Badai emosi mulai membentuk dalam diri gue. "Lu, yang mengawali semuanya Nagisa."
Nagisa menatap gue seolah tersinggung dengan pernyataan gue, tapi dia hanya diam. Memendam segalanya didalam, dan ini membuat gue nambah geram.
"Kanapa lu cium gue tetiba waktu itu?" Ciuman pertama kita yang gue maksud.
"... aku gak bisa menahan perasaanku. Aku-... aku cemburu." Aku Nagisa akhirnya.
"... terus lu maunya gimana?" Gue mencoba menahan setiap emosi. Selama di kelas 3E Gue udah cukup mengerti kalau segalanya gak bisa diselesain hanya dengan berantem pake otot. Yah, walau kadang gue juga masih tersinggung kalau ada yang memandang gue dengan menantang atau merendah.
Nagisa diam, seolah sedang berdebat dengan dirinya sendiri. Memikirkan apa yang ingin Nagisa lakukan. Gue semakin frustrasi dan gak sabar dengan semakin lamanya Nagisa diam.
"Sama seperti sebelumnya kurasa. Kita harus jaga jarak." Jawab Nagisa akhirnya.
"Hah!" Gue tertawa meremehkan. "Dan dalam jaga jarak itu gue ga boleh nyentuh lu gitu? Bahkan sekedar deket?" Nada sinis kejam keluar dari mulut gue tanpa bisa gue cegah. Gue ga mao mengakui, tapi sikap gue yang begini sebenernya menandakan kalau gue hanya mau berada dalam jangkauan Nagisa bagaimanapun sekilasnya. Tapi harga diri gue masih menolak kalau gue memohon...
Nagisa menatap tajam, jelas tersinggung dengan nada bicara gue yang merendahkan dan akhirnya mengatakan, "kalau kita bersikap seolah kita gak kenal satu sama lain malah mungkin lebih baik." Lalu dia berbalik untuk pergi. Menyatakan kalau obrolan ini sudah sampai final dan mencapai kesimpulan.
Dan tepat emosi gue memuncak.
Gue mencengkram lengannya dan mendorongnya kembali ke pohon. "DAN LU PIKIR SEMUANYA BERAKHIR GITU AJA?!" Bentak gue, emosi berhasil menguasai. "Lu dateng ke gue bilang, 'Karma aku cemburu~ jadi aku menciummu dan kamu jadi milikku~ tapi oh! Deket sama lu ternyata gak nyaman jadi bye~!' Praktis banget ye. Salut~!" Gue meniru gaya ngomong banci.
"Karma! Itu bukan- !" dan gue menciumnya. Dengan paksa. Dengan kasar.
Tak peduli dengan rintihannya saat tubuhnya tersentak ke pohon, tak peduli cengkramanku terhadap bahunya dan membuatnya sakit, tak peduli saat Nagisa meronta. Tapi bukan Nagisa jika dia hanya diam menyerah. Ditengah perjuangannya mendorongku, ciuman kami benar-benar kacau dan gue tahu karena kekasaran gue, muncul rasa amis mengalir dalam mulut gue. Beberapa detik kami terpisah dan Nagisa langsung mendaratkan pukulan terkuatnya dari arah bawah ke dagu gue. Cukup untuk membuat gigi-gigi gue menggigit lidahnya sendiri.
Gue melepaskannya dan mundur beberapa langkah. Meludahkan darah ke tanah dan kembali menatap Nagisa sangar.
"Okeh." Gue meremehkan. Baju dan rambut Nagisa kusut berantakan. Dia ngos-ngosan dengan darah yang mengalir dari sudut bibirnya. ...ouch ...sakitkah? "Dengan ini kita impas, dan gue bakalan anggep SEMUA yang terjadi beberapa minggu terakhir gak pernah eksis!" Bentak gue mencoba tersenyum menang. Nagisa hanya menatapku tajam dengan ekspresi yang gak bisa gue baca sambil memegangi bahu kirinya. ...dia baik-baik aja, kan?
Gue langsung pergi dengan kedua tangan gue masukkan ke dalam saku. Berjalan seolah hari ini seperti hari-hari biasanya.
***
Sugino shook saat melihat Karma muncul dari semak-semak dengan penampilan seolah habis tawuran sekaligus bangun tidur dari mimpi buruk.
"Karma-kun!", sapa Sugino sambil mengambil bola baseball yang terlempar kesini, "habis bertengkar dengan preman lagi kah?"
"Hm" ...Are? Karma lagi bete yah (;一v一) batin Sugino.
"Karma kamu baik-baik aja?!" Sugino langsung khawatir saat dia sadar ada darah yang mengalir dari mulut Karma. "Ada darah ngalir dari mulut kamu, Karma!"
Mata Karma membesar dan langsung mengusap darah tersebut dengan punggung tangannya, seolah Karma baru benar-benar sadar kalau dia terluka.
"Karma apa yang terjadi??" Sugino mulai mendekati Karma, tapi Karma hanya memeperkan darah ditangannya ke sweater hitamnya dan berjalan melewati Sugino.
"Tolong check Nagisa disana." Gumam Karma kecil tapi Sugino cukup mendengarnya. Dan Karma pergi dengan diam.
Sugino terpaku, Karma bilang 'tolong'?!?!

KAMU SEDANG MEMBACA
assassination classroom fanfic [KaruNagi]
Hayran Kurgudengan segala kesibukan anak sekolah kelas tiga, ditambah dengan misi untuk membunuh sang guru. semakin sempitnya waktu dan semakin banyaknya yang harus dilakukan. apa sekarang adalah saat yang tepat untuk memikirkan hal semacam perasaan? penting? m...