I. Takdir yang telah ditetapkan

3.2K 241 25
                                    

"Ddongkae. Ddongkae? Mungkinkah ini nama kuil?" Begitu kata yang tidak dimengerti muncul, Seokjin mengangkat kepala dari buku dan memiringkannya.

"Bukan, bukan. Kalau menjadi ddongkaeda?, maka menjadi sebuah kata kerja? Ah, aku tidak mengerti. Sunbae!"

Karena kelas tiba-tiba ditiadakan, suasana di ruang kelas terasa gaduh. Para mahasiswa laki-laki dan perempuan duduk ber-kumpul di sana sini, membentuk grup empat atau lima orang dan mulai mengobrol. Seokjin memanggil sunbae yang sedang membaca buku sambil berdiri di sebelah kaca jendela, yang cukup jauh dari mejanya. Karena sunbae, dia pasti tahu tentang istilah-istilah seperti ini, pikir Seokjin.

Merasa dirinya dipanggil, gadis itu menatap Seokjin dan menjawab panggilannya. "Kenapa?"

"Kau tahu ddongkae?"

Begitu mendengar pertanyaan Seokjin yang dilontarkan dengan suara yang tegas dan keras, wajah sunbae itu mendadak memerah. Kelas yang tadinya gaduh dengan suara obrolan anak-anak pun seketika menjadi hening. Para mahasiswa yang ada di dalam kelas terkejut mendengar pertanyaan Seokjin. Mereka memberikan tatapan dingin kepadanya. Namun dengan ekspresi polos, seolah tak terjadi apa-apa, Seokjin kembali membuka mulutnya dan hendak berbicara lagi. Saat itu juga sepasang tangan membekap mulut Seokjin dengan gesit. Pemilik tangan itu adalah Yi Kyung, sahabat Seokjin.

"Hmp... hmp!"

"Diam! Ayo keluar dari sini!"

Begitu mendapati situasi yang tiba-tiba kacau, Yi Kyung berbisik tepat ke telinga Seokjin yang sedang meronta-ronta, berusaha melepaskan diri dari cengkeramannya. Yi Kyung menggertak Seokjin dan menyeret sahabatnya itu keluar dari kelas. Dari dalam kelas terdengar suara kikikan dan tatapan nakal yang ditujukan kepada Seokjin. Setelah keluar dari kelas dan menemukan tempat sepi, akhirnya Yi Kyung melepaskan tangannya dari mulut Seokjin. Saat itulah Seokjin bisa bernapas dengan normal lagi.

"Uhuk, uhuk! Heh, kau kenapa sih?!"

Seokjin yang marah karena menerima sikap aneh temannya mulai berteriak-teriak. Namun, Yi Kyung membalasnya dengan suara yang lebih keras lagi.

"Dasar Anak Nakal! Bagaimana bisa kau menanyakan hal seperti itu dengan suara keras?!"

"Hal seperti itu?"

"Sesuatu yang... hmm, apa ya... pokoknya hal yang begitu."

"Ddongkae? Kau tahu?! Memang apa artinya? Apa sesuatu yang aneh? Pantas saja anak-anak menatapku dengan tatapan seperti itu."

Seokjin membulatkan mata dan bertanya kepada Yi Kyung. Mendengar pertanyaan temannya, Yi Kyung memegang bahu Seokjin dengan kedua tangannya dan menatap temannya itu seraya memasang ekspresi kesal yang tak dapat ia tahan lagi.

"Aduh, dasar pria mengenaskan! Seokjin, kau tidak boleh bertanya kepada siapa pun lagi tentang hal itu. Nanti, di tempat yang sangat sepi coba kau cari sendiri di Internet, atau diam-diam melihatnya di kamus, ya?"

Seokjin terkejut melihat Yi Kyung yang memohon kepadanya dengan memelas. la tidak bisa bertanya apa-apa lagi. Seokjin menganggukkan kepala sambil mengerutkan alis, masih tidak mengerti apa arti kata itu. Sebenarnya apa arti dari ddongkae sampai anak-anak pun bersikap seperti itu? gumam Seokjin dalam hati.

Beberapa waktu kemudian, satu jam sejak Yi Kyung membawakan kamus untuknya, Seokjin masih tidak bisa terlepas dari guncangan kenyataan yang baru diketahuinya.

"Lebih baik aku mati saja!"

Ini sudah kedua belas kalinya Seokjin berbicara seperti itu. Yi Kyung menatap Seokjin yang memasang ekspresi menyedihkan. la berusaha untuk menghiburnya untuk ketiga belas kalinya.

I'll Be With You | TAEJINKOOK [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang