Cerita Masa Lalu ~ 💫

100 36 62
                                    

"Tadi, kenapa mereka bisa berbuat seperti itu kepadamu?" tanya Zania.

Aku hanya mengangkat bahu sambil berkata,"tidak tahu."

"Yaudah jangan dipikirin lagi. Oiya kenapa kamu tiba-tiba datang ke sini?" tanya Dika.

Akhirnya aku menceritakan semua yang terjadi padaku pada saat di kediaman bu Tia.

"Jadi gitu ceritanya," ujarku.

"Hmm, boleh tuh kamu ikutan," respon Zania.

"Gimana kalau nanti malam kamu ke rumahku?" sambungnya.

"Hmm boleh," jawabku sambil menganggukkan kepala.

"Eh, kayanya gue nggak bisa." Dika menghentikan pembicaraanku dengan Zania.

"Oh, yaudah deh kalau lo nggak bisa, biar gue sama senja aja," ucap Zania.

Kring...... Kring...... Kring......

"Eh udah bel masuk tuh." Zania menoleh ke arah sekolahnya.

"Yaudah, Senja kita ke kelas dulu ya," pamit Dika.

"Oiya makasih ya," ucapku.

"Yoi."

~ • ~

Putri malam telah menggantikan Sang Surya yang berdiri kokoh pada singgahsananya. Angin malam mengingatkanku akan janji yang berderai pada siang tadi. Akhirnya aku mulai menyiapkan diri untuk pergi ke tempat kediaman Zania.

"Senja lo mau kemana?" tanya Mulan yang sedang tersandar pada pohon rindang yang berdiri kokoh di samping masjid.

Memang hari ini kami memutuskan untuk tidak kembali menginap di rumah pak Darjo dan bu Sifa. Selain kami berfikir 'takut merepotkan mereka', di samping itu kami berharap agar bisa hidup mandiri dan sepertinya kami ingin sedikit kebebasan.

"Hmm, aku ingin ke rumah Zania," jawabku.

"Mau apa?" tanyanya.

"Aku mau belajar, sekalian menginap di sana untuk malam ini saja," jawabku.

"Kenapa tidak selamanya?" Mulan menatapku dengan tajam.

"Maksudnya? Aku nggak ngerti." Aku kebingungan dengan pertanyaan Mulan.

"Sudahlah Mul, cita-cita sudah membutakannya pada persahabatan," ketus Anggi sambil membuang mukanya.

Keningku mengerut dan nalarku tak kuasa untuk mengerti akan pertanyaan dan kalimat yang mereka lontarkan.

"Cita-cita yang membutakannya atau teman baru yang membuat kita tidak terlalu penting di matanya," celetuk Mulan.

Aku semakin diselimuti oleh keganaran.

"Maksud kalian apasih? Kalau kalian mau ikut denganku, ya silahkan saja," tawarku.

"Maaf kami tidak mau mengganggu seseorang yang ingin bersenang-senang dengan teman barunya," ketus Mulan.

Merekapun masuk ke dalam masjid dan meninggalkanku pada malam yang sedikit suram.

Aku mulai membalik badan dan melangkahkan kaki menuju ke rumah Zania. 'Cita-cita yang membutakannya atau teman baru yang membuat kita tidak terlalu penting di matanya?' kalimat itulah yang selalu menghantui di setiap langkah kaki yang kutempuh.

Bintang di Ujung SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang