25 Kelahiran aksara

236 6 0
                                    

Hari demi hari kulewati dengan begitu mudah.Fairuz selalu berada disampingku dan selalu menemaniku menghadapi keterpurukan dan kesedihan selama dinegara orang.

Menghitung hari bayiku akan lahir kedunia, bayi yang selama ini aku rawat.

"Papa gak sabar nunggu Kelahiran kamu dedek" ujar fairuz .

"Papa,om kali ruz belom jadi papa"cibirku menatap jengah Fairuz.

"Sirik banget,ngarep banget aku ajak ngobrol ya"Fairuz  Menatapku kesal.

Setelah puas mengobrol dengan sang janin diperutku barulah aku diacuhkan"kayaknya besok kamu  harus udah stay dirumah sakit ya sar"

"Eh cepat banget?"

"Udah gapapa, takutnya tengah malam kan gua juga repot"

"Oh gamau,yaudah ya dek kita cari ya papa kamu yang lama kayaknya masih mau nerima kamu.
Kita balik ya dek" cibirku berusaha bangkit .

Fairuz panik, menggenggam tanganku erat"eh jangan dong,lancang banget bilang gitu sama anakku.
Sayang jangan dengerin mama kamu suka ngasal.
papa Fairuz lebih menyayangi kamu"ujar fairuz bicara didepan perut buncitku.

"Yaudah terserah kamu deh ruz,aku ngikut aja.
Karena belakangan ini kayaknya udah sering kontraksi palsu gitu, Makanya takut juga sih"

"Yaudah,aku bantuin beresin barang ya"

"Ehmm Maaf ya sar, apa gak sebaiknya mama kamu tau kalau kamu mau lahiran dan dimana berada? Udah sepuluh bulan juga kamu gak jumpa kan"

Aku menghela nafas"hanya aku dan Lo yang tau masalah ini.
aku gamau Lo lancang bongkar sama orang Masalah ini"

"Yaudah deh kalau itu keputusan kamu,aku terima "

Kami segera berbenah dan menyiapkan keperluan untuk dibawa kerumah sakit.

Setelah semua administrasi selesai aku dibawa keruangan  yang sudah disiapkan dan kembali dicek segala tekanan darah dan sebagainya.

Menjelang malam kontraksi mulai menjadi-jadi,aku mencengkram seprai rumah sakit kuat.

"Kamu kuat ya sar,aku disini"
Fairuz melepas genggamanku diseprai dan beralih ke tangan Fairuz yang kugenggam kuat.

"Aaaaa" aku tak tahan,seakan semua tubuhku remuk tak berdaya.
Tulangku seakan patah dan tidak berfungsi lagi.

"Pembukaan sudah kesepuluh Bu, sekarang kita persiapkan segala keperluan kelahiran"

Aku tak sanggup menjawab, tubuhku sudah keringat dingin menghadapi persalinan.

Fairuz setia disampingku,bahkan aku tak tau seberapa sakit tangan Fairuz akibat genggaman kuatku, seberapa kuat aku menjambak rambut dan menarik kaos Fairuz yang kutau sudah robek karena tak sadar semua kulakukan karena kesakitan yang kualami.

Enam jam lebih akhirnya bayi mungil lahir  dengan tepat dipergantian hari, suster lalu membersihkan bayiku

"Selamat ya Bu bayinya laki-laki dan sangat tampan seperti papanya. ini Bu anaknya"  suster membaringkan bayiku yang sedang tenang disampingku.

Aku menoel pipinya yang memerah dengan gemas, akhirnya kesakitanku terbayar lahirnya bayi mungil disampingku.

"Eh ruz mau gendong gak? Sekalian adzani dong "

"Eh boleh? Jujur aja aku belum pernah megang bayi apalagi baru lahir"

"Liat tuh nak, diperut sok ngaku bapak,udah lahir nyentuh kamu aja ogah.
Udah kita cari papa baru ya" cibirku

"Kebiasaan ya racuni anak aku dengan kata-kata gak mutu Lo,sini letak dedeknya ditanganku"

Aku mengambil bayiku perlahan, meletakkan dengan sangat hati-hati ditangan Fairuz.
Entah kenapa aku terenyuh,Fairuz menangis padahal aku tau dari dulu Fairuz bahkan sangat malu menunjukkan tangisannya kepada siapapun.
kini Fairuz menangis menatap bayiku didalam rengkuhannya.
Fairuz mengadzankan Bayiku dengan serak,dengan sesekali menyeka airmata.

"Eh ini sar dedeknya,mataku sakit kayaknya kelilipan deh" ujar gugup Fairuz menyerahkan bayiku kembali.

Sudah kukatakan,Fairuz gengsinya tinggi menyangkut tangisan.

"Udah ada nama dedeknya sar?"

"Aksara airuz pratama, menurut kamu gimana?"

"Airuz apaan?"

"Nah ,itu sebagai wujud penghargaan aku kepada kamu yang Nemani aku selama ini dan mampu menyayangi aksara bahkan masih dalam perut"

"Kenapa gak Fairuz sesuai nama aku sar?"

" Aku gamau aja kamu manggil anakku dengan nama kamu kan galucu"

"Ohh,terus kalau aksara?"

"Aksara adalah gabungan nama orangtuanya Akbar dan sara.
Sekesal apapun aku dengan Akbar,aku gak bisa nutupi bahwa Akbar adalah darah daging kami berdua"

"Keren sih,eh kalau Pratama apaan?"

"Kalau Pratama ya karena dia anak pertama aku jadinya ya gitu"

"Selamat datang anak kesayangan papa si airuz tampan"ujar fairuz dengan cepat menyeka airmata.

Aku tak tau,Fairuz sangat lemah dihadapan aksara.

"Terimakasih sudah hadir dalam hidupku dan aksara ruz"

"Terimakasih sudah mau menerima diriku setelah egoisku dijaman dulu yang kurasa tak dapat dimaafkan"

AKSARA .Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang