*****
***
*
Nagisa berjalan menuju tempat yang membuatnya merasa nostalgia. Dulu, hampir selama 365 hari, dia selalu melewati jalan ini.
Nagisa berhenti dihadapan sebuah gedung tua dan tertegun saat mendapati gembok pintu gedung tersebut terbuka.
Apa Isogai datang...?
Nagisa masuk dan membuka pintu kelas. "Siapa didalam?"
Lelaki tinggi berambut merah berbalik, tak lama, dia tersenyum. "Nagisa? Lama gak ketemu."
Perasaan familiar yang sudah lama tak dirasakan Nagisa kembali muncul, "ah! Karma! Hehe! *^^*"
***
Nagisa hanya terdiam berdiri di depan kelas, dihadapan meja guru.
Karma memperhatikan Nagisa yang terdiam. Matahari yang tenggelam membuat suasana menjadi remang.
Karma duduk dikursinya yang dulu. "Jangan kalah ya, Sen-sei~"
Nagisa tersenyum, "Tentu saja! Karma juga, ya!" Ceria Nagisa.
"Ug?" .... Sial. Setelah bertahun-tahun ini, sedikit semangat darinya saja masih membuatku bersemu.
"Bo~ doh~ ayo, waktunya pulang!" Karma berdiri dan mulai berjalan duluan.
***
Suasana hening saat mereka berjalan pulang. Melewati hutan menuju gedung sekolah utama.
Sama seperti saat kenangan kembali muncul saat mereka di gedung tua, kenangan kembali muncul saat mereka pulang bersama. Sudah berapa lama mereka tak bertemu?
Kebetulan, Karma dan Nagisa saling lirik berbarengan, dan mereka membeku. Wajah Nagisa mulai bersemu, tapi Nagisa menolak untuk melepaskan pandangannya. Begitupula dengan Karma.
"Hey... Mau main ke rumah gue? Ada game baru."
"Pfft-" Nagisa tertawa. "Kaya masa lalu lagi yak."
Karma mengusap belakang lehernya dengan tangan kanannya. Karma sendiri bingung kenapa dia mengatakan hal tadi. Dia merasa nervous. Yup. Dia salah tingkah.
"... Game apa?" Nagisa bertanya. "... Game dewasa?"
Karma tak menyangka akan apa yang baru saja dia dengar. Lalu dia tersenyum dengan berani.
"Are~ telinga gue gak salah denger kan~ kalau lu mundur dan menjauh lagi dari gue, gue ga bakalan sungkan buat peraturan pemerintahan berubah hanya biar lu, Shiota Nagisa, selalu sama gue, Akabane Karma."
Nagisa menepuk keningnya, "jangan seenaknya merubah peraturan negara begitu, Karma!"
"Well, gue setengah bercanda.
"Selebihnya serius."
Mereka saling tatap dengan serius.
Ekspresi Karma yang juga serius. Nagisa sedikit merasa tersayat. Nagisa gak mau membuat lelaki ini menunggu lebih lama lagi.
"Aku... Masih jauh dari kata terbaik. Sebagai guru, aku juga masih banyak kekurangan... Aku masih belum begitu bisa memasak... Aku juga bukan orang yang peka... Kadang aku ceroboh dan sebagainya..." Tangan kanan Nagisa mengarah ke lengan baju Karma dan menggenggamnya. "Tapi aku sudah yakin, aku mampu menghandle perasaanku.
"Karma, maaf kan aku sudah membuat kamu menunggu terlalu lama..."
Hening.
Sampai Karma memeluk Nagisa. Hangat. Lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
assassination classroom fanfic [KaruNagi]
Fanfictiondengan segala kesibukan anak sekolah kelas tiga, ditambah dengan misi untuk membunuh sang guru. semakin sempitnya waktu dan semakin banyaknya yang harus dilakukan. apa sekarang adalah saat yang tepat untuk memikirkan hal semacam perasaan? penting? m...