05 insiden

252 10 0
                                    


Selepas shalat subuh aku langsung bergegas mengecek semua persiapkan pernikahan.
Hari ini adalah hari yang diimpikan Tante sebagai pembuktian baktinya pada nenek karena mengikuti wasiat nenek sebelum meninggal.

"Mbak sara kan? Itu pengantin wanita nya minta mbak kekamar sekarang katanya ada hal urgent"

Aku memutar bola mataku jengah, apalagi drama yang akan dilakukan Sabrina kali ini.

Sesampainya dipintu kamar segera Sabrina menutup pintu dan langsung memeluk tubuhku dengan gemetar, sungguh tangisan pilu Sabrina sangat menyayat hati bila didengar.

"Sama sekali gak ada kak yang nanya gimana perasaan aku saat ini,gadak yang nanya hancurnya aku dihari ini.
Aku cinta dan sayang sama abay kak dan kakak tau itu!
Aku capek dengan keluargaku yang hanya memandang seseorang dari statusnya.
Aku frustasi kak"lirih Sabrina

Aku terdiam, Sabrina termasuk golongan anak yang diam dan sulit mengutarakan kemauannya dan kali ini ia bisa se frustasi ini.

"Bi dengar kakak,sejauh apapun Lo pergi kalau namanya jodoh mah bakal kembali serumit apapun kisahnya.
Jangan kayak gini kakak gak sanggup liatnya" ujarku penuh kelembutan.

"kak gak pernah jadi aku,kak selalu menentukan keputusan hidup  sendiri.
Sedangkan aku?bahkan bergaul aku harus memilih"

Saat aku ingin menjawab pintu terbuka"duh malah mewek disini, cepat dandan biar kelar tugas make up nya bina"ujar Tante ziya kesal

Aku terdiam, Tante ziya masuk tiba-tiba kedalam kamar .
Sabrina hanya mengembuskan nafas pasrah.

Aku kembali mengontrol Persiapan pernikahan yang akan dimulai empat jam lagi,Semua dilakukan dengan begitu cepat dan sangat detail.

Sudah pukul sembilan dan semua persiapan sudah  sembilan puluh delapan persen siap,dua persen Nya adalah akad yang lancar.

"Semua dekor dan makanan udah amankan sar?" Ujar Tante ziya sambil membenahi sanggulnya.

"Semua aman Tante,cuma sound ajasi perlu di check ulang.
Semuanya udah siap dan semua udah aku cek pribadi  persiapannya"

Rombongan pria mulai memasuki pekarangan rumah, kami sebagai pihak perempuan berkumpul menyambut calon mempelai pria
"Kamu panggil tuh si sabrina ya sar,Tante mau nyambut rombongan prianya dulu"

Aku mengangguk, sungguh sebenarnya aku kasihan pada sepupuku yang selalu bersikeras menolak perjodohan konyol sang nenek.

Aku melangkah keatas tempat sepupuku dirias, tapi langkahku terhenti saat sang perias yang disewa Tante sedari subuh menghampiriku panik.
"Mbak pengantin perempuannya gadak dikamar,mbak liat gak"
Sang perias pucat dengan gemetaran menatapku.

Aku tertegun,sudah kuduga ini akan terjadi.
Sabrina sudah pasti kabur dengan pacarnya yang sudah tiga tahun menjalin hubungan.
Hubungan Sabrina dan abay ditentang  karena abay hanyalah seorang barista dicafe sederhana.

"Gimana caranya dia ilang?"

"Tadi aku kekamar mandi mbak karena kebelet eh pas datang udah gadak.
kayaknya kabur dari jendela deh mbak"

"Sekarang periksa semua ruangan,aku yakin Sabrina belum jauh"  aku mengarahkan saudara yang lain untuk ikut mencari.

Saat semua sedang sibuk mencari Tante datang dengan raut kesalnya"bina nya mana sar? Lama amat"

"Bi..na i..lang tante"Lirihku terbata

Sontak semua keluarga  yang belum tau panik dan mulai mencari keluar lingkungan rumah.

"Ada apa ini?"ujar sang papa pengantin pria datang kerahku

"Maaf om,Sabrina kabur"cicitku pelan

"Kamu saudara pihak wanita nak?"

"Iya om"

Siapa namamu nak?"

"Saraa om"

Pria paruh baya itu menatap lekat sang pengantin pria disebelahnya "menikahlah dengan Sara sebagai pengganti pengantin wanita hari ini"

Aku terdiam, nampak raut gusar  dicalon mempelai pria  akibat  perkataan  sang papa

"Pak saya gak bisa pak,saya hanya saudara sepupu disini"

"Ibu Akbar memiliki penyakit jantung sara,saya gak mau istri saya kenapa-napa hanya karena ulah sepupu kamu.
Saya mohon sama kamu" lirih papa simuka dingin.

Akbar meraih tanganku"tolong terima tawaran papa,saya dan papa tidak bisa kehilangan mama hanya karena pernikahan gagal saya.
Perihal pengantin yang ganti bisa kami beri pengertian pelan-pelan"

"Tidak bisa semudah itu juga, pertama ini terlalu mendadak dan  kedua riasan saya sebagai pengatur acara bukan pengantin penyelenggara acara"

"Semua dapat dilakukan kilat,saya mohon.
Cukup sekali saya hampir kehilangan mama" Lirih akbar

Tante ziya Tiba di belakangku dengan wajah sembab"bantu Tante sara,Tante gamau nama baik kedua belah pihak hancur" lirih Tante.

Orangtuaku muncul dan menganggukkan kepala tanda persetujuan.

Setelah mengembuskan nafas berat akhirnya aku memutuskan"Baiklah,sejam dan hafalkan nama panjang saya dan bicarakan sama orangtua saya"kutunjuk kedua orangtuaku berada.
Aku segera keatas dan merubah tatanan make up yang mulai luntur.

Semua diruangan itu tersenyum puas dengan jawabanku,aku hanya dapat memejamkan mata tak mau menatap seperti apa rupaku saat dipakaikan bedak tebal.

AKSARA .Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang