan wanita itu.

"Siapa kamu?" tanyaku

"Hai Rara, kita ketemu lagi." jawab Nana sambil berjalan perlahan menuju ke arah yang lebih terang. Setelah wajahnya terlihat, dia memperlihatkan senyum yang lebar hampir merobek wajahnya.

"Gue emang udah curiga sama lo Na!!!!!!" bentakku

"Haha, curiga? tapi sayangnya sahabat lo percaya sama gue, gimana dong?" jawabannya sangat membuatku jengkel.

"Licik!!!!!!!!!!" bentakku

"Opsss, gak boleh main kasar sayang" ujar seorang wanita yang lebih tinggi dari Nana dan lebih dewasa. Dia berjalan perlahan menuju ke arah yang lebih terang, membuatku terkejut.

"Tante?" tanyaku dengan heran, membuat om Bram memandangku "kamu kenal Ra?" aku membalas tatapan om Bram, "Iya om"

"Aku udah yakin kalau semua ini perbuatan lo Nana!!!!" bentak papaku yang kini telah sadarkan diri. Aku berlari ke arahnya dan memeluknya.

"Papa, papa gak apa-apa kan?" papa menatapku "Iya nak, papa baik-baik aja kok, kan kamu tahu papa hebat." aku tersenyum melihat keadaan papa yang meskipun sangat parah namun masih memiliki kekuatan yang kuat.

"Papa, kenal sama Nana teman sekolahku?" papa menatapku dengan heran.

"Nana yang mana? papa kenal sama wanita tinggi gila itu namanya Nana!!!!!!!!" papa menatap tajam mamanya kak Al.

"Oh aku lupa ma, seharusnya aku kenalin diri dulu ya? jadi namaku sebenarnya adalah Elizia. Salam kenal lagi ya Rara dan Gitarra yang tidak sadarkan diri HAHAHAHAHA....." Gila, ternyata selama ini Nana bukan hanya merubah penampilannya namun dia mengganti namanya sendiri.

"Kalian semuanya penipu!!!!!!!" suara Gitarra yang gemetar, tiba-tiba berteriak dengan penuh emosi. "Tante, Gita kecewa sama tante dan kak Al. Aku yakin kak Al juga termasuk dari ini semua kan? dia pura pura baik padaku, memberikanku perhatian, dan....." sahabatku tidak mampu lagi mengeluarkan kata-katanya, dia terlihat sedang berusaha menekan dadanya, aku tahu pasti saat ini dia sangat kecewa dengan kak Al. Aku melihat om Bram memeluk Gitarra dengan erat, sehingga membuat Gitarra semakin histeris.

"JANGAN PELUK DIA!!!!!!!!!" Nana berteriak, alias Elizia berteriak dengan histeris.

"DIAM KAMU!!!!!!" Om Bram membentak Elizia.

"PAPA?" ucapan Elizia membuatku dan sahabatku tersentak.

"Apa maksudnya Papa?" tanya Gitarra sambil melepaskan pelukan om Bram.

"Papamu yang sudah menghamili tante, dan dia tidak mau bertanggung jawab karena dia sangat mencintai Janeth pembawah sial seperti kamu Gitarra!!!!!" bentak tante Nana.

"DIAM NANA!!!!!!!!!! Aku tidak pernah menyentuhmu sama sekali, cukup sudah kamu hampir menghancurkan kehidupanku!" bentak om Bram

"Bram, kamu tetap tidak ingin mengakuiku?" tanya tante Nana dengan nada suara menangis. "Ternyata kamu tidak berubah ya Bram, aku kecewa lagi sama kamu." lanjutnya

"Cukup NANA! hentikan semua halusinasi yang selalu kamu bangun tanpa melihat kenyataan yang ada!" bentak tante Janeth dalam keadaan tergantung. Om Bram bangun dan berusaha membuka lilitan tali yang melilit di tangan tante Janeth, diikuti dengan papa yang membuka lilitan tali di tangan mama.

"Na, Bram tidak pernah menyentuhmu, kamu tahu kan siapa yang menghamili kamu waktu itu?" ujar tante Janeth dengan penuh kelembutan

"Munafik kamu Janeth, jangan berusaha baik padaku saat ini!" bentak tante Nana

"Mama???" panggil Elizia pada tante Nana, membuat wajahnya semakin marah, "Diam kamu anak haram!!!!!!" mendengar ucapan itu membuat Elizia terdiam sambil menekan dadanya.

"Kapan mama menganggapku anak mama?" tanya Elizia membuat kami semua meneteskan air mata, ternyata ini yang diinginkan Elizia, dia ingin diakui oleh mamanya sebagai anak. Tante Nana hanya terdiam, dan tiba-tiba menampar Elizia.

"Hentikan Nana!!!!!!!!!!!!" bentak om Bram.

"Elizia...." teriak Gitarra sambil berlari ke arahnya.

Semuanya terasa seperti sedang memerankan perandrama anak haram dari ibu psikopat

TEROR DARI MASA LALUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang