Mimpi Adalah Rencana Masa Depan ~ 💫

81 42 52
                                    

Malam ini kami disuruh untuk menginap di rumah pak Darjo dan bu Sifa. Kami tidak bisa menolak apa-apa lagi, hanya bisa menuruti apa yang diperintahkan mereka.

Di sisi lain kami juga iba kepada Anggi yang sedang tidak enak badan karena kejadian tadi. Aku, Mulan dan Anggi tidur di kamar yang kemarin kami tempati.

Menurutku, Anggi sudah membaik. Kini dia bisa tertawa dan bercanda kembali seperti biasanya.

Aku duduk di kursi yang sepaket dengan meja belajar di dalam kamar. Mengulang pelajaran yang tadi, itulah yang sedang aku lakukan saat ini.

"Senja lo lagi apa?" Anggi menghampiriku.

"Hah? Nggak aku lagi ngulang yang tadi aja," jawabku.

"Ohh."

"Kamu udah mendingan?" tanyaku.

"Lumayan." Dia memegang kepalanya.

"Baguslah, tadi kenapa kok tiba-tiba gak enak badan." Aku memutar tubuh menjadi sehadap dengan Anggi.

"Aku juga nggak tau," jawabnya.

"Yang penting aku merasa tempat itu udah nggak asing," sambungnya.

"Kamu sebelumnya pernah kesana?" tanyaku kembali.

"Seinget aku sih belum, aku juga baru tau arah jalan menuju ke sana." Wajahnya sangat meyakinkan. Lalu diapun pergi ke ranjang penampung letih kami.

"Eh, mau kemana?" tanyaku.

"Oiya, gue tidur duluan ya, ngantuk nih," jawabnya.

"Nggak mau belajar dulu?" tanyaku kembali.

"Nanti aja ahhg, ngantuk bro." Dia langsung merebahkan tubuhnya.

"Yaudah terserah, tapi nanti gua ajarin lo ya," ucapku.

Anggi tidak merespon ucapanku. "Yaelah udah ke alam mimpi." Akupun langsung membalik badan dan kembali fokus pada kegiatanku tadi.

~ • ~

Malam sudah merajalela. Menyelimuti alam dengan kegelapan ditemani putri malam yang bertahta.

Beberapa kegiatan sudah kulalui, tapi hingga saat ini kantukku tak kunjung menghampiri. Alam kini sudah sunyi, hampir seluruh insan sudah terlelap dalam mimpi. Mungkin, hanya tersisa aku dan pak Darjo yang masih terjaga di rumah ini.

Aku keluar dari kamar, terlihat pak Darjo yang sedang bersandar pada salah satu kursi jati yang berdiri kokoh di tempatnya.

"Pak," sapaku.

"Eh Senja toh, mari duduk." Pak Darjo menjagakku duduk.

Akupun duduk di kursi sebelahnya. "Maaf pak, Senja ganggu ya?" ucapku sambil menunduk.

"Nggak kok, gimana keadaan Anggi?" tanyanya yang menyari topik.

"Alhamdulillah pak, katanya sudah mendingan," jawabku.

"Baguslah, tadi wajahnya itu sangat pucat," jelasnya.

"Alhamdulillah pak, sekarang sudah tidak," jawabku.

"Hmm iya, bagaimana tadi belajarnya?" tanyanya.

"Lancar pak, alhamdulillah Senja cepat menangkapnya," jawabku dengan penuh syukur.

"Baguslah, bapak minta kejar ya cita-citamu." Pak Darjo melukis senyuman pada wajahnya.

Akupun langsung termotivasi oleh ucapan pak Darjo tadi. "Pasti pak."

Bintang di Ujung SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang