"5"

3.7K 359 52
                                    

"sasuke?, Bagaimana keadaannya?".

Sasuke menghela nafas, "kondisinya sangat kritis,....sasuke berkata sambil melihat lewat celah pintu ICU, disana seorang wanita tengah terdampar dengan tubuh yang kaku.

Hinata menghela nafas, sebagai seorang istri hinata masih memiliki kewajiban untuk menenangkan suaminya, termasuk kejadian pagi tadi, sungguh itu di luar kendali hinata.

~~~

Sakura tersenyum kecut, sudah dua minggu berlalu semenjak ia keluar dari rumah sakit tapi sasuke malah menjauhinya, seharusnya pria itu lebih perhatian padanya, bukan malah mengucapkan beribu permintaan maaf kepada hinata yang sampai saat ini tak kunjung memaafkannya.

"Iya sai, aku tau aku akan menjaga kehamilanku....iya kuharap sasuke tak mengetahuinya".

Langkah sakura terhenti tepat di depan kamar hinata yang tak tertutup rapat, ada sedikit celah pintu disana, jadi selama ini hinata menyembunyikan kehamilannya dari sasuke, tunggu, jika sasuke tau mengenai kehamilan hinata, besar kemungkinan sasuke akan lebih melupakannya, bahkan mencampakannya?, Tidak itu tidak boleh terjadi kan.

Sedikit seringai muncul di wajahnya, jika hinata tak ingin memberitahukannya kenapa tidak ia singkirkan sekalian?.

Minyak itu sudah membasahi tangga, rencananya sangat sempurna, yang ia tau hari ini sasuke sudah berangkat kerja dan pria itu akan lembur, saat hinata melewati tangga ini dia akan jatuh dan dengan cepat sakura membersihkan tangganya, lalu menelepon sasuke seolah hinata mengalami kecelakaan, "sakura kau juara", gumamnya sarkas.

Sakura tersenyum saat hinata datang menghampirinya dan hendak menuruni tangga, namun baru saja kaki jenjang wanita itu di ambang tangga pertama, ia malah mengurungkan niatnya lalu beralih menatap sakura.

"Ada apa?, Kau terus menatapku dari tadi". Hinata memicing melihat sakura, masalahnya adalah tatapan wanita itu tak pernah lepas dari pergerakannya.

"Tidak ada, apa kau akan pergi?, penampilanmu terlihat sangat rapi, berkencan?".

Hinata memutar bola mata malas, "aku memang selalu rapi, tidak seperti wanita pengganggu di rumah ini".

"Kau menyindirku?".

Tawa sarkas hinata seakan menggema di seluruh ruangan, ia menatap sakura dengan pandangan mengejek, "kau sendiri yang menyimpulkannya".

"Apa?...

Sakura menatap marah hinata, ia hendak menampar wanita itu namun hinata langsung menangkisnya dan menghempaskan tangan sakura.

Sakura tentu saja marah, ia kembali ingin menampar hinata dengan tangan kirinya tapi ia malah tergelincir dan jatuh ke bawah tangga.

"Sakura....

Hinata melotot tak percaya, bagaimana bisa sakura jatuh begitu saja?, Ia berteriak dan hendak menghampiri sakura yang terlihat masih setengah sadar, tapi darah itu tak bisa membohongi hinata, sakura tak sedang baik-baik saja, dia kesakitan dan hinata tau itu.

Baru saja hinata kembali ingin melangkah, tak sengaja ia melihat gumpalan seperti air di tangga, hinata pun berjongkok dan mengoles air itu, ia mengernyit, "ini minyak", gumamnya seraya menatap sakura yang sedang merintih kesakitan di bawah tangga.

~~~

Hinata membuang nafasnya pelan, kenapa sakura berniat mencelakainya, beruntunglah kamisama masih berbaik hati untuk melindunginya, jika tidak ia tak akan tau apa yang akan terjadi pada anaknya.

"Sasuke?....

Sasuke menggeleng, "maaf... Gumamnya seraya melangkah pergi tanpa mengatakan apapun lagi.

Hinata terdiam, ia menatap punggung itu yang kian menjauh dan menghilang, ia bukan wanita bodoh yang tak mengerti kenapa sasuke menghindarinya, pria itu pasti berfikir dialah yang mencoba mencelakai sakura, sasuke harusnya tau bagaimana dirinya, dia tak mungkin melakukan hal serendah itu kan.

~~~

Sudah 2 minggu ini hinata dan sasuke memilih melakukan kegiatan masing-masing, mereka enggan berbicara bahkan terkesan canggung satu sama lain, namun sekarang pria itu datang padanya lalu memeluknya dari belakang, apa ada sesuatu hingga sasuke tiba-tiba berubah?.

"Gomene hime, aku tak bisa menjauhimu lagi".

Hinata tak menjawab, ia lebih memilih memandang pemandangan kota lewat jendela apartemen mereka, tangannya juga masih sibuk memegang sebuah cangkir kopi, akhir-akhir ini ia cepat sekali mengantuk dan sepertinya kopi bisa menemani paginya, meski hinata tak bisa meminumnya setiap hari karena bayi yang dikandungnya.

"Gomene....

Bisik sasuke tepat di telinga hinata, tangannya juga masih memeluk pundak wanita itu hangat.

...aku tau aku salah, bisakah kita memulainya dari awal, kumohon".

Seringai kecil menghiasi wajah hinata, meski ia tak dapat melihat ekspresi memohon suaminya, tapi hinata yakin saat ini sasuke tengah di landa rasa bersalah yang sangat besar.

"Apa naruto sudah memberitahumu?, Mengenai anak yang di kandung sakura juga rekaman cctv kecelakaan yang menimpa wanita itu?".

Hinata berbalik, ia menyesap kopinya lalu menatap pria itu, ia mundur selangkah demi memberi jarak pada suaminya, "apa kau tau berapa harganya?". Gumam hinata.

Langkahnya mengarah ke arah sofa, memilih duduk disana lalu menaruh cangkir kopinya, ia menyilangkan kakinya dan menatap sekilas ke arah suami tercintanya yang masih berdiri disana.

Hinata membuang nafasnya, "aku harus bagaimana denganmu sasu?".

"Apapun,... aku akan melakukan apapun hime, asal kau bisa memaafkanku".

Seringai hinata semakin lebar, "benarkah?, Apapun?".











Please subscribe channelku:

"Jini CN".




Udah dulu ya.....

743 kata.

743 kata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Bar Bar? (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang