Malam ini aku, Anggi dan Mulan memutuskan untuk bermalam di alam liar. Kami berusaha untuk tidak merepotkan pak Darjo dan bu Sifa. Walau kami tidak tahu akan merebahkan diri di mana.
Langit terlukis sendu ditemani sautan gemuruh yang menggentarkan kalbu. Akhirnya kami berniat untuk menghapus penat di teras masjid.
"Langitnya mendung, sepertinya mau turun hujan, mendingan kita tidur di teras masjid," usul Anggi.
"Iya aku setuju," jawabku.
"Tapi klau ada yang marah gimana?" resah Mulan.
"Lebih baik kita bangun sebelum azan Subuh," saranku.
"Hmm yaudah."
Pada saat kaki kananku menginjak pada keramik masjid, dengan sontak Mulan memberiku peringatan. "Eh jangan, kakimu masih kotor, kita bersihkan dulu di kamar mandi masjid. Masjid ini tempat suci, bukan mal-mal yang seenaknya masuk dengan alas kaki."
"Iya hehe," jawabku dengan sedikit tertawa.
Letak masjid dan kamar mandi beserta tempat berwudhunya memang terpisah. Di seberang, tepatnya depan masjid, itulah letak Kamar mandi beserta tempat wudhu berada.
Berhubungan Malam ini kami belum menunaikan solat Isya, akhirnya kami mencuci kaki sembari berwudhu untuk menghilangkan hadas yang melekat.
Setelah menunaikannya, dengan sontak pandanganku melirik ke arah Mulan. Dengan tersendu-sendu dia memanjatkan harap ditemani air mata yang mengalir hingga jatuh pada pangkuan tangan yang meminta magfirah-Nya. Semakin aku menatapnya, semakin rasa maluku merajalela.
Ya Allah maafkan hambamu ini, yang selalu berlumur dosa tetapi jarang untuk menyucikannya. Rintih batinku.
~ • ~
Kami terbaring di kumpulan keramik teras masjid ditemani pohon rindang yang membuat kami terjaga dan sesekali disapa oleh hembusan angin yang menitipkan hawa dingin.
"Eh Senja, tadi kenapa lo telat?" tanya Mulan.
"Mau tau aja atau mau tau banget," candaku.
"Ehhh lo mah kebiasaan, sukanya buat orang penasaran," celetuk Anggi.
"Tadi tuh aku pacaran dulu" Aku menggoda mereka.
"Pacaran? Emang lo punya pacar, wkwk," ledek Mulan yang menertawakanku.
"Yaa nggak lah, mana mungkin laki-laki suka sama anak jalanan yang dekil, kotor, tidak berpen—"
"Apaan sih, kita tidak boleh terlalu merendahkan diri. Semua orang sama di mata Allah, buktinya nggak ada tuh yang mau masuk surga harus kaya harta dulu atau minimal harus berpendidikan tingkat sarjana." Anggi menyelak ucapanku.
"Haha tumben lo bijak," ledekku.
"Ehh iya nih, baru nyambung ke jaringan, wkwk,"jawab Anggi.
"Udah-udah, tidur yu! Aku ngantuk. Udah malam nanti bangunnya kesiangan loh." Mulan memejamkan matanya.
"Yo ahhg," jawabku.
"Oke deh."
~ • ~
"Ndek, Ndek, bangun sebentar lagi azan Subuh." Suara seseorang membangunkan tidurku.
Saat aku membuka kedua kelopak mata, terlihat seorang pemuda tampan yang duduk di sebelah kiri sambil menyadarkanku dari mimpi. Aku terkaget dan sontak langsung terbangun baringanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang di Ujung Senja
Ficção GeralIni bukan cerita cinta ataupun yang berbau romantis. Tapi semoga saja kalian suka dengan cerita ini. Ini adalah cerita tentang seorang gadis jalanan yang selalu ingin menggapai bintangnya. "Aku memang tidak tahu apa makna dan wujud dari cita-cita...