JEMARI Eza terus membelai rambut Astra lembut. Mereka sedang berada di depan teras rumah Astra. Tadi, Astra sedang berkumpul dengan keluarga besar di rumah nenek, namun tak ada angin, tak ada apa, gadisnya ini menelpon meminta jemput. Di jalan rautnya murung, matanya merah seperti menahan nangis. Tapi, saat di tanya malah diam saja. Eza juga bingung mau bagaimana.
Saat Eza sibuk memandangi gadisnya, dengan tangan yang terus membelai surainya, Astra menatapnya.
“Kenapa, hm?”
Astra malah ingin menangis ditanya selembut itu. “Aku sejelek itu, ya?”
Eza tak terkejut, hanya diam menunggu kelanjutan cerita.
“Nenek terus saja membandingkan aku dengan kak Astri. Kak Astri yang cantik lah, kurus lah, sempurna lah. Aku ... Lelah.”
Keluarga menjadi pemutus harapan terhebat bagi sebagian anak. Itu benar. Termasuk gadis disampingnya.
“Yang nenek mau dari aku hanya nilai bagus, juara satu, pokonya harus juara satu!” Teriak Astra mencoba meluapkan segala isi dihatinya.
“Lalu?”
“Bosan, Za. Kenapa harus aku? Kenapa nenek tidak memandang adil kita berdua. Apa bedanya ... kita, Za?”
Eza tersenyum manis sekali untuk menenangkan gadisnya ini. “Sini, saya peluk.”
Eza berbisik begini di telinga Astra, “Ayah, putri kecilnya saya peluk sebentar ya.” yang langsung mendapat kekehan dari sang gadis.
“Apaan sih!”
Eza memeluk gadisnya erat, mencium pucuk kepalanya samar-samar. Lalu, melepaskan dirasa cukup.
“Alam raya itu besar, Tar. Isinya pun macam-macam, apalagi isi kepala manusia,”
“Jangan fokus pada orang yang tidak menerimamu apa adanya,”
“Apalagi yang menuntutmu untuk sempurna,”
“Kata sempurna bukan diciptakan untuk manusia, Astar,”
“Jika nenekmu memang kurang menyukaimu, biarkan. Nenekmu juga manusia yang pasti punya kesalahan. Cukup bahagiakan orang yang pantas kamu bahagiakan. Menjadi bodo amat terkadang memang benar-benar diperlukan,”
“Tapi, kamu harus tetap menghormati nenekmu sebagaimana semestinya. Ia tetap orang tua dari orang tuamu. Masalah nenek yang memandangmu seperti apa, itu terserah beliau,”
“Kamu hidup dalam keluarga kecil yang membahagiakan, bukan berarti tidak ada yang bisa memberikan kesedihan.
Kesedihan dan Kesenangan
Perpisahan dan Pertemuan
Kebaikan dan Keburukan
Itu semua, satu paket Astar. Hadiah dari alam raya yang pasti akan kamu dapatkan,”
“Jangan jadikan ucapan nenekmu sebagai patokan. Cukup dengarkan, pilah yang harus disimpan. Kamu juga sudah besar untuk bisa membedakan mana kritikan membangun dan menjatuhkan,”
“Tetep semangat, ya. Kalau diizinkan ... Saya akan terus menemani sampai akhir,” ujar Eza panjang lebar dengan senyum khas eyesmile miliknya.
Semoga.
Astra tertawa dengan air mata yang menetes satu persatu. Tapi, tak bohong rasa sesak yang tadi menghinggapi telah berganti menjadi kelegaan hati.
“Kamu gak sendiri,” ujar Eza menarik Astra untuk dipeluknya kembali.
Tiba-tiba ada suara mobil yang masuk pekarangan.
“Heh! Heh! Itu anak ayah kok dipeluk-peluk!”
Ah, malu.
Ayo reader yang merasa pacar zaeim coba pahami kata-kata pacarnya. Salam sayang dari zaeim katanya *hearteu
KAMU SEDANG MEMBACA
i. astrajingga
Short Storyft. j e n o, espoir series. ❝ sini, kan kuberi tau betapa indahnya dirimu ❞ ©lenterasemu, 2020