"Anak-anak," Koro-sensei memfokuskan perhatian para murid terhadapnya. "Kita memasuki bulan Februari. Sebahagianya Sensei mengetahui kalian kompak ingin menyelamatkan Sensei, Sensei juga ingin kalian memikirkan bagaimana rencana kalian kedepannya. Rencana setelah kelulusan." Entah mengapa suasana sedikit suram dengan kata 'kelulusan', karna 'kelulusan' seolah identik dengan 'perpisahan'. "Jadi Sensei akan mulai melakukan konseling kesetiap murid, okeh?" Dan Kayano tidak tahu dia menghayal atau tidak, tapi Koro-sensei seolah mengedipkan mata kearahnya.
***
Okeh, anak-anak sedikit terlihat muram mengingat semuanya makin mendekati deadline. Tes ujian akhir, tes masuk sekolah menengah atas, rencana penyelamatan atau pembunuhanku. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Hal yang mereka rasakan sekarang itu penting. Untuk mengajari mereka bahwa semuanya yang berawal, akan memiliki akhir. Semua masalah dan pekerjaan, tidak peduli dalam situasi apapun, harus dihadapi dan diselesaikan. Semuanya memiliki deadline (arghcukupdengankataitu😱). Yang harus mereka ketahui adalah, mereka harus tenang dan yakin pada kemampuan masing-masing-- *BRAK!*
Fikiran Koro-sensei terputus karna pintu geser yang dibuka kasar.
"Koro-sensei~" sapa Karma santai. "Yok konseling."
"Karma-kun, hati-hati. Karna pintu yang rusak bisa saja diperbaiki dari potongan gaji para guru 😰"
"Well, siap mendengarkan planning gue yang perfect sensei~?"
Koro-sensei nyengir menantang, "boleh, silahkan masuk Karma-kun."
Singkat kata, Karma menjelaskan planningnya melanjutkan bersekolah di Kunugigaoka dan rencana besarnya untuk menjadi birokrat. Sensei manggut-manggut, senang karna tujuan Karma yang clear.
"Sensei senang kamu sudah punya tujuan yang jelas untuk masa depan kamu sendiri." Sensei merespon setelah mendengar rencana Karma. "Kalau begitu ga salah kalau Sensei mengartikan kalau kamu masih ingin belajar dan mau berkembang untuk menjadi lebih baik dan maju?"
Karma menatap sensei, mencoba menerka maksud Koro-sensei.
"Karma-kun, pandangan sosial, pandangan masyarakat, terkadang tidak bisa dilawan dengan cara langsung. Ada saatnya harus menjadi fleksibel, ada saatnya harus terbuka dan mencoba menghargai." Koro-sensei menatap Karma lembut. "Walau salah satu yang membuat dirimu menjadi istimewa adalah begitu 'terangnya' harga dirimu, tapi ada saat dimana cahayanya harus ditutupi. Cahaya yang tertutup bukan berarti padam."
Dan Karma mulai mengerti arah pembicaraan ini.
***
Kayano tenggelam dalam fikirannya. Sedang Nagisa, orang yang difikirkan, tengah mengobrol dengan beberapa anak kelas di kelas bagian sana. Kayano khawatir. Baru kemarin-kemarin akhirnya Nagisa dan Karma bisa dekat layaknya teman lama, bisa mengobrol tanpa formal dan -kun, dengan adu jotos satu lawan satu dengan sekuat tenaga dan jujur, tapi entah ada kejadian apa lagi yang menyebabkan mereka seolah tidak kenal... persahabatan lelaki memang rumit.
"Kayano~" sapa Nakamura, duduk di hadapan Kayano. "Jangan terlalu difikirkan..." Nakamura tersenyum menenangkan. Lucu kalau difikir, mengingat Kayano adalah Ratu Akting, semenjak pertarungannya dengan Koro-sensei, ekspresi Kayano terlihat lebih jujur dan terbuka. Begitu polos dan innocent.
"Iya..." jawab Kayano. "Koro-sensei juga sudah bilang, kalau yang bisa kita lakukan adalah mensupport. Mendorong dari belakang. Masalah Nagisa atau Karma melangkah atau tidak, itu pilihan mereka."
Kayano masih murung. "Tidak bisakah mereka selsaikan dengan cara seperti kemarin? Tangkap bendera atau..."
"Yang kemarin itu, bukan perdebatan diantara dua orang saja, tapi menyangkut pilihan seluruh kelas. Seluruh kelas berusaha sekuat tenaga agar pendapatnya diterima. Tapi kali ini, hanya diantara Nagisa dan Karma. Jika mereka sendiri tidak menceritakan dan meminta bantuan, kita yang seolah orang luar gak bisa apa-apa." Jelas Nakamura lembut, menatap Kayano yang masih murung. Walau gue sepertinya mulai mengerti apa yang terjadi... tambah batin Nakamura.
KAMU SEDANG MEMBACA
assassination classroom fanfic [KaruNagi]
Fanfictiondengan segala kesibukan anak sekolah kelas tiga, ditambah dengan misi untuk membunuh sang guru. semakin sempitnya waktu dan semakin banyaknya yang harus dilakukan. apa sekarang adalah saat yang tepat untuk memikirkan hal semacam perasaan? penting? m...