"hei kau bohong kalau kau sedang hamil kan?".
Hinata mengernyit mendengar pertanyaan bodoh itu keluar begitu saja dari mulut sialan pria yang duduk di depannya, mereka sekarang sedang berada di cafe dekat apartemen milik hinata.
"Pak dokter, kau sendiri yang mengatakan jika aku hamil, lalu sekarang kau menuduhku berbohong, luar biasa sekali". Sarkas hinata sambil menatap tajam pria itu, ia lebih memilih mengambil jus mangga yang memang tersaji di depannya lalu meminumnya dengan sekali sedot.
Pria itu terkekeh kecil, "biasanya orang hamil akan sedih dan terpukul bahkan mengalami setres jika tau suami mereka tengah berselingkuh, tapi....
Pria itu menatap hinata dengan pandangan seolah menilai,
....apa boleh buat, kau bukan mereka, dan kau tak tertandingi, aku bahkan bangga menyandang predikat sebagai mantan kekasihmu".
Hinata mendengus geli, tangannya menaruh jus itu ke atas meja, lalu bersidekap seolah menunjukkan siapa dia sebenarnya.
"Akui saja sai, kau masih mencintaiku kan?".
Pria bernama sai itu menatap hinata intens, baru saja ia ingin mengucapkan sesuatu tetapi tawa renyah hinata benar-benar membuatnya jengkel.
"Hei, aku hanya bercanda sai, aku hanya sedikit berpikir kenapa sai yang tampan masih saja melajang sampai sekarang".
Dibalik kalimat pujian tentu saja ada ejekan, itulah yang sai tangkap saat ini, Pria itu memutar bola mata malas, menjadi bahan ejekan hinata adalah hal biasa yang ia dapat jika sudah bertemu dengan wanita itu.
"Aku hanya tak mau berakhir sepertimu, Hinata".
Susu dibalas susu maka air dibalas air. Itulah yang sai lakukan padanya, hinata tak mau kalah, tentu saja, tak ada sejarah seorang seperti dirinya mengalah, alih-alih kesal hinata malah tersenyum tipis, senyum yang biasa ia perlihatkan kepada ayah, ibu atau adiknya.
"Jika kau berpikir aku akan mengalah dari jalang itu, maka kau salah besar sai, akan kupastikan akulah pemenangnya".
~~~
"Kau gila?, Aku tidak mau sasuke, hubungan kita bukan hanya sekedar teman masa kecil kau dan aku tau itu".
Sakura terus saja mengeluarkan apa yang menjadi bebannya saat ini, bagaimana mungkin sasuke mengatakan jika hubungan mereka harus berakhir.
Sasuke menggelengkan kepalanya sambil terus memasukkan barang-barang sakura ke dalam koper, hanya ada dua pilihan dalam hidupnya saat ini, kehilangan hinata atau sakura, dan sasuke lebih memilih kehilangan sakura, ya ini adalah keputusan terbaiknya.
"Sasuke...
Sakura tetap berusaha menghentikan sasuke memasukkan pakaiannya ke dalam koper.
....aku hamil".
Hingga saat dua kata itu di ucapkan baru berhasil membuat sasuke menghentikan aktifitasnya, dengan gerakan cepat ia menatap tajam wanita itu, tangan sasuke reflek menggenggam kedua bahu sakura.
"Katakan jika kau berbohong sakura, katakan".
Sakura menggeleng pelan, "aku memang hamil sasu, aku hamil".
~~~
Sasuke memijit pelipisnya, dia benar-benar pusing, sakura, wanita itu tak mungkin jika dia benar hamil kan?, Bahkan sampai sekarang sasuke masih meyakini jika sakura hanya berbohong padanya, bahkan jika wanita itu hamil sudah pasti itu bukan miliknya.
"Kau tampak kacau?".
Hinata berjalan dengan pelan ke arah meja kerja suaminya, lalu memberikan sebuah berkas pada suaminya,.. "apa ada masalah?".
Sasuke menggeleng pelan, ia tersenyum pada istri sekaligus sekertaris cantiknya, "hanya karena pekerjaan, jadi aku sedikit pusing".
Hinata mengangguk kecil lalu mengambil berkas itu dan hendak beranjak pergi,
"Hinata....
Sebelum suara lembut sasuke membuatnya menghentikan langkah.
....bagaimana menurutmu dengan perceraian?".
Deg.....
Jujur waktu buat di scene terakhir rasanya sakit banget sih, hmmm komen sendiri lah.
Thanks buat kalian yg udah subscribe pemirsahhh hihi.
Subscribe my channel ; Jini CN
Ig ; p.juni_
KAMU SEDANG MEMBACA
Bar Bar? (Tamat)
FanficHanya sebuah kebarbaran hinata yang tak sengaja mengetahui pengkhianatan suaminya. Auto OOC.