06 pernikahan kilat

302 10 2
                                    


"Saya terima nikahnya,sara abriana pratista binti arsen Pradipta dengan mahar tersebut tunai"  Akbar menjabat tangan ayahku dengan gemetar.

"Bagaimana para saksi?sah?" Pak penghulu melirik kanan dan kekiri

"Sahhh"

Teriakkan sah membuatku melemas, sungguh demi apapun dalam mimpi ini tak pernah kubayangkan.
Dalam waktu beberapa menit statusku berubah dengan begitu cepat,aku hanya menghela nafas.

"Nak salam suaminya"bisik ibuku dibelakang

Aku melirik sosok dingin disamping kananku,kuraih tangannya dan salim seperti yang ada di film kutonton.
Ia mengecup keningku sekilas, yang mampu membuatku ingin mencincangnya.
Ini hanya pernikahan formalitas dan ia berani mencium keningku tanpa izin.

Kami bergerak menyalami kedua orangtua kami yang sudah menunggu, disaat tiba di ibu sang lelaki dingin aku terdiam,muka menahan amarah jelas terpancar disitu.

"Bu, mohon doa restunya Bu,agar pernikahan kami langgeng"ujarku pelan.
Tak ada jawaban,bahkan melirikku pun tidak.
Aku hanya bisa tersenyum dan segera melangkah kearah papa mertuaku sekarang.

"Pa, mohon doanya agar pernikahan kami diridhoi Allah ya pak"

"Iya nak, sabar-sabar ya nanti hadapi Akbar"

Aku hanya tersenyum, papa mertuaku sangat hangat dan menyenangkan.

Kami segera kepelaminan, perihal gunjingan tentangku sudah banyak kudengar.
Banyak mengatakan aku perebut,ada yang bilang aku tak pantas bersanding dengan Akbar yang bisa dikatakan tampan.
Dan masih banyak lagi drama yang harus aku tutup telinga Agar tak tersulut emosi.

Siang kami minta jeda untuk istirahat sejenak, sungguh memamerkan senyum saat hati ingin menjerit bukanlah hal Mudah.

Aku menghempaskan tubuhku ke kasur empuk , mencoba memejamkan mata.

"Kamu tak ingin makan?"

"Aku sudah terlalu banyak makan makian dan gunjingan hari ini"
Aku mencoba kembali memejamkan mata, berharap ini hanyalah mimpi.

"Maaf untuk semua yang kamu dengar hari ini,maaf membuatmu sulit"

"Maafmu telat,apa bisa kau rubah statusku kembali mejadi lajang " ujarku menggeram.

Dia hanya diam, duduk ditepi kasur
"Kenapa kamu menerima kalau memberontak adalah nama tengahmu nona" ujar sinis pria yang sekarang berstatus suamiku.

"Dengarkan!
Pertama aku adalah orang yang gak tegaan untuk menyangkut masalah sakit yang kalian utarakan diawal.
Kedua,aku adalah cucu nenek yang paling dekat dan karena ini adalah wasiat nenek yang harusnya untuk Sabrina yang mau gak mau aku harus turuti.
Ketiga,perihal kabur seperti Sabrina itu adalah kelakuan anak bocah.
Keempat aku gak ingin nama keluarga siapapun tercoreng walaupun namaku yang rusak disini.
Kelima, diamlah aku mau tidur "

Aku menarik selimut menutupi diriku, walau masih berbalut baju pengantin aku tidak peduli.

"Gadis yang unik" ujar pelan Akbar sebelum menutup pintu.

Pukul dua aku segera di persiapkan untuk  baju selanjutnya,dan dandanan yang rusak akibat tidur tadi dihapus.
Setelah semua siap barulah kami keluar.

Ia memanggil anak kecil Dan membisikkan sesuatu.
Anak kecil itu pergi dan datang kembali membawa sate

"Nih makan,aku suapin ya"

Aku masih terdiam menatap nya"aku jamin makeup kamu tidak akan luntur"

Aku hanya mengangguk pasrah, sejujurnya aku sudah lapar,ia menyuapi diriku dengan hati-hati.
Beberapa kamera mengarah kepada kami,ingin aku teriak namun tanganku digenggamannya.
Akbar kembali menyuapi diriku sampai habis.

Caroline datang padaku"kak aku tau dimana kak bina berada"bisiknya

"Dimana "ujarku pelan

"Dia sama kang abay,diapartemen saudaranya kang abay yang cewek.
Mau kita susul kak?"

"Biarkan saja,dia kembalipun sudah terlambat"

Caroline mengangguk paham, Caroline adalah sepupuku yang tinggal diluar negeri.

"Ada apa" bisik Akbar

"Soal bina,dia berhasil kami ketahui"

"Kenapa gak dibawa pulang?"

"Dia akan pulang saat dia mau, semua keluarga sudah terlanjur kecewa"

"Ibunya dimana? Dari tadi aku tak melihatnya"

"Tante paling dikamar sedang sakit memikirkan anaknya, sejujurnya ini bukan salah bina.
Keluarganya terlalu mengekang kemauannya.
Bina sudah punya kekasih dan sangat baik,akupun mengenalnya"

Akbar hanya diam tanpa membalas perkataanku.

Pesta berlangsung dengan lancar dan tanpa hambatan.

Kami segera kembali kerumah orangtuanya Akbar, setelah membersihkan diri kami segera tidur.

AKSARA .Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang