“Kita nggak bisa melanjutkan hubungan ini, Jun,” ucap Denis, kekasihku.Pria berambut ginger brown itu tiba-tiba menjemputku di kantor, lalu mengajak jalan. Padahal suasana di luar sedang dingin. Aku mengiakan, berharap pertemuan ini berakhir indah. Sayang, Denis justru memutuskan secara sepihak.
“Aku salah apa?” tanyaku. Bukankah hubungan kami selama dua bulan ini baik-baik saja?
“You know, kita ini banyak perbedaan, Jun. Kamu sadar, kan?”
Aku mengangguk. “Salah satunya soal kepercayaan kita yang berbeda. Harusnya aku sadar, dari awal hubungan, kita akan putus di tengah jalan.”
Cinta itu membuat manusia bodoh. Korbannya? Aku, yang bodoh karena cinta, padahal tahu resikonya, kulupakan begitu saja.
“Melanjutkan hubungan ini tanpa restu orang tua, rasanya ada yang kurang. Aku sudah mencoba berjuang di depan Mama, tapi Mama tetap tidak menyukai hubungan kita,” ucapnya.
Aku menelan ludah. Aku tahu ada banyak kekurangan di hubungan kami dan Denis selalu berkorban untukku.
“Aku minta maaf, Juniara.”
Pria di depanku bangkit, lalu meninggalkanku sendiri. Padahal makan malam kita belum datang. Langkahnya terlihat terburu-buru. Aku ingin mengejarnya, tapi rasanya percuma.
“Duìbùqǐ, qǐng bāngmáng bāozhuāng zhè dào cài. Xièxiè,” ucapku pada satu pelayan restoran. Kami menikmati makanan di restoran Vietnam, memesan nasi goreng dan mi goreng seafood khas Vietnam. Aku meminta mereka membungkus makanan yang baru saja matang, aku sudah tak berselera makan.
“Wèishéme? Wǒmen de shíwù bù hǎo ma?”
(Kenapa? Apakah makanan kami tidak enak?)Aku segera menggeleng. “Wǒ gānggāng hé wǒ nán péngyǒu chǎojiàle. Wǒ bùxiǎng chī wǎnfàn.” Aku jujur di depan pelayan soal Denis yang memutuskan hubungan sepihak membuatku kehilangan selera makan.
Untungnya pelayan langsung mengerti dan meminta maaf karena bertanya, aku memaklumi. Karena semakin malam dan cuaca semakin dingin, aku segera pulang ke apartemen. Aku selalu gagal dalam urusan asmara untuk kesekian kali.
“Yifei,” aku memanggil sahabatku. Aku ingin bercerita dan ingin Yifei menginap di apartemenku.
“Zěnme le? Yǒu wèntí ma?”
Aku mengangguk. Yifei terlihat khawatir membuatku segera memeluknya. “Wǒ hé Denis fēnshǒule.” Aku terisak. Tidak bisa menyembunyikan rasa sakit ini, sekaligus sedih karena harus merasakan perpisahan lagi.
(Aku dan Denis putus.)Yifei memelukku dan mengatakan jangan menangis karena dia bersamaku. Yifei adalah satu sahabatku di Taiwan.
“Bùyào zài kūle, nǐ de liǎn huì hěn chǒu. Yuēhuì ránhòu fēnshǒu shì zhèngcháng de. Nǐ kěyǐ zhǎodào gèng hǎo de nánrén,” ucapnya sembari mengusap punggungku. Aku seperti anak remaja saja, menangis setelah putus cinta.
(Jangan menangis. Mukamu jadi jelek. Pacaran lalu putus itu hal biasa. Kamu pasti menemukan pria yang jauh lebih baik.)Aku mengangguk, mengusap air mataku. “Wǒmen qù yèshì mǎi kǎo yóuyú, hǎo ma?” Aku mengajak Yifei pergi ke pasar malam membeli cumi bakar kesukaan kami. Untungnya Yifei langsung menyetujui.
***
Memasuki usia dua puluh sembilan tahun adalah waktu paling menyeramkan bagi wanita. Mengapa? Karena sebentar lagi masuk usia kepala tiga, di mana seorang wanita harus menikah. Kalau tidak, orang tua akan memaksa. Tetangga akan menjadikannya bahan pembicaraan. Nyaris menyedihkan, tapi aku selalu berpikir, pernikahan tak melulu soal kemesraan. Ada pertimbangan sebelum akhirnya memilih menikah. Kalau belum menikah hingga sekarang, bisa jadi karena seseorang itu sedang memilih calon pendamping. Dilihat bagaimana sifatnya, kehidupan sehari-hari dan pertimbangan lain.

KAMU SEDANG MEMBACA
Juniara
ChickLitDi usia dua puluh sembilan, Juniara terus didesak keluarga untuk menikah. Kepulangannya dari Taiwan menjadi awal baru bersama duda beranak satu, Baskara. *** Juniara Somali bekerja sebagai penerjemah bahasa Mandarin di Taiwan. Kisah cinta Juni cukup...
Wattpad Original
Ada 4 bab gratis lagi